12.Menarik

20 2 0
                                    

Senin adalah hal paling horor bagi semua murid karna mereka harus datang lebih pagi, berpakaian rapi, dan mengikuti upacara. Yah tentu saja bukan upacara yang jadi masalah utamanya karna mereka masih punya jiwa nasionalisme yang tinggi tapi sesi ceramah dengan topik berulang dan panjang itulah penyebabnya. Entah kenapa itu menyebabkan kantuk dan bosan sehingga para murid tergoda untuk mengobrol ditengah upacara.

Saat upacara selesai semua murid bersorak gembira tapi tidak dengan sasya,karna dia memang tidak mengikuti upacara. Sasya memutar kursinya untuk menghilangkan rasa bosan karna saat ini disampingnya seorang sekretaris sedang menjelaskan hal-hal yang menurutnya mirip alunan lagu pengantar tidur.

Tadi pagi sasya sudah bersiap dengan seragam smanya tapi kakeknya mengatakan untuk pergi kekantor. Jadilah dia seperti sekarang,ngantor dengan seragam putih abu-abu. Lebih tepatnya masa pelatihan

"Sampai disini ada yang kurang dipahami?" perempuan paruh baya itu memecah lamunan sasya membuat gadis itu menatapnya bingung tapi kemudian menggangguk mantap

"Sam.. "

"Iya sampai jumpa dipertemuan selanjutnya"potong sasya cepat lalu segera menyalami orang yang sedari tadi menjelaskan panjang lebar tentang apa yang harus sasya pahami dan lakukan nanti. Dengan senyum mengembang sasya berjalan tergesa menuju lift, dia tidak pernah merindukan sekolah seperti ini

Sasya sedikit menyesali dirinya yang mengatakan sekolah itu membosankan karna dia tau sekarang  kalau sekolah sepuluh kali lipat lebih baik dari sesi persiapan  yang dijalaninya selama libur akhir semester. Benar, sekarang sasya sudah kelas dua sma.

Kenapa waktu begitu cepat berlalu padahal rasanya sasya belum melakukan apapun. Tapi kemudian sasya tersenyum, setidaknya dia punya teman-teman yang baik selama setahun dikelas 10. Bahkan aslan yang susah diajak bicara itu sudah tak terlalu arogan,membuat tahunnya dikelas 10 terasa lebih tentram. Tapi tentu itu hanya dengan sasya. Aslan masih sama kasarnya dengan perempuan seperti sebelumnya, tapi mulai membuka dirinya dengan sasya. Bicara tentang alsan, sasya jadi terpikir sesuatu. Sasya baru bertemu aslan kemarin sejak libur sebulan yang lalu, itupun dengan cara yang sama sekali tidak elegan. Lupakan soal pertemuan itu dulu,Aslan juga tidak tampak disemua foto liburan teman-temannya. Kemana dia pergi berlibur? Sasya mengangkat bahu, aslan memang beda dari orang-orang yang dikenalnya selama ini dan itu menjadikannya cukup menarik

Sasya masuk kemobil sport merahnya yang ada di basement. Semua fasilitas termasuk mobil kesayangannya kembali menjadi miliknya sejak dia kembali menginjakkan kakinya di kediaman utama. Sasya memang meninggalkan segala hal yang dibeli oleh bramantyo atau keluarga lainnya disana walau itu dibelikan sebagai hadiah untuk sasya dan atas nama sasya. Saat itu dia hanya membawa mobil sport putihnya karna itu dibelikan kakaknya yang saat itu sudah mulai bekerja diperusahaan keluarga. Kakeknya tidak pernah melarang sasya membawa semua miliknya di rumah itu. Tapi sasya tau kalau hal yang didapat dari sana harus tetap disana. Jadi semuanya hanya akan dia pakai kalau dia tinggal disana.

Sasya turun dari mobilnya saat tiba diparkiran. Dia sedikit bingung karna satpam tadi mengizinkannya masuk tanpa bertanya lebih lanjut setelah melihat sasya didalam mobil tapi dia memilih acuh dan menuju kelasnya

"Permisi buk"ujar sasya setelah mengetuk pintu

"silahkan duduk"sasya duduk lalu guru itu lanjut menerangkan materi. Sedangkan murid yang lain menatap sasya heran dan kagum

"Apa"ujar sasya saat melihat

''Weh gila buk ika nggak marah, pake pelet apaan lo"ujar revita pelan tapi tak menutupi rasa penasarannya

"Lo harus cakep kalau mau kayak gue" sasya tersenyum pongah

"Dih ngeselin banget sih lo"revita lalu lanjut melihat papan tulis karna takut kalau bu ika marah, bisa habis dia

ComplicatedWhere stories live. Discover now