bagian 11

2.2K 383 162
                                    

None of us knows what might happen even the next minute, yet still we go forward. Because we trust. Because we have Faith.

Paulo Coelho, Brida

 
     
•••
 

Axell masih ingat ia pernah membaca salah satu buku karya Paulo Coelho–– meskipun tidak tamat–– yang berjudul The Alchemist. Pada buku tersebut terdapat satu kutipan yang ia tandai menggunakan stabilo warna kuning.

Kutipannya seperti ini: The simple things are also the most extraordinary things, and only the wise can see them.

Ketika pertama kali membaca kutipan tersebut, Axell sempat bertanya. Bagimana bisa sesuatu yang sederhana dapat terasa luar biasa sedangkan yang luar biasa saja terkadang terasa biasa saja?

Dulu pertanyaan tersebut berputar di kepala Axell layaknya soal ujian yang membingungkan. Namun pertanyaan itu lambat laun mulai terjawab seiring dengan waktu yang ia habiskan bersama Karina hanya untuk jalan kaki mengitari setiap sudut kota tua lalu berdiam diri menyaksikan keramaian yang ada. Mulai dari yang asik bersepeda, anak muda yang sedang berfoto, bapak-bapak dan ibu-ibu yang sedang berjualan bahkan ada pula yang hanya duduk di sisi gedung untuk merekam dan meresapi suasana yang ada di tempat ini.

Sama seperti mereka berdua. Hanya duduk mengamati aktivitas manusia. Tidak lupa dengan kamera yang menggantung di leher Axell untuk mengabadikan setiap moment yang ada dan sketchbook penuh gambar di tangan Karina untuk mengabadikan sebuah rupa dalam bentuk sketsa.

Mereka berdua kemudian hanyut pada dunianya masing-masing. Dunia penuh imajinasi dan spektrum warna yang beragam. Sampai pada akhirnya suara Karina menjadi pemecah kebisuan yang ada diantara keduanya.

"Cel, kenapa ngajakin gue ke sini?"

Axell masih ingat saat itu Karina bertanya dengan raut wajah bingung. Mungkin saat itu Karina sedang menerka-nerka alasan Axell mengajak dirinya datang ke kota tua. Karena tidak biasanya Axell mau keluyuran sore-sore terlebih setelah jadwal kuliahnya yang padat kaya isi gerbong krl pada jam-jam sibuk.

"Kenapa emang?"

Karina menggeleng, "Enggak, cuma nanya aja. Kan biasanya paling males kalau di ajak ke kota tua."

"Hahaha iya nih, gue lagi mood buat foto-foto."

Kata Axell sambil kembali mengangkat kamera dan mengarahkan lensanya pada sepasang anak muda yang tertawa di atas sepeda.

"Kenapa sih lo suka foto?" Satu pertanyaan Karina saat itu membuat Axell menurunkan kameranya dan kembali melirik ke arah Karina.

"Hng?"

"Kenapa suka foto?"

"Karena foto bisa mengabadikan suatu moment."

"Kan moment itu ada untuk dinikmati."

"Emang, tapi kan gak ada salahnya mengabadikannya untuk nanti di kenang kembali?"

"Oh iya juga ya." Jawab Karina kemudian.

Sejalan dengan itu Axell hanya mengangguk kemudian kembali mengarahkan lensa kameranya ke depan. Sama halnya dengan Karina yang kembali mengarahkan tatapannya ke depan. Entah pada objek mana yang jelas matanya mulai menyapu ke segala penjuru arah untuk menemukan sesuatu yang menarik selain bangunan-bangunan bersejarah dan manusia yang hilir mudik dengan aktivitasnya masing-masing.

Setahu Axell, Karina paling suka jika di ajak ke tempat ramai. Terlebih tempat terbuka yang menyuguhkan panorama. Entah pantai, pegunungan bahkan komplek gedung yang berdiri tegap di jantung ibu kota.

KARINA | SEULMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang