Chapter 1; Distracted world

222 116 285
                                    

TRINGGG!

Pedang berdarah itu jatuh di bawah kaki Selene.

Bumantara menyaksikan bagaimana Selene dengan tubuh gemetar berlumur darah, berjalan tertatih-tatih mendekati tubuh Petra yang tergeletak tak bergerak di depan sana.

Selene jatuh tepat di depan tubuh Petra. Tangannya perlahan-lahan menarik bahu Petra kemudian membawanya ke dalam dekapannya.

Dingin, tubuh Petra dingin.

Selene memeluknya seerat mungkin. Amat sangat erat sampai di titik Selene bisa merasakan jantung Petra yang tak lagi berdetak dan napasnya yang tak lagi berembus.

Petra ... mati lagi.












Duk!

Sial, aku tidak sanggup lagi melanjutkannya! Ini adalah buku paling membosankan yang pernah kubaca! Bukannya tidak menghargai karyamu, Bu Penulis, tapi itu memang kenyataannya! Masa dari awal kubuka lembar halaman buku ini, tidak ada satupun chapter yang menarik untuk dibaca. Terutama si karakter utama, Selene. Dia egois sekali! Sikapnya yang menyebalkan itu membuatku ingin meninju abdomennya!

Aku memang bukan pecinta buku, tetapi kalau buku yang ini sih sudah dijamin tidak akan laku jika dijual! Pantas saja buku yang masih baru ini nenek itu berikan kepadaku, pasti karena nenek itu tidak menyukai isi ceritanya! Kalau suka, mana mungkin diberikan untukku, kan? Emmm, atau mungkin juga karena nenek itu sudah terlalu tua untuk membaca buku—terlebih, buku dengan genre fantasi seperti ini yang lebih cocok untuk remaja. Mungkin saja sih.

Yang jelas buku ini nenek itu berikan kepadaku sebagai imbalan karena menyelamatkannya dari keserempet motor. Padahal aku sudah menolaknya. Hanya melihat dari sampul bukunya yang tidak menarik saja aku langsung tahu kalau isinya juga tidak menarik. Dan benar saja! Dugaanku tidak pernah salah, kalau isinya memang tidak menarik. Bahkan saat aku sudah membaca chapter 25 pun, tidak ada secuil pun adegan yang membuatku terhibur.

Kill the time, aku beranjak dari sofa dan berjalan mendekati lemari mencari gaun putih favoritku di dalam sana karena hari ini aku akan ke pesta ulang tahun—

Oh shit.

Lantai di sekitarku bergetar. Sial, apa yang terjadi?

Aku berteriak karena merasakan getarannya menjadi semakin kuat dan tidak terkendali. Kulihat dinding kamarku mulai retak. Lantai di bawah kakiku juga turut retak. Aku langsung beringsut mundur sambil menjerit kencang meneriaki nama Grisella.

"GRISSS! GRISELLA!"

DUARRRRR!

Aku jatuh meringkuk memeluk lutut sembari menutup kedua telingaku mendengar ledakan yang mampu menulikan telinga. Sudah. A—aku hanya mendengar dengung panjang yang tiada hentinya berkumandang. Dan di detik itu juga, tubuhku seolah ditarik paksa ke bawah oleh sebuah lubang hitam yang tiba-tiba saja muncul di bawah kakiku dan jatuh ke dalam kegelapan itu tanpa kutahu alasannya.

"AAAAAAAAAAAAHHH!!!"










DUK!

Sial, kepalaku kejeduk pohon!

Sakit sekali!

Kuelus-elus kepalaku yang untungnya tidak benjol itu seraya melirik ke sekeliling.

Goddamnit. Demi resep krabby patty-nya Mr. Crab, tempat apa ini?

Asing sekali. Tanpa sadar aku sudah beranjak berdiri mengamati sekelilingku yang penuh dengan ... reruntuhan.

After The FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang