πέντε

6.7K 1.1K 423
                                    

i really appriciate your comments bub, love you.







– — –

110 months later.

"Anak-anak duduk melingkar!" Pria manis bersurai coklat terang dengan sedikit warna pelangi itu berbicara agak keras sambil menepuk karpet di sampingnya.

Tidak perlu diberitahu lagi, anak-anak itu langsung duduk mengelilingi guru mereka. Sekarang jam dua belas siang, waktunya murid taman kanak-kanak dipulangkan.

"Haechan-ssaem, kapan pulangnya?" anak laki-laki berambut keriting itu bertanya sambil mengerjapkan matanya, dia mengantuk.

"Jisung harus sabar, oke?" Haechan menghampiri bocah setengah sadar itu lalu mengelus kepalanya lembut.

"Ya sudah, siapa yang mau memimpin doa?"

"Aku ssaem! Aku!" Perempuan dengan bahasa Korea sedikit kaku itu mengangkat tangannya tinggi-tinggi.

"Minhye-ya? Kau serius?" Haechan bertanya ulang karena kemarin bocah pindahan luar negeri itu sempat menangis kencang saat disuruh memimpin doa.

"Eung! Kata daddy aku harus jadi anak yang berani." Anak kecil itu berbicara penuh percaya diri membuat Haechan tersenyum lebar.

"Daddymu pasti orang yang keren."

"Tentu saja, dia manusia terkeren di muka bumi setelah ssaem."

"Setelah aku?"

"Aku lebih suka yang imut seperti ssaem daripada yang tampan seperti daddy."

Blush!

"A-aku imut?"

"Of course you are!" Minhye tersenyum lebar sampai matanya hilang, gurunya yang satu ini memang sangat imut. Apalagi wajahnya tidak seperti orang berusia 26 tahun.

"Ekhem, k-kau bisa pimpin doanya sekarang." Haechan membersihkan tenggorokannya, malu rasanya dibilang imut dengan anak yang berumur kurang dari setengah umurnya.

– — –

Haechan menggendong Jisung—anak sekaligus muridnya—yang sudah tidur sedari tadi. Dia sudah pulang sekarang jika Minhye sudah dijemput orang tuanya. Perempuan berambut pirang itu bilang kalau daddynya akan menjemput hari ini.

Haechan sempat berpikir seberapa sibuk ayah Minhye sampai jarang menjemput anaknya, sekalinya menjemput malah terlambat dua jam. Haechan salut bagaimana raut gembira dari wajah Minhye tidak pernah hilang meski ayahnya belum sampai juga.

"Minhye-ya." Haechan mendekat ke tempat Minhye duduk.

"Ya ssaem?"

"Daddymu sangat sibuk ya?"

Minhye menoleh ke arah guru kesayangannya itu, "daddy bilang daddy sibuk mencari ibu untuk Minhye."

"Uhuk!"

Oke, untuk yang satu itu Haechan sama sekali tidak tahu. Jadi ayahnya Minhye adalah single parent?

"Ssaem kenapa?"

"Tidak, tidak ap—"


Tok tok!

"Lee Minhye?"

"Daddy!"



Gawat.

Haechan hampir menjatuhkan Jisung tadi. Pria yang mengganggu otaknya bahkan setelah bertahun-tahun meninggalkan dirinya sekarang ada di depannya.

[✅]A Space ft. markhyuckWhere stories live. Discover now