Lima.

2.2K 330 27
                                    

Hari ini adalah hari Sabtu. Seharusnya hari ini merupakan hari yang membahagiakan, karena pada hari ini kita bisa bangun siang dan berleha-leha dikasur tanpa harus pergi kesekolah.

Namun, lain hal nya dengan Gita. Pagi tadi ia sudah ditarik paksa oleh Kun agar bangun dan meninggalkan tempat tidurnya, tempat yang memiliki gravitasi paling kuat bagi Gita karena tempat tidurnya itu seperti memiliki magnet yang membuatnya terjerat, menahannya agar tidak dapat kemana-mana seharian.

Hari ini rencananya Gita akan dijemput oleh Hendery pukul 07.00 pagi, mereka akan pergi ke pantai yang letaknya berada di pinggir kota. Mereka akan meliput kegiatan Ekskul Pencinta Alam yang akan ditampilkan di majalah sekolah minggu depan.

"Nanti kamu jangan bandel, jangan ngerepotin Hendery ya dek, kalo ada apa-apa cepet telepon Kakak." Kun memberi wejangan kepada Adiknya.

Sementara Gita yang diberi wejangan hanya asik memperhatikan Kun yang sejak tadi sibuk bolak-balik antara ruang tengah dan kamarnya.

Sepertinya Kun sedang mempersiapkan barang-barang yang akan dibawanya ke Kampus nanti.

"Jangan lupa makan kalo udah selesai. Jangan sampe kamu sakit nanti," lanjut Kun. Ia masih asik dengan kegiatannya, menyiapkan barang bawaan untuk ke kampus.

Gita terkekeh sendiri melihat repotnya Kun.

"Dek, kamu denger gak sih kakak ngomong apa?" Kun yang sedang mengambil laptopnya di kamar menghampiri Gita yang ada diruang tengah.

"Iya denger," jawab Gita. "Aku cuma pergi bentar Kak, bukan mau minggat dari rumah."

"Bukannya gitu dek, tapi kamu kan--"

Tin.. tin..

Ucapan Kun terpotong oleh suara klakson mobil yang Gita asumsikan itu adalah Hendery.

Gita segera bangkit dan mengambil tasnya.

"Yaudah aku berangkat dulu. Itu kayaknya si Hendery udah dateng," ujar Gita. Ia berjalan keluar rumah diikut oleh Kun dibelakangnya.

Saat sampai didepan pintu, ia melihat Hendery baru saja turun dari mobilnya dan berjalan menghampiri mereka.

"Pagi Git, pagi Kak," sapa Hendery.

"Pagi Der, gimana kabar kamu? Kabar Mama juga giman? Sehat?" Sapa Kun.

Kun memang mengenal Hendery. Selain sibuk kuliah, dulu Kun sempat menjadi tutor di suatu tempat bimbel. Kebetulan Hendery merupakan salah satu murid yang diajarkan oleh Kun ditempat bimbel tersebut. Dulu Hendery masih kelas 10 dan belum memiliki SIM, sehingga orangtuanya melarang ia untuk membawa kendaraan sendiri. Maka dari itu dulu Hendery selalu diantar dan dijemput oleh Ibunya, dan terkadang Kun suka menemani Hendery yang belum dijemput oleh Ibunya sepulang les. Dri situ Kun bisa mengenal dan akrab juga dengan Ibu Hendery.

"Alhamdulillah sehat Kak, Mama juga sehat. Kak Kun gimana? Udah mulai skripsi?" Tanya Hendery.

"Udah mau masuk Bab 3 nih. Doain ya cepet kelar," jawab Kun.

"Yaudah sana kalian berangkat, keburu siang nanti macet. Gak ada yang ketinggalan kan Dek?" Kun menoleh ke arah Gita, memastikan tidak ada yang tertinggal.

"Gak kok Kak. Yaudah aku jalan dulu," pamit Gita. Ia segera mencium tangan Kun. "Yuk Der, jalan."

"Eh, iya. Yaudah kak, jalan dulu ya." pamit Hendery.

"Iya, hati-hati. Titip Gita ya," ujar Kun.

Hendery mengangguk dan tersenyum, lalu menyusul Gita yang sudah lebih dulu berjalan menuju mobilnya. Dan mereka segera berangkat menuju lokasi tujuan.

North Stars | Jeno✓Where stories live. Discover now