15. Tears

13K 2.1K 542
                                    

•••

Pukul empat lewat beberapa menit, sore hari. Stray Kids baru saja selesai menghadiri salah satu acara beberapa jam yang lalu. Dan sekarang, mereka dalam perjalanan pulang ke Korea.

Jadwal masing-masing padat sekali. Hyunjin, Felix, dan Seungmin mendapat jadwal MC. Beberapa juga harus melakukan rekaman untuk two kids room, dan one kids room. Jadi, mereka harus bersegera.

Hyunjin duduk dekat jendela. Ia terus memutar lagu Grow Up, untuk menyemangati dirinya sendiri. Sedang di samping kirinya ada Felix juga Seungmin.

Felix awalnya tertidur. Dia sangat kelelahan. Begitu pula dengan Seungmin, dan member lainnya. Tapi baru beberapa menit terlelap, Felix terbangun tanpa sebab.

Ia menengok, melihat pada Hyunjin yang sedang memperhatikan awan di balik jendela. Kemudian menyentuh tangannya. Hyunjin lekas menengok balik.

"Hyun, gue minta maaf."

Menyadari Felix berbicara, Hyunjin segera melepas airpod-nya. Kemudian meminta Felix untuk mengulang apa yang telah dikatakannya.

"Gue minta maaf," ulang Felix.

Hyunjin mengerutkan kening. "Minta maaf buat apa? Numpahin sabun gue lagi?"

"No no no, bukan itu."

"Apa?"

"Gue.." Felix ragu sekali untuk mengatakannya. Dia ragu, takut akan respon Hyunjin nantinya jika ia mengatakan bahwa dirinya sudah mengadu pada manager–walau hanya sebagian.

"Gue nggak sengaja bilang sama manager kalo lo emang nggak pernah bener-bener sembuh."

"Maksud lo apa?" Hyunjin terpancing.

"Ya, manager nanya gimana kesehatan lo. Gue jawab kalo lo masih sering pingsan, gampang sakit. Tapi, gue nggak bilang lebih dari itu, kok."

Hyunjin menghembuskan napasnya lega. Tadinya, dia mengira Felix sudah membocorkan soal penyakitnya. Padahal Hyunjin sudah berniat menghabisi Felix dan tidak akan pernah berbagi rahasia lagi dengannya.

"Terus kata manager gimana?" tanya Hyunjin pelan.

"Gue nggak yakin. Tapi katanya lo nggak boleh keluar asrama selama beberapa minggu, dia takut lo nggak keawasin."

"Terus gimana soal kemo gue?" bisiknya. Felix yang mendengar hal itu langsung tercekat. Ia tidak mengira kalau akibat dari perbuatannya bisa sampai separah ini.

Benar, bagaimana dengan kemo Hyunjin? Batin Felix.

"Gue minta maaf, Hyun."

Hyunjin hanya mengangguk. Lalu kembali menatap ke luar jendela. Meski hanya warna biru yang mendominasi, tapi tetap terlihat memesona.

"Gue marah banget sama Tuhan. Diantara milyaran manusia, kenapa harus gue?"

"Karena lo mampu, Hyun."

"Gue nggak mampu. Asal lo tau, gue terpaksa. Kalau boleh milih, gue nggak mau terlahir jadi anak lemah yang dari kecil udah sakit-sakitan."

Felix berdecak, dia memiliki hati yang teramat lembut, sejujurnya. Mendengar Hyunjin mengutarakan isi hatinya, membuat batin Felix ikut terluka.

"Waktu anak-anak lain sibuk main bola sore-sore, gue cuman bisa nontonin. Gue sibuk kemo, gue merjuangin hidup disaat anak-anak lain bisa enak nikmatin masa kecilnya." Hyunjin menyeka sesuatu yang turun melewati kedua pipinya.

Keduanya berbincang dengan volume kecil.

Ah, sulit sekali menerima pahitnya kenyataan. Apalagi tentang teman dekatmu yang tiba-tiba divonis mengalami kanker. Apa dia akan mampu?

Grow Up [ ✓ ]Where stories live. Discover now