Bagian 15

607 63 15
                                    

Tekan bintang di pojok kiri bawah dulu ya<3

Happy Reading


SAAT bel masuk berbunyi, Julian baru memasuki kelasnya. Guru jam pelajaran pertama berjalan memasuki kelas. Tangan Julian masuk ke kolong meja untuk mencari buku cetak Sosiologi. Ia memang menyimpan semua buku cetaknya di loker dan kolong meja dengan alasan tidak mau jika tasnya berat. Julian tak menemukan buku cetaknya, mungkin ia lupa jika sudah menaruhnya di loker. Yang pria itu temukan adalah wadah bekal berwarna biru dengan secarik kertas di atasnya.

Selamat makan:)
Maaf untuk yang kemarin.
Jangan dibuang, buatnya susah.

Julian membaca tulisan itu berulang kali. Kemudian ia membuka wadah bekal berwarna biru itu dan menemukan beberapa potong cheese cake. Julian berpikir keras, menebak-nebak orang yng telah memberinya semua ini. Tasya? Tapi seingatnya wanita itu tidak pernah berbuat salah padanya dan tulisan tangan ini juga bukan milik Tasya. Atau Ayra? Entahlah Julian tidak yakin.

"Julian! Ngapain dari tadi lihat ke bawah? Bukannya dengarin Ibu lagi menjelaskan materi, ini asik main handphone," tegur Bu Mila -guru Sosiologi. Julian segera menaruh kembali wadah bekal itu ke kolong meja.

"Maaf, Bu," Kata Julian sambil membenarkan posisi duduknya.

***

Pelajaran di jam kedua kelas XI IPA 2 adalah olahraga. Pak Burhan memberikan waktu selama lima belas menit untuk bersiap-siap, termasuk ganti pakaian.

Elang, Rey, dan Calvin sudah berada di dalam toilet pria untuk berganti pakaian. Tadinya, seperti biasa Elang dan Rey berniat pergi ke rooftop terlebih dahulu, tetapi Calvin melarang keras. Calvin malas jika harus berurusan kembali dengan Pak Burhan.

Setelah semua siswa kelas XI IPA 2 sudah berada di lapangan utama, Pak Burhan memerintah ketua kelas untuk menyiapkan barisan serta memimpin anggota kelasnya melakukan pemanasan. Selesai melakukan pemanasan, Pak Burhan memberikan sedikit materi tentang atletik, kemudian dilanjutkan dengan pengambilan nilai lari jarak menengah.

Pak Burhan mulai menyebutkan urutan lari. Ia membagi siswa dan siswinya menjadi empat kelompok. Satu kelompok terdiri dari tujuh orang. Elang satu kelompok dengan Ayra dan Bella. Mereka masuk kelompok tiga. Sementara Calvin kelompok satu dan Rey kelompok tujuh. Sepertinya Pak Burhan sengaja tidak menempatkan Elang, Rey, dan Calvin dalam satu kelompok.

Pak Burhan menetapkan lari sejauh seribu meter atau satu kilometer. Lari tersebut dilaksanakan di luar area sekolah. Kelompok dua sudah kembali memasuki area sekolah. Selanjutnya yang akan lari adalah kelompok tiga yang terdiri dari Elang, Ayra, Bella, Rama, Angga, Dina, dan Rasya.

Semua anggota kelompok tiga sudah mengambil posisi. Elang baris tepat di sebelah Ayra. Saat peluit ditiup barulah anggota kelompok boleh berlari.

"Lang, kamu kuat lari, kan?" tanya Ayra karena Elang menyeimbangi larinya yang terbilang pelan. Sementara teman-temannya yang lain sudah lari mendului mereka berdua, berlomba-lomba agar sampai lebih dulu di garis finish.

Elang menoleh ke arah Ayra, "Kenapa nggak kuat? Cuma lari segini doang, keliling Jakarta juga sanggup."

"Kalau gitu kenapa nggak lari yang kencang kaya yang lain? Biar kamu yang duluan sampai di garis finish." Ayra kembali bertanya pada Elang.

"Kalau gue mau, udah dari tadi gue lakuin. Tapi sayangnya gue nggak mau menang dan nggak mau lo lari sendirian," kata Elang tanpa sadar. Ayra memang tidak bisa jika harus lari kencang apalagi saat cuaca panas. Ia bisa kesulitan bernapas dan pingsan.

ELANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang