4. Belum Siap Jadi Ayah?

2K 149 10
                                    

Kabar kehamilan Vin tentu membuat saya bahagia. Bayangan akan sosok kecil yang akan memanggil saya dengan sebutan 'ayah' selalu terlintas di benak saya bahkan sampai ke alam mimpi.

"Kenapa kamu maunya dipanggil ayah, Val?" tanya Vin.

Saya berpikir. Mengapa ya?

"Ya karena ada banyak lagu tentang sosok 'ayah'. Saya tidak pernah mendengar lagu tentang bapak, papa, papi, apalagi pipi," jawab saya.

Vin tersenyum simpul.

"Kayaknya ada deh Val, lagu selain ayah," ucap Vin mengira-ngira.

"Iya, sebenarnya ada satu lagu yang menyebutkan sosok bapak, tapi itu lagunya Soni Wakwaw, yang mencari bapaknya di Jonggol," balas saya.

Mendengar itu, Vin langsung tertawa cekikikan.

Selama tiga bulan saya dan Vin rutin memeriksa kehamilan di puskesmas yang letaknya tak jauh dari rumah tempat kami "ngontrak". Saat itu, kami diliputi rasa bahagia yang teramat sangat akan kehadiran calon bayi kami.

Sampai suatu hari ...

Vin mengalami perdarahan. Mendapat kabar itu, saya langsung izin pulang dari tempat kerja saya untuk segera membawa Vin ke rumah sakit. Setelah diperiksa, dokter kandungan mengatakan hal yang tidak ingin didengar oleh calon orangtua manapun.

"Maaf pak, bu, ini kantung janinnya sudah pecah," kata dokter.

Ulu hati saya terasa ditusuk ketika dokter berkata seperti itu.

"Tapi dok, ini masih diselamatkan kan? Masih bisa diobati?" tanya saya.

"Risikonya tinggi pak, yang ada malah nanti perkembangan janinnya terganggu, bahkan bisa cacat. Sudah tidak bisa dipertahankan," jawab dokter.

Saya melihat air mata mengalir di kedua pipi Vin. Antara kaget, sedih, bingung, semuanya bercampur jadi satu dalam diri saya. Saya pun ingin menangis saat itu. Tetapi sekali lagi, saya harus lebih tenang untuk menguatkan istri saya.

Ya Allah, apakah hamba memang belum siap jadi ayah?

***

Terbit pertama tanggal: 20 Juni 2019
Edit terakhir tanggal: 20 Juni 2019

Antara Harapan dan Kenyataan [TAMAT]Where stories live. Discover now