Bagian 5

1.2K 199 64
                                    

Happy Reading

"Aku menggenggam tanganmu dengan kedua tanganku, namun kamu menggenggam tanganku hanya dengan satu tangan. Sementara tanganmu yang satu lagi masih menggenggam tangannya."


PAGI ini, Elang berangkat sekolah bersama kelima temannya. Tentunya sebuah keajaiban mereka tiba di sekolah pukul 06.45. Sangat jarang sekali mereka sudah ada disekolah sebelum bel masuk berbunyi.

Walaupun gerbang sekolah masih terbuka lebar, tapi Elang, Rey, Calvin, Alex, Raka, dan juga Kaisar memarkirkan sepeda motor mereka di warung Bu Yanti yang letaknya di seberang jalan. Itulah kebiasaan mereka, setiap sekolah selalu parkir di warung Bu Yanti agar mereka tidak kerepotan jika ingin membolos.

Elang dan yang lainnya juga tidak langsung masuk ke dalam sekolah, mereka menyempatkan nongkrong sebentar sambil menunggu Raka dan Alex yang masih sarapan di dalam warung Bu Yanti.

Dari luar warung Bu Yanti terlihat banyak siswa dan siswi yang baru datang memasuki gerbang sekolah. Elang mempertajam penglihatannya saat tidak sengaja melihat Oliv dan Chandra berangkat sekolah bersama naik sepeda motor ninja berwarna merah yang tentunya milik Chandra.

"Ngeliat apaan sih, Lang?" tanya Kaisar yang duduk di sebelah Elang.

"Kalau matanya udah melotot kaya gitu ya tau sendiri lah, pasti Oliv yang diliat," celetuk Rey.

"Diam lo."

"Tuh kan, benar apa kata gue," ucap Rey.

"Pada ngomongin apaan sih?" tanya Raka yang berjalan keluar dari warung dan langsung duduk di sebelah Kaisar disusul Alex yang duduk di sebelah Raka.

"Itu," tunjuk Rey menggunakan dagunya ke arah gerbang sekolah.

"Udah selesaikan sarapannya? kita ke sekolah sekarang," kata Elang mengalihkan pembicaraan.

"Terus aja ngalihin pembicaraan, muka doang yang cakep bucinnya nggak ketolongan," cibir Rey kemudian berdiri tegak.

"Sialan," umpat Elang.

Elang, Rey, Calvin, Kaisar, Raka, Alex berlari memasuki gerbang sekolah yang sebentar lagi akan ditutup oleh satpam sekolah. Setelah berada di dalam sekolah mereka langsung masuk ke kelas masing-masing.

Jam pelajaran pertama di kelas XI IPA 2 hari ini adalah olahraga. Semua siswa sudah berbaris rapi bersiap untuk pemanasan di lapangan, kecuali Elang dan Rey. Bahkan, Elang dan Rey tidak ada di lapangan.

"Calvin, sini kamu," panggil Pak Burhan—guru olahraga.

Calvin berjalan mendekat ke arah Pak Burhan, "Kenapa Bapak manggil saya?" tanya Calvin yang sudah berfirasat jika guru itu pasti akan bertanya keberadaan Elang dan Rey.

"Mana teman-teman kamu?" tanya Pak Burhan saat Calvin sudah berada di hadapannya.

"Teman-teman saya yang mana, Pak? Teman saya ada banyak," jawab Calvin pura-pura tidak tahu.

"Ya, Elang sama Rey lah, kan mereka yang sering sama kamu. Kemana mereka?" Pak Burhan bertanya sekali lagi.

"A-anu, pak," jawab Calvin terbata. Pasalnya Elang dan Rey sekarang berada di rooftop. Tidak mungkin Calvin jujur dan menjawab jika Elang dan Rey membolos. Pak Burhan itu guru yang kejam, ia tidak tanggung-tanggung jika memberikan hukuman kepada muridnya.

"Anu apa, Vin? Jawab yang benar," kata Pak Burhan.

"I-itu, Elang sama Calvin emm... lagi ganti baju. Iya mereka lagi ganti baju, Pak," kata Calvin masih terbata dan sembari mencari-cari alasan yang tepat.

ELANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang