58. Giving Up

1.3K 161 29
                                    

"Bwa bwa, dia tidak meletakkan susu lagi di sini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Bwa bwa, dia tidak meletakkan susu lagi di sini." (Lihat)

Perkataan Jungri menarik perhatianku. Ia sudah berada di luar, sementara aku masih memasang alas kaki di dalam apartemen. Setelah tali sneakers-ku terikat sempurna, aku buru-buru keluar dan menutup pintu.

Mataku tertuju ke bawah, ke arah lantai di depan pintu unit apartemen kami yang hari ini bersih tanpa benda apapun. Lelaki J tidak meletakkan sebotol susu lagi di sana seperti hari-hari sebelumnya.

"Seandainya kau membuang susu-susu itu sejak dulu, sepertinya dia juga akan berhenti memberikannya sejak lama." Jungri berspekulasi, lalu tangannya bergerak merangkulku, "Kaja." (Ayo)

Kami pun melangkah beriringan menuju halaman tempat mobil terparkir. Kudengar Jungri membicarakan beberapa hal mengenai pekerjaannya di rumah sakit, namun aku tidak terlalu fokus mendengarkannya. Pikiranku tertuju pada lelaki J.

Benarkah lelaki itu berhenti memberikan susu lagi padaku karena kemarin Jungri membuangnya ke tempat sampah? Jika benar karena itu alasannya, maka lelaki J melihat apa yang terjadi. Dia entah di mana dan bagaimana caranya mengawasiku dan Jungri tanpa sepengetahuan kami. Begitukah?

Aku mendadak merasa was-was. Menarik pintu mobil, sesaat aku mengedarkan pandangan ke sekeliling—terutama ke arah luar gerbang. Setelah tak menemukan sosok seseorang atau apapun itu yang nampak mencurigakan, aku pun segera masuk karena Jungri sudah men-starter mesin mobil.

Setidaknya aku merasa lega jika lelaki J benar-benar berhenti mengirimkan sebotol susu setiap harinya padaku. Ia tak perlu melakukan hal-hal semacam itu untuk menarik perhatianku. Aku sangat berharap apa yang ia lakukan berhenti sampai di sini. Berhenti mengirimiku surat atau apapun itu, dan berhenti berada di sekitarku.

"Kau tidak berniat membaca buku di dalam mobil, kan?" Jungri bertanya, menoleh sekilas ke arahku.

Aku menggeleng. "Wae?" (Kenapa?)

"Let's listen to the music," jawabnya diiringi senyum singkat, lalu tangannya mulai menekan-nekan player. Tak lama kemudian, alunan lagu Western yang akhir-akhir ini lagi hits—aku tidak tahu judul dan siapa penyanyinya—mulai terdengar mengalun.

Setidaknya mendengarkan lagu di pagi hari begini kuharap bisa sejenak merefreshkan otakku sebelum menghadapi ujian. Teringat ponselku belum aktif sehabis di charger di rumah tadi, aku pun merogohnya dari dalam tas dan langsung mengaktifkannya. Tidak ada pesan atau notifikasi lainnya yang penting. Jemariku bergerak menyentuh aplikasi instagram. Daripada hanya diam sepanjang perjalanan yang bisa menyebabkan kantuk, tak ada salahnya melihat-lihat timeline atau explore instagram.

Terus meng-scroll layar ke bawah, aku beberapa kali memberikan heart pada foto postingan teman kuliahku—rata-rata berisi caption tentang semangat ujian. Namun kemudian pergerakan tanganku seketika terhenti ketika aku menemukan sebuah postingan yang menarik perhatianku. Detik itu juga aku menatap layar dengan antusias.

WHY YOU? || KIM MINGYUWhere stories live. Discover now