Chapter 1

1.3K 115 26
                                    

Donghyuck POV

Ku kerjapkan mataku yang memburam saat sinar mentari pagi menerobos masuk melalui gorden kamar ku. Samar-samar ku lihat teman baruku yang masih terlelap dengan wajahnya yang damai. 'Begitu lugu dan murni,' opiniku.

Ya.. ku akui Renjun memang memiliki paras yang cantik, bahkan terlalu cantik untuk seukuran seorang lelaki. Matanya yang sipit, hidungnya yang mancung, dan senyumnya yang sangat menawan pasti bisa membuat para pelanggan madam tergila-gila.

Aku hirup nafas dalam-dalam lalu ku hembuskan perlahan, 'Huuh.. sepertinya aku mulai iri dengannya,' batinku dalam hati.

Kruk, kruk.

Suara perut keroncongan membuat ku tersadar dari lamunan. Ku edarkan pandanganku menatap jam dinding yang telah menunjukkan pukul setengah delapan pagi. Ini waktunya sarapan. Pasti madam dan teman-teman lainnya sudah menunggu dibawah.

"Ren..," ku panggil namanya dan hendak ku tepuk pundaknya, namun tanganku mengambang diudara seolah ada yang menghentikanku membangunkan lelaki mungil itu.

'Ah lebih baik aku tidak perlu membangunkannya. Biarkan dia tidur terlebih dahulu, pasti dia lelah setelah menempuh perjalanan jauh,' pikirku tak tega.

Segera, aku beranjak dari tempat tidurku. Ku putar kenop pintu secara perlahan agar Renjun tidak terbangun dan ku turuni setiap anak tangga dengan perasaan bahagia.

Sparkling Star, tempat prostitusi terbesar didaerah Gangnam yang hanya buka pukul 6 sore hingga pukul 3 dini hari. Satu-satunya tempat prostitusi yang menyediakan kamar asrama bagi para 'Kupu-Kupu Malam' nya. Tak hanya itu, tempat ini juga menyediakan Bar, Poker area, Billiard area, dan ratusan kamar untuk pelanggannya yang ingin melakukan seks.

Tak heran jika tempat ini banyak dikunjungi pria berhidung belang mulai dari warga lokal hingga turis mancanegara. Mengingat besarnya antusias dari para pengunjung setiap harinya, Sparkling Star mempekerjakan 105 PSK dan itu akan terus bertambah melalui perekrutan calon PSK setiap tahunnya.
Jadi, bisa dibayangkan betapa banyaknya jumlah PSK saat mereka makan bersama.

"Woahhhh daging sapi. Aku tidak sabar menyantapnya," ujarku kagum saat aku baru tiba diruang makan.

"Apa yang kau lakukan disitu?" tanya madam ketika aku menarik kursiku dan hendak mendudukinya.

"Ne?" senyuman yang sedari tadi merekah diwajahku tiba-tiba luntur mendengar pertanyaan madam yang membuatku sedikit kebingungan. Bukankah ini kursiku? Dan aku biasa duduk dikursi ini setiap kali makan. Lalu apakah ada yang salah jika aku mendudukinya?

"Sekarang, kursi itu bukan milikmu lagi. Tapi milik Huang Renjun," jawab madam dengan memberi sedikit penekanan dikalimatnya yang terakhir seakan-akan dia hendak mengusirku.

Dengan hati yang berkecambuk, ku beranikan diri untuk bertanya mengenai posisi duduk ku. "Lalu? Saya duduk dimana madam?"

"Kamu duduk dibawah, tak ada kursi yang tersisa untukmu. Jangan khawatir, sudah ku sediakan sepiring nasi untukmu," tunjuk madam menggunakan tongkat berliannya kearah sepiring nasi dengan satu ekor ikan pindang yang diletakkan diatas lantai.

"A-apakah sepiring nasi itu untuk saya, madam?" tanyaku sekedar memastikan.

"Tentu saja itu untukmu. Tunggu apa lagi? Cepat makan," titahnya.

Ku berjalan menghampiri piring itu dengan berat hati. Sesekali ku lirik teman-teman yang sedang menatap ku dengan tatapan sinis, bisa dilihat dari senyum menyeringai diwajah mereka.

Perlahan, aku duduk diatas lantai dengan posisi kaki yang bersila. Ku raih piring tersebut, sepiring nasi yang awalnya ku kira untuk makanan kucing tapi kenyataannya kucing itu adalah aku. Mungkin ini sudah menjadi nasibku. Makan seperti hewan dengan nasi yang bisa dibilang sudah basi.

The NightflyWhere stories live. Discover now