19🍃

4.5K 364 18
                                    

"Tenanglah itu hanya mimpi, bunga tidur." Menjelaskan dengan lembut.

"Ta..tapi itu sangatlah nyata Celvin, kamu..... kamu telah..."

"Sudah-sudah jangan katakan itu, sekarang tarik nafas dan keluarkan."

Emely mengikuti intruksi Celvin perlahan dan sedikit demi sedikit telah tenang. "Sudah mendingan??" Emely menganguk perlahan. "Sekarang tidurlah lagi."

"Celvin tidurlah bersamaku!!" Minta Emely dengan rasa takut yang masih mengitarinya.

"Baiklahh sekarang tidur lagi aku akan menemanimu."

Emely berbaring di dalam pelukan Celvin yang hangat. Menghirup aromanya yang menenangkan. Walaupun sudah berlalu Emely masih belum bisa tertidur, ia takut akan bermimpi yang sama dan bagaimana kalau mimpi itu menjadi kenyataan.

Sedangkan Celvin terus mengelus kepala dan tangan yang melingkar di perutnya dengan lembut. "Kenapa belum tidur??"

Emely mendongak untuk melihat sepasang mata biru dihadapannya. "Aku tidak bisa tidur." Dengan mempererat pelukannya. "Dan juga ini hampir pagi."

"Baiklah terserah kamu."

Saat Emely membayangkan keadaan Celvin yang berlumuran darah Emely kembali dilanda panik. Air matanya kembali menetes perlahan. Emely mendongak dan secara mengejutkan mengambil dagu Celvin untuk menempelkan bibirnya pada bibir Celvin. Emely memejamkan matanya dengan erat. Sedangkan Celvin masih dilanda kebinggungan tetapi beberapa detik ia memahami kalau Emely masih kawatir.

Celvin memegang pinggang dan tengkuk Emely untuk memperdalam ciuman mereka. Menerima balasan dari Celvin Emely memosisikan tangan di sekitar leher Celvin.

Bibir yang saling bertautan itu menghibur satu sama lain. Ciuman itu sangat lembut dan manis sampai-sampai mereka berdua tidak ingin mengakhirinya. Tetapi karna ngantuk yang tiba-tiba menghampiri Emely, ia harus tertidur dengan perlahan. Mengetahui kalau ia tertidur Celvin melepas ciuman dan memosisikannya terbungkus dalam lengannya.

Celvin tersenyum cerah "siapa tadi yang bilang tidak ingin tidur." Dan mendaratkan kecupan singkat didahinya dan ikut tidur disebelahnya.

Saat Emely terbangun tempat disebelahnya telah kosong, entah mengapa Emely merasa panik sesaat. Ia segera turun dari tempat tidur dan berjalan keluar.

Saat ia melihat orang yang dicarinya sedang berkutik didapur hati Emely kembali tenang. Ia perlahan berjalan kearah Celvin dengan senyum cerah.

Merasakan kehadiran seseorang Celvin mendongak dan tersenyum. "Sudah bangun?"

"Enn." Emely duduk disalah satu kursi dengan melipat kedua tangan diatas meja dan memfokuskan pandangan pada Celvin walaupun wajahnya memerah karna keberaniannya tadi malam entah dia mempunyai kesadaran dari mana."Kemana papa dan yang lainnya?"

"Tuan Edwerd keluar pagi-pagi sekali sedangkan Greyson dan Benedic aku tugaskan keluar."

"Ada masalah?" Tanya Emely saat Celvin datang sambil membawa hidangan yang telah selesai ia buat.

"Makanlah terlebih dahulu!" Perintahnya.

Sambil mengambil makanannya Emely kembali bertannya. "Apa Benedic dan Greyson akan tepat waktu untuk kelas?" Dengan menyendokkan nasi kemulutnya.

"Yaa mereka tidak akan telat, sudah habiskan dan segera mandi, kamu juga tidak ingin telat dalam kelas kan!" Emely menggangukkan kepalanya.

*

Saat mobil yang dikendarai Celvin sampai di sekolah, seluruh isi sekolah berteriak sangat kencang bagaimana tidak, tiga pria yang sangat tampan turun dari mobil yang mewah, seperti biasa para wanita akan mengantri untuk mengambil gambar mereka dan berteriak-teriak histeris.

Itu mengapa Emely tidak ingin berangkat bersama mereka, ia lebih suka berangkat menaiki bus atau diantar Bram dengan mobil pribadi kalau tidak para wanita akan mencaci-caci dia dengan semburan alva yang begitu panas terutama si Shifa dan para kucingnya, saat melihat Emely berjalan bersama trio tamvan, kepalanya akan mengeluarkan asap dan ia berteriak seperti orang gila.

Bahkan Celvin terus menyakinkan Emely kalau jangan hiraukan mereka tapi Emely tidak ingin menjadi pusat perhatian lebih baik ia harus sendiri.

Saat ini sudah satu bulan lamanya dan kini mereka akan mengadakan ujian akhir sekolah. Ohh hampir lupa Benedic dan Greyson juga ditempatkan dikelas yang sama dengan Emely dan Emely berpikir kalau itu perbuatan Celvin. Saat Emely bertanya Celvin hanya menjawab 'hanya untuk pencegahan'.

Semua murid terfokus pada lembaran ujian masing-masing. Ini adalah ulangan akhir sekolah dan mereka harus kerja keras untuk menghasilkan nilai yang baik.

Dan ini sudah enam puluh menit lamanya mereka mengerjakan. Emely dengan sombongnya melirik Celvin yang belum selesai juga melewati Benedic dan Greyson untuk mengumpulkan lembar ujian. Sedangkan Celvin hanya tersenyum kecil karna ia memanglah mengalah hanya untuk kebahagiaan Emely.

Celvin juga ikut mengumpulkan diikuti oleh Benedic dan Greyson serta para murid laiinnya.

Kini bel pulang telah berbunyi, Emely berjalan bersama dua sahabatnya yaitu Salma dan juga Salsa. Saat mereka bertiga berjalan sambil tertawa bersama suasa tiba-tiba berubah menjadi suram.

Entah mengapa langit yang semula terang tiba-tiba berubah menjadi gelap. Guntur bertabrakkan dimana-mana menyebabkan suara keras yang bergema.

Emely sangat ketakutan ia mencengkram kedua tangan sahabatnya tetapi tidak ada pergerakan dari kedua sahabatnya itu.

Emly menoleh kearah mereka dan apa yang Emely lihat sangatlah tidak masuk akal. Kedua sahabatnya diam tidak bergerak, mereka berubah menjadi patung bahkan semua orang juga tidak bergerak. Ada apa dengan ini semua.

"Celvin..."

"Celvin........"

Emely terus berteriak menyebutkan nama Celvin tapi dia tidak kunjung datang. Jantung Emely berdetak sangat kencang. Ia diliputi oleh keheningan dan guntur juga hujan yang turun dengan deras.

Tiba-tiba bayangan seseorang berjalan dari arah lawan mendekat kearah Emely. Bayangan itu sangatlah gelap, Emely tudak bisa melihat wajahnya. Semakin dekat dia semakin Emely melangkah kebelakang.

Emely mengeluarkan keringat dingin dan juga ia meneteskan air matanya perlahan. Ia sangat takut, kemana perginya Celvin, Benedic dan juga Gryson.

Dengan kilat bayangan itu telah berada di depan Emely. Mata merahnya seperti ingin membakarnya hidup-hidup.

"Ja...jangan sakiti aku!!!" Emely mencoba untuk kabur tetapi tangannya di cengkram oleh tangan yang begitu panas dan tajam.

Terakhir yang diingat Emly adalah ia yang ditusuk oleh benda tajam dan dibawa pergi entah kemana.

"Celvin." Kata terakhir sebelum menutup matanya.





TBC🍃

Serigalaku Adalah Pelindungku (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang