30. Perasaan

2.7K 285 133
                                    

Malam semakin larut. Sebagian dari penghuni bumi tengah larut dalam mimpi dengan badan yan dibalut selimut. Tapi, ada sebagian juga yang masih tersadar dengan beragam alasan. Bisa karena pekerjaan, ataupun hanya tersadar tanpa tujuan. 

Rosè adalah salah satu dari penghuni bumi yang masih terjaga tersebut. Duduk diatas kasur dengan keadaan jauh dari kata baik. Menangis sesenggukan dengan nafas yang tersengal2, dan suara yang sudah mulai serak hampir hilang.
Rose tidak sendiri, dia ditemani oleh boneka kucing gemuk berbulu abu2. Mencium dan memeluk erat boneka itu berharap sang pemilik menyadari bahwa dia sangat merindukan sosok itu.

"Aku merindukanmu..." lirih, benar2 lirih. Bahkan rose hampir tidak mendengar perkataanya sendiri. Hatinya terasa sangat sakit menyadari kenyataan bahwa dia bukan lagi sosok spesial seorang jennie kim. 

Rosè pov.

Ini bukan salah jennie, ini adalah kesalahanku sendiri. Jennie hanya menurut pada apa yang aku katakan, itu sudah tanda yang sangat nyata bahwa jennie sangat mencintai dan menghormati semua keputusanku. 

Menyesal mungkin sudah tidak berguna. Tapi penyesalan ini sudah terlalu besar untuk dihindari. Inilah dampak dari keputusanku sendiri. Mau atau tidak aku harus menerimanya, termasuk jennie yang mungkin tidak menginginkan aku lagi.

"Aku tidak bisa mengatasi rasa ini, aku sangat merindukanmu jennie..."

Author pov.

Rosè tidak berhenti menangis. Dentingan jam tidak juga membuatnya sadar sudah berapa lama dia menangis sambil terus memikirkan jennie. Ribuan bahkan jutaan pertanyaan yang sama terus saja menyerang kepala rosè, membuat matanya semakin panas.

'Apa aku telah kehilangan jennie?'

Egois! tentu saja, apalagi yang diharapkan rosè setalah mengambil banyak keputusan sepihak yang menyakitkan untuk gadisnya. Rosè berubah menjadi monster untuk hubungannya sendiri, walaupun tidak bermaksud tapi itulah yang terjadi. 

Kehidupan itu rumit 

Harusnya rosè sadar, dan menjalani kerumitan yang sudah ada tanpa menambah2 lagi. Tapi kebodohan sesaat melanda dirinya dan berakibat buruk untuk dirinya sendiri.

Dengan spontan tangan kurusnya meraih foto ukuran medium didalam nakas dekat tempat tidurnya, menatap dalam gambaran orang2 didalam foto yang tidak lain adalah dirinya dan jennie. Sesak didada disaat melihat senyuman bahagia didalam foto, berbanding jauh dengan keadaan sekarang.

"Maafkan aku, aku mohon kembali jennie.."

<

<

<

Jennie tersenyum cerah didalam kamar. Memenuhi seluruh badan dengan semprotan parfum. Ini malam penting, harus jadi sempurna atau bahkan sangat sempurna di segala penampilan dari ujung kepala sampai kaki.

Meraih jaket lalu turun menuju taman belakang dorm. Sebelum duduk di bangku jennie memakai jaketnya lalu mencium diarea bahu apa parfum nya cukup wangi. Tersenyum sumringah sambil berusaha menetralkan degup jantungnya sendiri.

"Aku sangat percaya diri untuk malam ini.." 

Bergerak gelisah kesana kemari. Jennie bingung orang yang ditunggu belum juga datang, sudah hampir 15 menit dia duduk. Jennie bisa kehilanga percaya diri jika semakin lama menunggu.

"Mungkin sebentar lagi..."

Alis jennie berkerut, giginya digertakan sedari tadi. Pipinya juga hampir meledak, mengembung bulat karena menahan kesal yang sudah sampai puncak. Tangan jennie meremas bajunya sendiri sambil berfikir bahwa dia sudah dicampakkan sebelum pengungkapan perasaan.

I Love You And Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang