δύο

8K 1.1K 87
                                    

"Ahh shit!" Mark menggeram pelan bersamaan dengan kejantanannya yang masuk ke dalam mulut hangat Haechan.

Haechan menatap wajah Mark di balik poni lepeknya. Mulutnya dengan lihai mengeluar masukkan batangan panas milik Mark. Jari lentiknya memberikan pijatan pada bola kembar Mark. Disedotnya kejantanan itu dengan kuat hingga membuat empunya mengerang.

Haechan mengeluarkannya lalu ia kocok dengan cepat, "keluarkan susumu sunbae." ujarnya seduktif sambil menjilat kepala kejantanan Mark.

"Fuck!" Mark menjambak surai Haechan agar berdiri. Ia menyambar bibir tebal Haechan dan menghisapnya kasar. Dengan senang hati Haechan mengalungkan tangannya ke leher si dominan.

Dalam posisi berdiri, Mark mengarahkan kejantanannya ke lubang Haechan. Haechan yang sadar langsung melingkarkan satu kakinya ke pinggang Mark. Tubuhnya bergetar saat merasakan kejantanan Mark menyentuh lubang berkedutnya. Tanpa aba-aba, Mark melesakkan benda panjang itu ke dalam lubang sempit submisifnya.

"HNGAH!" Haechan memutus pagutan keduanya dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Mark.

Dengan senang hati Mark memompa kejantanannya. Tangannya meremas bongkahan sintal milik Haechan dan sesekali menamparnya membuat si empu mendesah makin ribut. Bibir tipisnya sibuk mengumpat dan memberi tanda di leher jenjang Haechan.

"Ah! Anghhh.... Markhhh" Haechan mengetatkan lubangnya agar Mark bisa segera keluar. Ia sudah sangat lemas sungguh belum lagi mereka tetap harus sekolah.

"Jangan disempitkan sial! Akhh!" Mark mempercepat temponya saat rektum Haechan menjepit miliknya lebih erat.

"Oh! Mark! Ngahh!" Haechan memejamkan matanya saat ia mencapai puncak dan batangan Mark menggembung di dalam sana.

Yang dominan hanya menggeram rendah saat cairannya menyembur begitu saja ke dalam lubang si mungil.

Keduanya terengah, Mark membalik tubuh Haechan begitu ia mengeluarkan kejantanannya. Dikecupnya kening lelaki yang paling ia sayangi di bumi ini. Tangan Mark mengelus pipi Haechan lembut, "Maaf."

Haechan tersenyum kecil sambil mendorong dada Mark pelan, "tak apa. Kau keluarlah." Haechan membalikkan badannya dan menyalakan shower, melanjutkan acara mandinya yang tertunda karena Mark.

Mark menatap punggung sempit Haechan lamat. Ingin rasanya ia memeluk tubuh kurus itu erat, membagi semua kebahagiaan dan kehangatan yang ia punya. Tapi otaknya lebih memilih untuk membawa badannya keluar dan meninggalkan Haechan sendirian.

Selepas mendengar pintu kamar mandi tertutup, Haechan jatuh terduduk. Ia memeluk kedua lututnya berusaha meredam isakan. Ia benci bagaimana Mark mengucap maaf setelah mereka bercinta. Seakan-akan melakukan kesalahan dan akan pergi meninggalkannya.

Haechan mendangak, membiarkan kucuran shower membasahi wajahnya. Ia lelah dengan semua ini, ia ingin mengakhirinya. Namun hatinya tidak akan pernah membiarkan Mark lepas dan Haechan tahu itu.

Tubuhnya kembali bergetar bersama dengan isakannya yang mengencang.






Ia benci hidupnya. Sangat.


– — –

Mark menahan napasnya, ponselnya sudah tidak berbentuk lagi setelah ia lempar ke dinding. Ayahnya baru saja mengirim pesan bahwa ia harus berangkat ke Kanada pukul lima sore hari ini. Bukan menginap, namun menetap.

Kepala Mark berdenyut saat membayangkan hidupnya tanpa Haechan. Bagaimana jika ia merindukan pipi gembilnya? ceruk leher yang selalu menampung air matanya dan mulut pedas yang selalu mendesahkan namanya keras. Mark tidak bisa.

Eunhye? Mark bisa dibunuh detik ini juga jika ia memutuskan hubungannya dengan perempuan itu. Orang tuanya terlalu mencintai gadis kaya itu. Menganggap Eunhye adalah gadis sempurna luar dan dalam.

Mark memjamkan matanya lama. Mungkin memang ini karmanya, mengkhianati perasaan Eunhye hingga ia dan lelaki yang ia cintai tidak dapat bersatu. Harusnya ia menolak perjodohan itu mentah-mentah. Atau mungkin harusnya ia menghindari Haechan dari dulu.




– — –

Haechan langsung menelungkupkan kepalanya saat Kim ssaem masuk ke dalam kelas. Ia malas belajar tapi ia juga malas membolos, lubangnya masih ngilu.

"Anak-anak! Kalian bisa berkumpul di aula sekarang!" Kim ssaem berkata dengan suara kencang agar para siswa mendengarnya dan langsung keluar setelahnya.

Haechan mengangkat kepalanya dengan perasaan heran. Untuk apa mereka dikumpulkan di aula?



"Kudengar pelepasan anak emas sekolah."

"Anak emas? Mark sunbae maksudmu?"

"Katanya ia pindah ke Kanada hari ini."

"Benarkah? Sayang sekali kalau ia pergi."





BRAK!

Haechan tidak peduli dengan tangannya yang memerah dan tatapan bingung teman-temannya. Kakinya langsung lari menuju aula. Memastikan tentang omongan para siswi yang menyapa telinganya tadi.

Kanada? Kenapa Mark tidak pernah bilang apa-apa? Sebegitu tidak pentingnya Haechan?

– — –

terima kasih sudah membaca💚❣️

[✅]A Space ft. markhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang