Chapter 3

1K 96 6
                                    

Ini sudah 1 minggu lamanya Renjun merasakan perih di area duburnya. Ia tidak dapat berjalan dengan benar setelah kejadian pada malam itu.

Setiap hari Renjun mengurung diri dalam kesedihan yang membuatnya semakin lemah. Wajahnya memucat, dan keringat dingin mengalir dari keningnya. Renjun terkulai tak berdaya, seperti tangkai muda yang merunduk layu. Kering sebelum berbunga.

Tok tok tok

Renjun hanya mengangkat kepalanya. Tak mampu beranjak dari ranjang. Dia menunggu pemuda tersebut membuka pintu dan masuk dengan sendirinya. Tanpa meminta izin dari pemilik kamar.

"Renjun, ada seseorang yang ingin bertemu denganmu." Kata Chenle setelah membuka pintunya.

Renjun mengangguk lemah. Matanya terpejam, mencoba bangkit dari ranjangnya. Siapa yang berani mengunjunginya saat kondisi tubuhnya tidak fit?

***

Renjun menuruni anak tangga dengan langkah tertatih. Netra beningnya dapat melihat seorang pria --yang tak lain adalah ayah kandungnya-- berdiri menghadapnya di ruang resepsionis.

Renjun dapat melihat sorot mata sang ayah yang tampak bahagia. Matanya berkilau, seperti melihat ribuan rasi bintang di galaxy. Berseri sebelum kembali meredup.

"Ada apa?" ketus Renjun.

"Kenapa wajahmu terlihat pucat? Apa kamu sudah makan?" cemasnya. Namun Renjun hanya menatap tajam ayahnya dengan kedua tangan yang disilangkan di depan dada.

Mendadak suasana berubah menjadi sangat canggung. Mereka berdiri berhadapan namun tembok besar seolah membentengi keduanya, membuat keduanya terasa semakin jauh. Kenapa keluarga sendiri terasa seperti orang asing?

"A-ayah membelikanmu makanan dari uang gajimu," tangannya gemetar tampak ragu. Namun Tuan Huang tetap menyodorkan sekotak nasi tersebut kehadapan Renjun. "Makanlah."

Renjun tersenyum menyeringai seakan merendahkan makanan yang dibawakan oleh ayahnya. "Apa sekarang ayah bahagia bisa menyicil hutang dan makan makanan enak dengan menggunakan uang haram dariku?"

"Ne?" Tuan Huang dibuat semakin gugup hingga suaranya terasa seperti tercekat di tenggorokan.

Renjun menepis makanan tersebut. Seluruh isi didalamnya berceceran memenuhi hampir setengah lantai ruang resepsionis. Tuan Huang terlonjak kaget setelah mendapat perlakuan kasar dari anak semata wayangnya.

"PERGILAH! AKU TIDAK BUTUH SEMUA MAKANAN SAMPAH INI!" Renjun menginjak-injak makanan tersebut dan berlalu meninggalkannya begitu saja.

Perlahan, Tuan Huang berlutut memungut kembali makanan-makanan itu dengan kedua tangannya, mengabaikan beberapa orang yang berlalu-lalang memperhatikannya.

***

Renjun POV

Senja telah berganti dengan malam. Waktu bagi kaum konglomerat membuang penat setelah seharian sibuk mengurus tugas kantor masing-masing. Mereka berbondong-bondong mengunjungi Sparkling Star seperti musang masuk sangkar burung. Siap menerkam jika waktunya tepat.

Suara musik yang mampu membobol gendang telinga telah diputar sejak 25 menit yang lalu. MC menyambut ramah kehadiran pria berhidung belang seperti tamu kehormatan dari istana.

Seluruh 'Kupu-kupu Malam' telah mengambil posisi mereka masing-masing. Sebagian ada yang sudah stand by dibalik panggung untuk menampilkan sebuah pertunjukan seperti hari-hari sebelumnya. Sparkling Star memiliki banyak cara untuk menghibur pelanggan-pelanggannya. Termasuk pertunjukan yang berbeda setiap malamnya.

The NightflyWhere stories live. Discover now