Pemakaman

3.2K 441 111
                                    

Alec Benjamin - Let Me Down Slowly.

Jisoo berlarian di lorong rumah sakit. Dia sesekali mengusap air mata yang terus mengalir dari matanya.

Ia memperlambat langkahnya saat melihat Jennie menangis dalam dekapan Lisa yang juga terisak. Ada June yang duduk di kursi ruang tunggu dan Jey yang berjongkok dan bersandar pada tembok sambil menangis.

Tiba-tiba salah seorang suster membuka pintu ruang UGD lebar-lebar. Memudahkan jalan sebuah stretcher dengan seorang yang tertutup selimut rumah sakit melewatinya.

Seketika tangis Jennie dan Lisa meledak. June bahkan menjerit saat 4 suster mendorong stretcher itu menuju ke ruangan paling ujung lorong ini.

Kamar mayat.

Stretcher itu melewati Jisoo yang masih mematung ditengah lorong.

"Permisi sus, bo-bolehkah saya melihatnya?" Suster suster itu mengangguk, Jisoo berjalan mendekat ke samping stretcher dan memegang ujung selimut itu. Tangannya bergerak membuka selimut itu perlahan hingga ke bagian atas dada mayat tersebut.

Jisoo seketika menangis dan terjatuh ke lantai melihat wajah pucat mayat itu.

"Permisi nona, mayat ini harus segera dibawa ke kamar mayat." Suster-suster itu kembali mendorong stretcher.

Jisoo menangis terisak dalam tunduknya. Ia tidak kuasa menahan tangisnya. Namun tiba-tiba June berdiri dan berlari menghampiri Jisoo.

Ia memaksa gadis itu berdiri dan menarik ujung kerahnya, "KENAPA KAU MEMBUNUHNYA BANGSAT!!"

BUGH!

BUGH!!

Jisoo terjatuh dengan dua pukulan di pipi dan dadanya.

"DIA CINTA MATI SAMA KAMU! TAPI KAMU MALAH MEMBUATNYA MATIII! DIMANA OTAKMU HAH?!!"

Jennie melepas pelukan Lisa dan berlari menghampiri Jisoo yang terdiam dan menangis. Lisa ikut menghentikan June yang hendak berlari menghantam Jisoo lagi.

"BANG! UDAHH BANG!!" Teriak Lisa sambil menangis.

Jisoo menangis semakin menjadi saat ia mengingat wajah pucat itu dan dada atas yang baru saja dia lihat.

Sooyaa's - The Death Night

* * *

Jisoo terdiam menatap dirinya didepan cermin kamarnya.

Celana levis hitam, kemeja lengan panjang berwarna hitam, dan beannie hitam. Rambut kemerahannya dibiarkan terurai. Hanya saja, kantung matanya juga ikut menghitam.

"Jisoo.."

Jisoo menoleh saat mendengar suara Jennie memanggilnya dari arah pintu.

"Sudah? Pemakamannya satu jam lagi. Kita harus bersiap." Ucap Jennie.

Jisoo mengangguk dan berdiri mengambil ponselnya. Ia merapikan beannie nya hingga menutupi telinga.

Jisoo berjalan turun dari lantai dua dan keluar rumah. Menghampiri Jennie yang sudah duduk didepan kemudi dengan pakaian yang senada dengan Jisoo, hitam.

Mereka sampai didepan sebuah rumah yang sering mereka kunjungi. Apalagi Jisoo. Rumah bergaya klasik dengan warna putih mendominasi dengan dua lantai.

Tidak kecil. Cukup mungkin untuk tempat tinggal keluarganya nanti, pikir Jisoo. Tentu saja jika kejadian ini tidak terjadi.

Jisoo turun dari mobil begitupula Jennie. Mereka dijemput Lisa dan berjalan bertiga kedalam rumah.

Jennie melihat sekeliling, banyak orang yang menangis didepan sebuah peti kayu berwarna kopi espresso kesukaan sang empunya peti.

Kim SistersWhere stories live. Discover now