2/6

3.4K 482 104
                                    

Hari kedua dimusim panas

.

.

.

Kuroo tersenyum kearah gadis di sampinya. Gadis berperawakan tinggi dengan surai sepinggang ini tengah mengomel-ngomel tidak jelas karena anggota klub volinya.

"(Name), hentikan itu. Kamu kayak orang gila."

(Name) hanya menatap datar kearak Kuroo.

"Hei, bukan salahku jika kau terjebak disini sekarang."

"Tentu saja ini salahmu."

"Apa salahku nona?"

"Jika kau tak memaksaku menjadi manager klup volimu, aku tak terjebak disini."

"Astaga, lalu kenapa nona ini masih melakukannya?"

(Name) terdiam, ia menggembungkan pipinya.

Imut.

Hanya kata itu yang menggambarkan kelakuan (Name) saat ini. Ah, andai saja (Name) bukan kekasih Akaashi, rasanya Kuroo ingin mengambilnya secara paksa.

Kembali ke cerita.

Kuroo menghela napas, sementara (Name)? Gadis ini terus bergumam tidak jelas.

"(Name), berhentilah melakukan itu! Berisik."

Kalih ini bocah kepala puding yang berbicara.

"Kenma benar, kamu seperti orang gila." Beberapa orang dari nekoma juga menyetujui perkataan Yaku dan Kenma.

"Kenma? Yaku-san? Astaga kalian jahat." Ucap (Name) kemudan berlari menuju Akaashi.

Akaashi paham benar jika gadisnya sedang dalam kondisi dimana menjadi sarana kejahilan anak-anak Nekoma.

"(Name), ada apa?"

"Keiji, mereka jahat."

Akaashi menghela napas, ia tak habis pikir. Bagaimana bisa dia menyukai gadis seperti (Name)?

Aku yakin, Akaashi pasti dalam keadaan tidak sadar saat menyatakan perasaannya pada gadis ini.

"Mereka terus-terusan mengejekku!"

Akaashi tak menjawab, dia masih menatap gadisnya.

"Rasanya aku ingin menaruh racun di monuman mereka."

Masih tak ada balasan. (Name) sadar tak ada jawaban apapun dari kekasihnya ini. Akhirnya ia menatap ke arah pemuda jangkun itu.

"Keiji."

"Ya?"

"Ngapain."

"Apa kamu tak melihat apa yang ku lakukan?"

"Kamu mengabaikanku."

"Tidak, itu tidak akan terjadi."

"Lalu? Sejak tadi kamu cuma diam."

"Kamu mau aku jawab apa?"

Asataga, (Name) benar-benar mencapai batas kekesalannya sekarang.

Gadis ini menginjak keras kaki sang kekasih. Sampai ia mengaduh kesakitan.

"Hei, (Name)----"

"Aku benci Keiji."

Tanpa mendengarkan ucapan Akaashi, sang gadis segera pergi meninggalkannya dengan perasaan marah.

Akaashi tersenyum. Gadisnya tampak lucu. Menghentak-hentakkan kakinya, mempourkan bibirnya, dan menggembungkan pipinya. Ah, jangan lupa tangan mungilnya yang mengepal.

Pasangan ini benar-benar mencuri perhatian semua orang. Hampir semuanya menahan tawa, melihat (Name).

Akaashi sengaja tak menemui atau meminta maaf pada gadisnya sebelom latihan selesai.

Kenapa?

"Hanya ingin melakukannya, sekali-kali aku ingin melihatnya seperti itu."

Setiap pemain yang menanyai Akaashi pasti akan dijawab dengan kalimat itu.

Aneh? Tentu. Sangat jarang seorang Akaashi melakukan sebuah kejahilan. Ah, ayolah! Akaashi seorang manusia. Sudah sewajarnya dia melakukan ini.

.

.

Seperti biasa, (Name) yang merupakan seorang koki yang handal akan memasak di dapur untuk para pemain. Tentu saja di temani oleh beberapa manager lain.

"(Name)-chan, apa menu hati ini?"

"Ah, Koutarou-senpai. Aku dan manager lain hanya membuat beberapa masakan. Ambil yang banyak ya."

"Tentu saja, aku akan memakan masakan terlezat buatan (Name)-chan." Ucap Bokuto semangat.

Ah, selama ada Bokuto pasti ada...,

"(Name),"

Akashi.

(Name) hanya menatap datar kekasihnya.

"Kau masih marah?"

"Keiji, kau membuat yang lain mengantri lama."

Bukannya menjawab sang gadis justru mengabaikan dengan sebuah teguran. Sontak Akaahis melihat kebelakang dan membungkuk minta maaf kemudian segera pergi ke tempat duduknya.


Seusai makan malam Akaashi bersandar di depan pintu kantin. Matanya terpejam. Tampak begitu lembut.

Detik selanjutnya ia membuka matanya, menyadari seseorang yang tengah menatapnya.

"(Name),"

Akaashi berbalik, menatap gadisnya yang tengah menatapnya pemuh dengan kekesalan.

Akaashi berjalan ke arah sang gadis. Tangan kanannya meraih puncak kepala sang gadis.

"Apa?"

"Masih marah?"

"Gak."

"Yakin?"

"Iya."

"Maaf ya, aku cuma bercanda, jangan ngambek lagi. Kalo kayak gini makin manis tau. Kalo aku diabetes gimana?"

Ucap Akaashi mengelus surai sang gadis. (Name) cukup tersipu dengan perkataan Akaashi.

"Apa sih! Aku mau balik ke kamar, sana kamu balik ke kamar juga. Disini dingin."

Ucap sang gadis seraya pergi.

Tanpa pikir panjang Akaashi menarik lengan (Name) dan membawanya dalam pelukannya.

"I love you."


Cukup baik kurasa.

Summer holidays 🌞 Akaashi Keiji X ReaderWhere stories live. Discover now