03- terlambat

192 43 0
                                    

Aku benar-benar tidak akan betah di dalam sana. Beberapa hari lalu, aku mengikuti tes penentuan kelas di SMA Harapan Bangsa. Yang kulihat semua jauh berbeda dengan pesantrenku dulu. Beda 360 derajat! Campur baur antara laki-laki dan perempuan dalam satu kelas. Yang berhijab sangat minim, dan meski aku tak tahu trend jaman now, tapi melihat gaya rambut, model tas, dan lipgloss di bibir, aku tahu satu hal, gaya hidup mereka diatas rata-rata. Kemungkinan aku bakal dibully di sekolah ini. Mungkin proses bullynya tidak seperti di Korea sana yang katanya bisa sampai bunuh diri, tapi dengan tidak punya teman adalah hal yang menyakitkan ketimbang bertahan dari keroyokan pembuly.

Pagi ini, aku mulai aktivitasku sebagai siswi kelas sepuluh. Baju putih abu-abu yang pertama kali kukenakan memang sengaja kulonggarkan. Jilbab putih yang menjulur ke dada tampak sama saat aku SMP. Kuperhatikan penampilanku di cermin, hanya warna rok yang berubah. Logo sekolah berlambang osis sudah tertutup oleh jilbabku. Tasku masih sama saat aku pesantren. Aku tidak beli tas baru karena tas abu-abu yang kata mama bermerek masih terlihat bagus. Sepatu? Aku membeli sepatu ini di pasar malam. Bukan di mall. Kataku, bentuknya sama saja dengan sepatu yang dipajang di mall, hanya harganya yaang berbeda. Mending beli yang murah. Semoga saja bukan murahan. Aku kemudian memasang pita hijau di jilbabku. Pita sepanjang 10 cm ku ikat dan kutautkan di kepala sebelah kanan dengan menggunakan peniti kecil. Pita hijau berarti aku ada di gugus 5 untuk MOS yang katanya hanya satu hari. Aku tahu itu pada saat tes kemarin.

Yaa Allah, nggak ada yang aneh kan dengan penampilanku? Kenapa aku takut sekali!

Hari ini papa mengantarku. Awalnya aku menolak dan ingin naik angkot saja tapi kata mama, aku terlalu lamban dan kemungkinan akan terlambat. Ya sudah, kupikir aku belum tahu kondisi ibukota di hari pertama sekolah. Dan benar saja, jalanan padatnya minta ampun! Belum lagi hari ini adalah hari Senin. Upacara bendera! sepertinya aku tidak akan sampai tepat waktu. Harusnya tadi setelah sholat subuh aku langsung saja siap-siap. Murajaah hafalan bisa dijalan.

Aku mendapati pagar yang tertutup dan seorang satpam yang duduk tepat di depan pagar. Banyak siswa berseragam berdiri di luar pagar terlambat sepertiku. Siswa baru sepertiku sepertinya tak banyak. Pita di rambut bagi siswi tak berhijab dan pita diikatkan di lengan bagi siswa laki-laki. Karena kurang kerjaan, aku menghitung jumlah siswa baru yang terlambat. 5 perempuan termasuk aku dan 3 laki-laki.

"Setelah upacara kita bakal dihukum!" kata seorang perempuan dengan pita kuning di kuncir rambutnya. Name tag-nya Dhinda Ayu Kanaya.

"Kalian berdoa aja semoga moodnya anak osis kali ini lagi baik. Kalau nggak disuruh nyanyi di tengah lapangan, palingan disuruh bersih-bersih," ucap salah satu siswi yang rambutnya sebahu. Dia kelas 12. Name tag-nya Apriani Ramadhani, lambang di seragamnya ada logo Paskibra. Entah kenapa dia bisa terlambat, padahal ekskul paskibra sangat penting saat upacara.

Tunggu, Nyanyi di tengah lapangan? Aku nggakk mau! Mending bersihin seluruh sekolah daripada nyanyi. Meski suaraku bisa mengguncang dunia, tapi kalau harus nyanyi di depan banyak orang yang ada laki-lakinya aku bakalan menolak mentah-mentah! Tapi gimana kalo harus nyanyi? Pura-pura pingsan? Sakit perut? Kebelet pipis? Ya,Itu lebih baik dari apda harus menyanyi.

"Eh, lo! Pita hijau!" panggil dinda. Aku menoleh, tak ada lagi yang berpita hijau selain diriku.

Aku mendekati gadis berparas campuran Pakistan itu.

"Lo gugus berapa?"

"Gugus 5." jawabku singkat.

"Dari SMP mana?"

"Aku dari pesantren Al Aqsa, Purwokerto. "

"Lo?" Tanya Dinda lagi pada orang di sebelahku.

"Aku, SMP Kartika."

AmandaWhere stories live. Discover now