29. Berjuang 'karena'

2.6K 281 50
                                    

Satu malam berlalu lagi. Yang biasanya diisi saling peluk cium sekarang jadi hal yang hanya bisa dirindukan. Sebenarnya apa yang salah dengan keadaan ini? Seenaknnya berbuat seperti ini dan itu. Jika keadaan itu berwujud layaknya manusia, mungkin orang2 akan bertemu dan menyeretnya memperbaiki hal buruk yang dia lakukan.

Lisa mengelus bulu leo pelan sambil berfikir hal2 yang tidak penting. Tapi jujur saja, semakin dia mencoba untuk tidak memikirkan jennie, bayangan jennie malah semakin sering menghantuinya.

"Apa sekarang sudah saatnya?"

Lisa melepas leo untuk bebas bermain diarea kamar, membaringkan badan lalu memejamkan mata.

"Aku sudah banyak memikirkannya, aku rasa jika ini tidak akan berdampak terlalu buruk. Aku hanya ingin dia tahu tidak ada maksud lain.."

Lisa meraih handphonenya melihat beberapa foto mereka berempat. Banyak pose yang terlihat. Tapi disetiap foto jennie selalu jadi yang paling menggemaskan disaat mereka berkumpul, rose selalu jadi yang paling manis, jisoo selalu jadi yang paling cantik.
Apa sebenarnya yang tejadi sekarang, kenapa hanya untuk tersenyum rasanya sangat canggung.

"Kalian tau aku manusia yang paling tidak betah dengan susana diam seperti ini, ayolah.."

Meracau memang tidak ada gunanya, tapi setidaknya lisa bisa mengobrol walaupun dengan dirinya sendiri. Gila? Jauh lebih gila jika keadaan ini berlangsung lama.

Setelah mengacak handphone, lisa terdiam pada satu kontak. Berfikir sejenak untuk iya atau tidak. Lisa yakin kali ini dia tidak akan menimbulkan masalah, tapi bagaimana jika sosok lain tidak mengerti. Secara tidak sengaja kerumitan akan bertambah.

Tapi jika tidak sekarang, kapan lagi. Akhirnya tombol panggil ditekan, menunggu suara hallo dari lawan bicara.

"Hallo"

"Punya waktu sore ini? Aku ingin bicara.." lisa sedikit gugup, takut jika keputusannya salah.

"Hal apa?"

"Aku ingin secara langsung, bisa?"

"Kapan?"

"Eh? Aku tidak memikirkan jamnya.." lisa bingung, ada yang salah dengan ajakannya, kurang penentuan waktu.

"Oh astaga, kafe kecil samping dorm jam 5 sore. Okay?"

Lisa terkekeh mendengar keluhan itu. Menggemaskan sungguh, ingin rasanya lisa melihat wajahnya dan tertawa.

"Okay! See you.."

Sambungan terputus. Lisa duduk kembali dan mengusap wajahnya pelan, banyak kalimat yang harus dia hafal agar tidak salah bicara nantinya. Dia benar2 tidak ingin membuat masalah kali ini.

"Tapi aku cukup tau orang seperti apa yang akan aku temui, dia pasti mengerti.."

---

Dilain tempat. Manager oppa sedang menggerutu karena wanita yang sedang duduk dengannya kini seperti orang yang tidak punya mulut. Diam sambil fokus dengan televisi.

"Aku ada disini, kenapa dia seperti orang yang sedang duduk sendiri"

Entah sudah keberapa kali laki-laki ini mengomel pelan sambil bergerak kecil kesana kemari. Entah itu kaki tangan ataupun kepalanya, tidak bisa diam sekali.

"Aku ini sangat nyata untuk tidak dilihat. Aku juga cukup menyenangkan untuk diajak bicara, memang dasar anak ini saja yang menyebalkan!"

Manager oppa menatap jennie yang fokus menatap televisi didepannya. Padahal hanya iklan berbagai macam barang yang terlihat bukan drama yang akan membuatmu penasaran. Kenapa sampai seserius itu.

I Love You And Our StoryWhere stories live. Discover now