28. Sweet Scars

13.5K 1.7K 553
                                    

•••

Laki-laki itu berjalan gontai menuju ujung lorong ruang inap di lantai tiga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Laki-laki itu berjalan gontai menuju ujung lorong ruang inap di lantai tiga.

Tangannya yang gemetar itu terangkat, menyentuh lonceng yang menempel di sana. Dokter Kang belum sepenuhnya menerima, tapi dia tidak bisa menyalahi takdir.

"Saya iri. Saya iri tiap denger orang lain bisa bunyiin lonceng itu. Saya mau, Dokter. Saya mau juga."

"Saya bunyikan untuk kamu, Hyun." Dokter Kang menguatkan hatinya. Dia membunyikan lonceng itu untuk Hyunjin. Terlepas dari kalah-menangnya dia melawan kanker, Hyunjin layak membunyikan lonceng ini karena dia telah berjuang.

Harusnya lonceng itu dibunyikan beberapa kali.

Tapi untuk Hyunjin,

Dokter Kang membunyikannya hanya sekali.


Lalu satu-persatu pasien menengok keluar,  pintu mereka terbuka secara serempak; seluruhnya melirik ke ujung lorong. Karena suara lonceng itu nyaring, sedang lorong dalam keadaan senyap tanpa satupun suara.

"Kenapa hanya satu kali, Dokter?" Tanya gadis kecil yang berada di ruangan nomor satu, paling dekat dengan Dokter Kang.

Orang-orang mulai bertanya, siapa gerangan yang sudah terbebas dari kanker hari ini? Kenapa Dokter Kang sendirian? Dimana orang yang sembuh itu? Pertanyaan seperti itu terdengar dimana-mana.

Dokter Kang merendahkan tubuhnya, berjongkok di hadapan si gadis yang ditemani ibunya.

"Dia gugur." Ujar Dokter Kang terdengar sedih.

"Dia nggak sembuh?" Tanya si gadis polos.

Dokter Kang terdiam sesaat. Perbincangan keduanya cukup keras, orang lain bisa mendengarnya dengan jelas.

"Belum sempat." Balasnya ragu-ragu.

"Siapa? Siapa Dokter?" Gadis kecil itu kembali bertanya, menggoyangkan lengan Dokter Kang–mendesaknya.

"Ruangan nomor dua." Dokter Kang tidak bisa lagi menahan tangisannya. Mengingat kegagalan terbesar yang telah dia lakukan;  satu pasiennya gagal diselamatkan.

Lalu laki-laki yang telah berumur di ruangan seberangnya menyahut, "Dia pasti anak yang baik. Tuhan begitu menyayanginya, tidak sabar untuk menemuinya. Karena itu dia dijemput lebih cepat." Katanya pelan, memajukan kursi rodanya agar dia mendekat pada Dokter Kang.

Sekitar lima menit kemudian, semua pasien mendadak keluar kamar berbarengan. Mereka membawa setangkai bunga, yang entah berasal dari mana–sepertinya dari vas yang disediakan di dalam.

"Ini untuk Hwang Hyunjin." Satu-persatu dari mereka menaruh setangkai bunga tadi di depan pintu kamar Hyunjin. Bergantian, sampai belasan bunga menumpuk di sana.

Grow Up [ ✓ ]Where stories live. Discover now