7 : ex

8.4K 980 161
                                    

hari ini gue sama kak juyeon ketemuan di suatu cafe.

"maaf kak, kakak pasti sibuk, tapi gue minta ketemuan." ucap gue setelah kak juyeon duduk, kak juyeon senyum, "loh gak tenang aja, malah gue khawatir sama lo."

gue nunduk, "makasih kak, udah khawatir."

kak juyeon natap gue penuh perhatian, "selama ini lino sering gitu ke lo?" gue dongakin kepala, berusaha natap kak juyeon. "gue mau nanya please lo jawab jujur, lo sering digituin sama lino? dia sering maksa lo?" gue menggeleng pelan.

"gak kak, dia gak pernah maksa gue."

kak juyeon menghela nafas, "kemaren lino mabok, gue rasa dia begitu gara-gara alkohol."

gue membulatkan mata gue, "kak lino sering minum? sejak kapan kak?"

"gue gak tau, tapi maaf banget gue ngomong gini, gue takut nyakitin lo."

"kenapa kak?"

"mantannya lino kemaren tunangan,"

gue menghela nafas, "minju?" tanya gue. kak juyeon mengerutkan alisnya, "lo tau minju?" dengan cepat gue menjawab, "gak sih kak tapi...."

"tapi apa?"

"pas kejadian kemaren, kak lino nyebut nama minju."

"bangsat." umpatan kak juyeon bikin gue kaget.

gue menatap meja, gue nahan air mata gue. "kak, selama ini.... gue cuma pelampiasan doang ya?"






































setelah sekitar seminggu lebih gue sama kak lino menjauh, gue sama sekali gak peduli ketika kak lino selalu jemput gue dan berusaha ngomong sama gue ketika gue pulang sekolah, gue juga gak mau ketemua dia. tapi akhirnya gue sama dia ada disini, dipantai yang waktu itu.

matahari udah mulai terbenam, angin berhembus kencang banget, gue enggan natap kak lino, gue sama dia diem-dieman selama dimobil, sampe dia bilang dia mau jelasin semuanya.

gue gak mau munafik, gue mau tau penjelasan dia, daripada gue sama dia bakal berakhir dengan cara yang gak baik.

"maaf...." akhirnya kak lino buka suara, gue menatap ombak. "aku bukan mau denger kata maaf kak, aku mau denger penjelasan dari kakak." ucap gue tegas.

"kakak emang gak pantes dapet maaf dari kamu, tapi kakak bakalan tetep minta maaf ke kamu, dek."

gue menghela nafas, "sejak kapan kakak minum?"

"cuma hari itu."

gue nunduk, tangan gue mengepal, bibir gue gemetar, "minju siapa kak?"

gak ada jawaban dari kak lino, yang gue denger hanya suara angin dan ombak.

"jawab kak."

gue bisa denger helaan nafas kak lino, "maaf......."

air mata gue jatuh, gue nengok ke arah dia, berusaha natap dia, "kakak gak bisa lupain dia, iya kan?" tenggorokan gue sakit, gue nahan nangis.

kak lino berusaha raih tangan gue, langsung gue mundur selangkah dari dia, "jangan sentuh aku, kak. aku cuma pelampiasan."

"gak, dek. kakak sayang kamu."

"iya, kakak sayang aku karena aku adiknya kakak."

"gak, lebih dari itu."

gue bisa merasakan pipi gue basah karena air mata gue, "udahlah kak."

kak lino menggeleng, "please, kakak sayang kamu."

"basi, kak. aku tuh bodoh banget ya selama ini mau jadi pelampiasannya kakak? aku pikir kakak tuh beda, gak kaya papa. tapi ternyata sama aja. papa udah ngecewain mama, makanya mama gak mau sama papa lagi, mama bilang mama udah gak mau nikah lagi, mama udah muak. mama cuma mau hidup bahagia walaupun cuma berdua, sama aku."

"dek please---"

"kak, aku itu cuma pelampiasannya kakak karena kakak gak bisa dapetin mantan kakak. kakak selama ini kalo sama aku selalu bayangin dia kan?"

gue mengusap pipi gue kasar, "aku baru sadar kenapa mama nyuruh aku buat gak berhubungan lagi sama kakak, aku baru nyadar sekarang. papa sama kak lino gak ada bedanya."

"kamu gak pernah jadi pelampiasan kakak dek, iya kakak gak bisa lupain minju tapi kakak beneran sayang sama kamu, kakak cuma-----"

"udah kak, kita udahan aja. aku gak mau jadi boneka pelampiasan lagi, dari awal juga hubungan kita salah."
























udah lah putus aja ya hehe.
jangan lupa vote. byebye.

24/7 • lee know [fin]Where stories live. Discover now