01. Memory

54.1K 4.4K 771
                                    

"Mama bilang luka akan sembuh dengan sendirinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Mama bilang luka akan sembuh dengan sendirinya. Lalu saya bertanya, mengapa kanker tidak bisa sembuh padahal sudah berkali-kali saya kemoterapi?

Kemudian Mama mengatakan kalau kemoterapi, hanya bisa membuat sel kanker tidur-istirahat, tidak benar-benar mati.

Apa saya yang akan dibuat tidur beristirahat karena kanker?"

©HwangLuv, 2020.

•••

"Good job, Sam!"

Seorang pria berpakaian serba putih itu mengacak pelan rambut anak lelaki yang duduk di pangkuannya. Dia akhirnya berhasil membuat sebuah burung dari kertas lipat, setelah sekian lama berusaha membuatnya. Anak itu tertawa kegirangan, kemudian mengacungkan dengan tinggi maha karyanya itu.

"Aku bisa!" Teriaknya bangga.

Dokter muda dengan name-tag Daniel K. itu memegang tangan kanan si anak, masih terpasang selang infus di sana. Daniel berniat melepas alat itu karena memang sudah waktunya. Dan Sam juga sudah tidak memerlukan itu lagi.

"Ininya lepas, ya," Daniel menunjuk infusan itu. Namun Sam segera melepas tangannya dari genggaman sang dokter.

"Nggak boleh," katanya polos.

Daniel tersenyum kecil. Lalu menurunkan Sam, menyuruhnya untuk duduk di tepian ranjang yang telah dihuninya selama hampir dua tahun.

Dokter itu menghadapkan dirinya dengan Sam yang tengah asyik memainkan kertas origami. Daniel yang sedang berdiri merendahkan tubuhnya, menyamakan tinggi dengan Sam yang duduk.

"Harus dilepas dong, kan mau pulang," bujuk Daniel. Dadanya terasa sedikit sesak, mengingat Sam akan pulang ke negara asalnya.

"Pulang?" Sam langsung menatap dokter kesayangannya itu dengan tatapan tak percaya.

Mereka sudah dekat, Sam menganggap Daniel sebagai ayah keduanya. Tidak akan mudah baginya untuk berpisah dengan Daniel.

Awalnya memang Daniel begitu menyeramkan bagi Sam. Bagaimana tidak? Daniel selalu datang untuk menyuntik, atau menyuruh Sam meminum obat, walau dia sudah menolak dan menangis uring-uringan.

Tapi setelahnya, Daniel akan memberi Sam hadiah. Entah berupa mobil-mobilan, atau juga sebatang coklat. Daniel seakan tahu semua yang Sam sukai.

"Ih, cengeng," mata Sam menyipit, menggoda Daniel yang mulai berkaca-kaca.

"Minjem tangannya," Daniel mengasongkan tangan kirinya, Sam segera menyerahkan tangan kanannya untuk melepas infusan itu.

Perlahan, Daniel melepas selang itu. Sam sempat meringis, tapi Daniel mengalihkan perhatiannya dengan bernyanyi kecil. Sam terprogram untuk mengikuti nyanyian Daniel, tidak tahu awalnya bagaimana.

Selalu begitu. Sejak awal mereka bertemu, Daniel pasti bernyanyi supaya Sam tidak terfokus pada rasa sakitnya.

Selesai dengan infusan, Daniel membersihkan tangan Sam dengan kapas. Dilanjut mengecup kening Sam. "Anak hebat." Pujinya.

"Tahun ini Sam berapa tahun?" Daniel berjalan menuju tong sampah di ujung ruangan untuk membuang kapas bekas infusan tadi.

"Sepuluh, Dok." Jawabnya semangat. Bulan depan, usianya tepat sepuluh tahun, untuk usia nasional.

Daniel berhenti sesaat, mengusap dada untuk menguatkan diri. Barulah kembali menghampiri Sam.

"Tahun ini nggak ngerayain bareng dokter, ya," ujarnya. Raut wajah Sam berubah murung. Dua tahun terakhir dia selalu merayakan ulang tahunnya dengan Daniel, membuat pesta kecil-kecilan di ruang inap. Mengundang pasien-pasien lain yang berusia tak jauh dari Sam.

"Ayo, Hyunnie."

Pintu tiba-tiba terbuka. Daniel dan Sam lekas menengok. Nampak ibunya disana. Mengajak Sam untuk segera pergi karena tidak mau terlambat datang ke bandara. Ketika ibunya masuk dan berniat menggendong Sam, anak itu lekas memeluk Daniel. Melingkarkan tangan disekitar lehernya dengan kuat.

"Eh, mau pulang nggak?" Tanya Mama. Sam menggeleng cepat.

Daniel menepuk-nepuk punggung Sam. Lalu berdiri, menggendong Sam. Daniel mengusap rambut Sam pelan. Rambut yang dulu sempat rontok, sekarang sudah tumbuh kembali dengan warna hitam pekat.

'Biar saya gendong,' Daniel mengode lewat gerakan mulut. Ibu Sam tersenyum sambil mengacungkan kedua ibu jarinya.

Tega tidak tega, Daniel menggendong paksa Sam sampai ke tempat parkiran. Sam menangis, sampai tersedu-sedu. Ibunya segera membuka pintu depan mobil, Daniel menurunkan Sam disana. Lalu segera menutup pintunya sebelum Sam berusaha untuk keluar.

"Sampai ketemu lagi!"

Mobil itu mulai melaju. Sam mengetuk-ngetuk kaca, tidak berhenti menangis. Tapi mau bagaimana lagi? Sam sudah sehat, tidak bisa terus-menerus tinggal di rumah sakit. Lagi pula dia sudah menahun berobat disini.

Sejak penyakitnya terdeteksi, Sam langsung rawat inap dan tinggal di sini. Padahal saat itu stadiumnya baru sampai 2A, namun orang tuanya ingin Sam benar-benar sembuh. Karena itu mereka memutuskan agar Sam tidak keluar rumah sakit sama sekali. Takut terkena apa-apa, atau makan makanan pemicu sakit lainnya.

Bertemu Sam merupakan keajaiban bagi Daniel. Daniel dulunya juga mengidap penyakit yang sama dengan Sam, ketika remaja. Dia sama berjuang sampai akhirnya berhasil sembuh. Beberapa tahun setelahnya Daniel mengambil jurusan kedokteran, dan sekarang sukses menyembuhkan orang lain.

Daniel melambaikan tangannya yang terakhir kali pada Sam. Biasanya Sam yang melakukan itu ketika Daniel akan pulang ke rumahnya, dan berpesan agar cepat datang esok hari. Tetapi kali ini berbanding terbalik. Daniel melepas Sam yang akan kembali ke negara asalnya. Kecil kemungkinan mereka akan bertemu lagi.

Kakinya terasa lemas. Tapi Daniel harus segera membuat laporan untuk kesembuhan Sam. Dia masih mematung di parkiran. Padahal mobil yang ditumpangi Sam sudah lenyap dari pandangannya sejak beberapa menit yang lalu.

Merasa kehilangan, Daniel kembali mengunjungi kamar Sam. Matanya membulat ketika melihat burung origami itu tergeletak di lantai. Sepertinya tadi Sam tidak sengaja menjatuhkan itu. Sayang sekali, Sam pasti mencari ini.

Daniel mengambil benda itu, dibawa sampai ke ruangan pribadi miliknya. Disimpannya kertas lipat itu ke dalam laci yang berisi data-data penting. Sebelumnya, Daniel sempat merogoh secarik kertas diantara tumpukan kertas lainnya di dalam laci tersebut. Lalu mencoret nama Sam dari daftar pasiennya.

Sam Hwang, 2009 - 2010.

•••

•••


•••


a good trailer by : retjehan.straykids on Instagram!

check @/hwang.luv on instagram for more imagines!

Grow Up [ ✓ ]Where stories live. Discover now