Bab Sepuluh.

8.9K 720 34
                                    

Berapa hari aku sudah di sini? Aku tidak ingat...

Setiap hari aku menghabiskan waktu dengan berusaha untuk membuat diriku tetap waras, yeah  dengan melakukan berbagai aktivitas sehingga membuatku berkeringat dan lelah. Satu-satunya rangsangan sensorik yang mampu aku ciptakan sendiri tanpa bergantung pada alat maupun makhluk hidup sekitarku. Hari-hari aku lalui dengan menjalani aktivitas fisik seperti senam ataupun olah raga lainnya.

Setelah selesai aku memejamkan mata meresapi rasa lelah dan segar karena aktivitas fisik ku. Merasakan bagaimana keringat keluar dari pori-pori kulit dan mengalir membasahi tubuhku. Merasakan juga tarikan nafas yang seolah takut tidak ada lagi oksigen yang tersisa. Inilah yang kubutuhkan setidaknya untuk saat ini sebelum aku kembali ke dalam kehampaan.

Hebatnya, Sasuke selalu meletakkan air minum tepat setelah aku selesai berolahraga. Dia hanya melihat aku sebentar dan meninggalkan penjara ini tanpa ucapan apapun.
Sungguh menyebalkan. Aku ingin ingin sekali membelah otaknya agar tahu rencananya dengan menyiksaku seperti ini.

"Membunuhnya...yah tidak ada cara lain lagi. Aku harus membunuh pria itu agar bisa melarikan diri dengan dari sini,'' bisikku pelan pada diriku sendiri.

Sadar jika Sasuke selalu memantau ku aku segera melihat ke kiri dan kanan. Lalu menimang-nimang apakah ada alat yang bisa ku gunakan untuk membunuhnya. Benar aku harus membunuhnya karena tanpa aku sadari ternyata aku selalu menunggu kedatangan Sasuke.

Efek yang timbul dari kedatangan nya saat mengantar makanan padaku sungguh tidak terduga. Ada euforia kesenangan yang melunjak dalam sekejap ketika dia datang. Bagaikan seorang pecandu yang mendapatkan candunya. Aku bahkan ingin menjilati tubuhnya karena rasa senang itu..

Mengingat itu semua, barulah aku sadar jika diriku bukanlah diriku lagi. Aku telah berubah menjadi sesuatu yang Sasuke ingin ciptakan. Jadi itu alasan yang cukup kuat untuk membunuhnya. Agar mencegah keinginan Sasuke terpenuhi.

Tubuhku menggelung dan tanganku kembali memeluk lutut seperti yang selama ini aku lakukan.

"Rencana, aku butuh rencana." Lirihku. Tapi apa...

Rasa frustrasi mulai menyerangku kembali.

Segera aku berdiri mencari barang atau apapun yang bisa kujadikan senjata untuk membunuh - Sasuke. Tapi apa?

Ruangan ini hanya berukuran sedang, ada botol plastik, kasur dan juga toilet yang hanya di sekat dari tempat tidurku. Aku berjalan mondar-mandir di seluruh ruangan. Memikirkan seribu rencana untuk membunuhnya.

Tiba-tiba terbesit sebuah ide. Aku berpikir jika berpura-pura pingsan akan membuat Sasuke mendatangi ku dan kemudian menggendongku. Aku bisa memanfaatkan kesempatan itu untuk mencari senjata entah berupa lampu kamar agar aku bisa menghantamkan pada kepalanya atau garbu makan agar bisa aku tancapkan pada dadanya. Brilian.

Aku memaksakan tubuh ini bergerak lebih ekstrim. Melompat dan bersalto kemudian memutar kaki hingga aku pusing lalu kehilangan keseimbangan.

Bruk

"Akh!"

Kepalaku berputar-putar, aku tidak sanggup berdiri untuk melanjutkan olah raga tadi. Jika rencanaku tidak meleset beberapa saat lagi Sasuke akan datang ke sini.

Tap
Tap
Tap

Aku mendengar langkah cepat menuju ke arah ku. Sudah ku duga jika Sasuke akan datang. Aku hanya harus diam dan menutup mata. Menunggu target untuk aku bunuh.

.
.
.

Sasuke segera membawa tubuh Sakura ke atas menuju kamar yang dulu pernah disediakan oleh nya. Melihat memar di dahi Sakura meninggalkan ribuan luka seolah hatinya tertusuk ribuan dibuat jarum.

"Kenapa kau menyakiti dirimu sendiri?" desah Sasuke.

Perlahan Sasuke memberikan krim anti memar pada dahi Sakura. Kemudian membilas wajahnya yang penuh dengan keringat.

Sakura perlahan membuka mata hijau daun nya. Posisi Sasuke yang membelakangi dirinya memberikan peluang pada Sakura untuk menyerang Sasuke. Sebuah garbu makan menarik perhatiannya. Diambilnya garbu itu dan segera menanca pada leher Sasuke.

Tinggal selangkah lagi garbu itu menusuk Sasuke, tapi pria kekar itu menangkap tangan Sakura dengan mudah. Seolah dia sudah memprediksi rencana Sakura untuk menyerangnya.

Sasuke melanjutkan gerakannya dengan menangkap tangan Sakura yang lain kemudian memutarnya. Posisis Sakura kini membelakangi Sasuke, dadanya menyentuh ranjang dan kakinya tertekuk seperti posisi menungging.

"Aku suka semangatmu."

Sasuke membawa Sakura menuju keluar pintu villa. Sakura yang dibawa seperti penjahat yang diborgol hanya bisa pasrah.

Sesaat kemudian Sakura terkejut dengan tindakan Sasuke yang melemparkan dirinya kedepan pintu villa dan menutup pintunya.

Diluar villa Sakura tercengang pada tindakan Sasuke.

"Apa aku bermimpi?" guman Sakura. Ia cukup terkejut karena Sasuke melepaskan dirinya. Beberapa menit kemudian dia tersadar jika dirinya telah bebas maka tanpa ragu Sakura berlari menuju hutan di yang mengelilingi villa.

"Ah aku bebas..."

"Ha ha ha aku bebas..."

Sakura terus berlari menjauh dari villa Sasuke. Angan-angan untuk bersatu dengan keluarga meledak seperti petasan. Sakura sudah membayangkan kehidupan sehari-hari sebelum diculik. Dia tidak sabar ingin segera hidup normal.

Di villa, Sasuke memandang dingin tubuh mungil yang berlari itu. Sudut bibirnya tertarik ke atas seolah menunggu kejadian yang menarik.

Tbc

300 vote ya

My Self ( NC 21+).Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt