ένα

8.8K 1.2K 272
                                    

Haechan memilih kembali ke flatnya setelah meminta izin pada Eunhye, tunangan Mark. Air matanya sudah menolak keluar untuk menangisi perasaannya untuk lelaki yang sayangnya sudah dijodohkan dengan perempuan sempurna.

Ia bergelung di kasur, tangannya meremat sprei dengan kasar. Ada sesuatu tak kasat mata yang mencubit dadanya. Dan lagi-lagi itu karena Mark.

Semuanya berawal dari satu tahun lalu saat pelantikan ketua kedisiplinan. Haechan yang saat itu bosan setengah mati diam-diam pergi ke belakang panggung aula dan berencana memutus kabel mikrofon.

Sayang, kerahnya langsung ditarik oleh orang yang ingin ia potong pembicaraannya nanti. Sejak saat itu hubungan simbiosis mutualisme itu berlangsung. Dua bulan setelah hubungan mereka, Haechan tahu kalau Mark sudah memiliki tunangan yang tinggal serumah dengannya.

Patah hati? Tentu tidak. Haechan selalu bersikap profesional dan ia menghargai semua sikap manis Mark saat itu. Seiring berjalannya waktu, perasaan keduanya sudah di luar kendali. Dan Mark menjadi pihak yang selalu menyatakan perasaannya.

Sedang Haechan mati-matian menahannya untuk menghargai Eunhye. Karena bagaimanapun dia lah yang berperan sebagai pihak ketiga dalam hubungan Mark dan Eunhye. Kadang Haechan berharap ia memiliki mental seperti pelakor pada umumnya.

Tapi ia tidak bisa.

Toh ia bukannya menjalin hubungan serius dengan Mark. Hanya sebatas friend with benefits, iya kan?

– — –

Mark mengacak rambutnya kesal di dalam kamar mandi. Ia tidak boleh memperlihatkan kekalutannya pada Eunhye. Ia baru pulang dari perpustakaan kota beberapa menit yang lalu. Bayangan dimana Haechan sedang makan malam di meja bersama Eunhye buyar saat wanita yang lebih tua tiga tahun darinya itu berkata jika Haechan sudah pulang dari sore tadi.

"Sial." Mark terus mengumpat, ia menginginkan lelaki manis itu.

Tok tok!


"Mark? Jeno sudah menunggu." Eunhye berteriak karena keran wastafel kamar mandi menyala.

Mark yang mendengar itu langsung memakai jaketnya yang sudah tergantung di kamar mandi. Persetan dengan tugas kelompoknya. Ia mau Haechan.

Pemuda itu membuka pintu kamar mandi kasar membuat Eunhye yang sedang menunggunya di luar kaget. Mark langsung memeluk tubuh kecil perempuan itu, "aku pergi dulu, maaf." Mark lalu berjalan cepat keluar apartemennya.

Tanpa Mark sadar Eunhye sudah mengusap air matanya pelan. Meski dijodohkan, mereka berdua sudah bersahabat sejak lama. Perempuan itu tahu betul jika Mark berbohong.

Sejak kedatangan Haechan untuk kerja kelompok bersama teman-teman Mark yang lain. Padahal Haechan tidak sekelas dengan Mark, ia tahu itu. Eunhye paham jika Mark memiliki sesuatu yang berbeda untuk lelaki manis itu. Dari tatapannya bahkan tangannya yang sigap memegang Haechan kapan saja.


"Maaf, Haechan."

Eunhye bukan perempuan sempurna yang mengikhlaskan orang yang ia cintai bersama orang lain. Dia harus mengambil hak nya. Mark Lee hanyalah miliknya seorang.





"Halo? Abeoji? Kami setuju pindah ke Kanada."

"....."

"Mark itu jenius, dia bisa mengambil sarjana di sana."

"....."

"Baik, terima kasih abeoji."


Eunhye menggenggam ponselnya erat. Yang dia lakukan sudah benar. Ia harus memisahkan Mark dari Haechan bagaimanapun caranya.

– — –

Mark merengkuh tubuh kurus Haechan. Ia mendekap submisifnya erat, berusaha meredakan isakannya. Tangannya mengelus punggung bergetar Haechan dengan sabar. Sudah dua jam ia disini sejak Haechan menyambutnya dengan mata sembab dan tamparan seperti biasa.

"Aku, a-aku ti—"

"Sshhh, aku yang salah sayang, aku yang salah." Mark mengecup puncak kepala Haechan lembut. Memang benar ia yang salah, menjatuhkan hatinya pada orang lain saat jelas-jelas ada orang yang menunggunya pulang di rumah.

"Aku takut Mark." bisik Haechan lirih sambil mengeratkan pelukannya di tubuh Mark.

"Eunhye tidak akan melakukan apa-apa. Percayalah."

Hingga akhirnya keduanya jatuh ke alam mimpi dalam dekapan masing-masing. Haechan berharap Mark benar soal Eunhye, bahwa perempuan itu tidak akan melakukan apapun pada dirinya. Karena jujur, Haechan tidak yakin.

Seekor singa tidak akan tinggal diam jika mangsanya diambil, iya 'kan?

– — –

[✅]A Space ft. markhyuckWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu