Sembilanbelas.

1.8K 261 9
                                    

Suara gemuruh guntur dan kilatan petir menggelar memekakkan telinga. Gita yang sedang asik duduk di meja belajarnya sambil membaca buku segera menutup buku tersebut. Ia berjalan mendekat kearah jendela, hendak mengintip hujan yang saat ini tengah turun dengan deras. Hari masih sore, namun langit sudah terlihat sangat gelap.

Saat ini, Gita tengah sendiri berada dirumahnya. Kun, kakaknya sedang tidak ada dirumah dan mengatakan bahwa ia akan pulang pada malam hari. Sementara kedua orangtuanya sedang menengok Pamannya yang sedang sakit di Jogja.

Ponsel Gita yang ada diatas nakasnya bergetar. Gita meraih ponsel tersebut. Keningnya mengkerut melihat panggilan masuk dari Jeno menghiasi layar ponselnya.

"Halo.." Gita mengangkat panggilan tersebut. Jantungnya berpacu dengan cepat. Ini adalah pertama kalinya Jeno kembali menghubunginya semenjak insiden di warung makan, sepuluh hari yang lalu.

"Dimana?" tanya Jeno tanpa basi - basi. Tak menjawab sapaan Gita.

"Dirumah. Kenapa?"

"Tolong bukain pintu. Aku ada dibawah." Jeno mematikan sambungan teleponnya secara sepihak.

Gita terkejut. Ia segera turun ke lantai bawah dengan tergesa - gesa. Hendak memastikan kebenaran dari ucapan Jeno. Dan benar saja, saat Gita membuka pintu, terlihat sosok Jeno yang tengah berdiri dengan baju yang basah kuyup dan wajah yang babak belur.

"Ya ampun, Jen. Kamu kenapa? kok bisa kayak gini?" tanya Gita terkejut.

Jeno tidak menjawab. Ia berjalan mendekat ke arah Gita dan memeluk Perempuan itu. Tidak peduli jika baju kekasihnya juga akan basah karena dipeluk olehnya.

"Maaf.. maaf, Git," gumamnya berkali - kali.

Jeno menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Gita dan menghirup aroma Perempuan itu dalam - dalam. Gita membalas pelukan Jeno, ia mengelus punggung Laki - laki itu.

"Masuk dulu, yuk. Ganti baju terus obatin luka kamu." Gita melonggarkan pelukannya. Kemudian ia menuntun Jeno untuk masuk ke dalam dan mendudukkannya di sofa ruang keluarga.

"Tunggu disini." Perempuan itu melepaskan genggaman tangannya dengan Jeno. Setelah itu, ia segera menuju kamar Kakaknya untuk mengambilkan pakaian kering agar dapat dipakai oleh Jeno.

"Nih, ganti dulu sana." Gita menyodorkan pakaian milik Kakaknya kepada Jeno. Jeno menerima pakaian itu tanpa mengatakan apa - apa. Kemudian, Laki - laki itu berjalan ke arah kamar mandi yang letaknya tak jauh dari ruang keluarga.

Gita hanya menatap punggung Jeno yang menghilang dibalik pintu kamar mandi. Setelah itu, Ia berjalan menaiki anak tangga hendak menuju ke kamarnya untuk mengganti pakaiannya yang sedikit basah karena dipeluk oleh Jeno tadi.

Gita turun kebawah sambil menenteng kotak P3K. Dilihatnya Jeno sudah mengganti pakaiannya, tengah duduk di sofa sambil melihat kearahnya. Gita duduk di space kosong yang ada disamping Jeno. Ia menarik tangan Laki - laki itu, menepiskan jarak dengannya. Gita mulai menuangkan sedikit alkohol diatas kapas. Gadis itu mulai membersihkan luka Jeno.

Jeno meringis saat Gita tak sengaja menekan luka yang ada di ujung bibirnya.

"Maaf. Sakit, ya?" tanya Gita.

Jeno menggelengkan kepalanya. Namun, dapat dilihat dari ekspresi Laki - laki itu bahwa kini ia tengah menahan rasa perih.

"Tahan, ya. Sebentar lagi kok," kata Gita. Ia kembali mengobati luka Jeno.

Gita memasukkan sisa kapas kedalam kotak P3K setelah selesai mengobati luka di wajah Jeno.

"Tunggu sebentar. Aku bikinin teh dulu." Perempuan itu bangkit hendak membuatkan Jeno segelas teh hangat. Namun, baru saja ia ingin beranjak menuju dapur, Jeno sudah terlebih dahulu menarik pergelangan tangannya. membuat Ia kembali terduduk disofa.

North Stars | Jeno✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang