τρία

7.1K 1K 168
                                    

Keadaan aula sudah cukup ramai. Anggota dari komisi kedisiplinan sudah duduk di baris depan. Siswa sisiwi yang lain juga sudah mengambil duduk menyisakan Haechan yang berharap jika semua ini hanya mimpi.

Ada yang bergosip, bahkan dari tempat Haechan duduk ia bisa melihat Lucas sibuk mengelus punggung Yeri. Perempuan itu sudah menangis sama seperti dirinya.

Haechan mengelap pipinya kasar saat dengingan mikrofon terdengar. Kepala sekolah membuka acara pelepasan dadakan ini sebentar. Aula menghening seketika saat orang yang akan mereka lepas naik ke atas panggung aula.

Mark masih memakai baju yang ia gunakan saat datang ke flat Haechan kemarin. Rambut hitamnya yang sedikit acak-acakan tidak menghilangkan kadar ketampanannya sama sekali. Mata tajam itu melihat seisi aula, kanan ke kiri.

Iris keduanya bertubrukan. Mark ingin lari dan memeluk empu dari mata berkaca-kaca itu lalu mengatakan semuanya akan baik-baik saja. Tapi memang kenyataan tidak selalu memihak pada manusia kan?

Bodyguard ayahnya, barang-barangnya dan Eunhye sudah ada di
sekolah sekarang. Mark tidak bisa melakukan apa-apa untuk menyelamatkan hubungannya dengan Haechan. Ia masih terlalu lemah.

"Selamat siang semuanya. Pertama-tama saya ingin mengucapkan maaf—"

Haechan langsung menutup telinganya rapat. Ia benar-benar berharap apa yang terjadi sekarang hanyalah lelucon. Tapi sial, lelakinya nyata sedang mengucap serentet kalimat perpisahan di depan seluruh warga sekolah.



"Hey lihat, Haechan menangis."

"Untuk apa brandal itu menangis?"

"Aku bertaruh dia akan rindu Mark sunbae menghukumnya."

"Wah, sampai air matanya mengalir deras seperti itu?"



Haechan muak. Ia muak dengan hubungan terlarang keduanya, terlalu banyak dosa dan kebohongan. Haechan tidak sanggup melihat atau mendengar apapun dari lelaki Kanada itu lagi.

Ia bangun dengan kasar membuat deritan kursi menggema di aula. Seluruh isi aula menengok ke arahnya  yang memotong pembicaraan Mark.






"Pembohong."






Haechan mendesis pelan namun cukup di dengar oleh semuanya karena keadaan aula yang memang sedang hening.

Bisik-bisik kembali menyapa Haechan yang sibuk menatap mata tajam milik Mark. Merasa tidak ada respon, Haechan mengangguk pelan dan tersenyum kecut. Lelaki itu memang tidak ingin menjelaskan apa-apa ternyata.

Haechan membungkukkan tubuh 90° di tempatnya berdiri. Sedetik kemudian ia sudah berlari ke pintu aula dengan air mata yang mengalir tanpa izin.

Mark membelalakkan matanya saat melihat bayi beruangnya pergi begitu saja,




"HAECHAN-AH! LEE DONGHYUCK!" Mark mengeraskan rahangnya, Haechan mengacuhkan panggilannya.

Seisi sekolah kembali dibuat bingung dengan Mark yang memanggil Haechan dengan akrab bahkan menggunakan nama asli dari lelaki berkulit tan itu. Padahal Haechan akan mencekik siapapun yang berani memanggilnya dengan nama itu.

Mark berdehem pelan dan melanjutkan kalimat-kalimat yang sudah ia susun di dalam otaknya. Persetan dengan tatapan penasaran dari mereka, ia hanya ingin acara ini cepat selesai dan bisa menyusul bayi beruangnya itu.



[✅]A Space ft. markhyuckWhere stories live. Discover now