Shani gemas melihat ekspresi Gracia yang terperangah melihat lembaran kertas ditangannya. Lembaran ditangannya itu adalah soal-soal ujian dirinya.
"Ini, emangnya gapapa Ci kalo dikasih ke aku?" tanyanya masih ragu menerima pemberian Shani.
"Kenapa emang? Kan itu soal-soal aku tahun lalu. Kamu boleh kok bagi-bagi sama Sisca Anin, biar mereka ada bahan buat belajar. Kemungkinan UAS kalian nanti bakal mirip-mirip kaya gitu juga. Coba aja dulu belajar pake soal itu."
"Pasti. Makasih ya." Gracia mengambil stabilo. Mulai menandai poin-poin penting. "Lanjut lagi ya, ini tinggal tiga poin lagi. Minggu depan aku tinggal bantuin Cici nyari referensi kisi-kisi .... "
"Kenapa gue masih takut banget sama matkul itu ya." Shani mengesah malas.
"Jangan pesimis Ci, aku bakal bantuin kok." Tandas Gracia.
Berhasil atau tidaknya rasanya Shani tidak peduli. Yang penting ia terus bisa menghabiskan waktu bersama Gracia. Menatap senyum ramah Gracia, tingkahnya dan segala hal tentang Gracia, juga duduk berdekatan dengan Gracia.
"Eh, Sis, Nin!" panggil Gracia.
Anin dan Sisca menghampiri kemudian duduk didepan mereka.
"Berduaan mulu, ntar ketiganya kaktus lho." Ucap Anin.
"Masih misuh aja lo soal Shawn Mendes." ucap Sisca.
"Ini kan kita berempat." Ucap Gracia.
"Sa ae pipet serum!" Gracia terkekeh mendengarnya. "Ini ada gambaran soal UAS dari Ci Shani." Dia menyerahkan lembaran soal-soal itu pada Sisca dan Anin.
Sisca dan Anin langsung berebut untuk melihatnya. Mereka lalu melanjutkan diskusi berempat.
***
Pakai pakaian formal bukan kostum yang tepat untul dipakai diacara musik. Jadi kali ini, Gracia memilih untuk memakai kaos oblong berwarna putih memakai jaket denimnya juga celananya ia mengenakan jeans hitam. Tampilan santai khas anak muda.
Gracia sudah menunggu Shani di dekat pembelian tiket seperti yang Shani minta di chat mereka. Taman universitas memang luas, tidak salah acaranya berlangsung disini. Di taman ini banyak terdapat pameran juga panggung megah di salah satu sisinya. Berbagai stan dibuka, menyediakan makanan, promosi jurusan, permainan, juga photo booth dengan berbagai properti yang menarik. Sejak Gracia datang beragam lagu tak henti diputar suaranya terdengar kuat karena sound system yang dipasang.
Shani pernah bilang kalau dirinya adalah salah satu panitia festival musik besar-besaran ini tahun lalu. Gracia tidak dapat membayangkan akan serepot apa tugas Shani saat itu. Gracia saja ketika menjadi panitia Sharing Alumni yang tingkatannya masih menjadi acara lokal saja dia sudah sibuk minta ampun. Kadang Gracia kagum sama Shani, dibalik penampilannya yang feminim, gadis itu menyimpan tenaga kuda. Sepertinya tenaganya itu tidak pernah habis.
"Gre!"
Suara Shani menyapa riang. Shani mengenakan setelan yang mirip mirip dengan Gracia, sneaker, celana jeans hitam, baju lengan pendek berwarna hitam. Rambut Shani juga dikuncir tidak seperti di kampus dibiarkan saja terurai. Shani jadi terlihat tomboy namun sangat tidak mengurangi kadar cantiknya.
"Baru kali ini aku liat kamu pake pakaian santai kaya gini."
"Berisik, masa aku pakai pakaian formal kan ga mungkin."
"Cocok kok, keren." Puji Shani.
"Aku emang selalu keren." Ucap Gracia, menaruh tangannya di pinggang.
"Siapa yang muji kamu? Aku cuma bilang keren." Goda Shani. Shani tergelak melihat reaksi Gracia yang cemberut. Shani mengelus pipi Gracia. "Udah jangan ngambek, iya kamu emang selalu keren dimata aku. Yuk." Shani lalu menyambar tangan Gracia, menggandengnya erat. Tidak melepasnya walau mereka sekarang tengah diam berdiri menunggu antrean pengecekan tiket oleh seorang petugas di depan sana. Sensasi yang ditimbulkan sangat berefek dahsyat bagi Gracia, memang Gracia selalu mencoba menyangkal perasaan sukanya pada Shani. Ia menganggap Shani hanya sebatas idolanya, panutan dia.
Gracia selalu menyangkal mereka hanya bersahabat sejak ospek itu dan memang Shani sudah biasa bersikap manja padanya.
Begitu mereka melewati petugas tersebut dan menerima gelang sebagai tanda pengunjung, Shani menggiringnya ke sana kemari. Meminta Gracia mengambil fotonya di setiap Shani menemukan objek yang menarik. Tentu Gracia tidak keberatan karena ia juga menyukai fotografi. Shani memekik girang setiap melihat atraksi yang menarik. Shani juga menantang Gracia untuk memainkan permainan yang berhadiah. Gracia berhasil, ia memberikan hadiah boneka harimau putih pada Shani. Mereka juga mencoba camilan sampai perut mereka begah. Ketika hari sudah mulai gelap, mereka berdua bergegas menuju panggung untuk menyaksikan acara utama.
Ratusan bahkan mungkin ribuan penonton berkumpul di depan panggung, membawa light stick atau pernak pernik lainnya untuk memeriahkan suasana.
Yang tampil dipanggung tersebut mulai dari grup band sampai penyanyi solo, penampilan akhir ditutup oleh Jaz yang menampilkan lagu andalannya.
Lagunya yang berjudul, dari mata ia bawakan juga kasmaran.
Gracia biasanya tidak terlalu menyukai berada ditengah keramaian seperti ini, tapi sekarang ia menikmati dan terlebih ada Shani disampingnya. Ia juga ikut bernyanyi, mengikuti Shani yang sepertinya suka dengan lagu-lagu Jaz. Anehnya setiap ada lirik yang bermakna dalam, Shani selalu melihat pada Gracia. Gracia juga membalas pada tatapan Shani yang meneduhkan. Berdua, mereka sama-sama tenggelam. Juga berbagi rasa yang sama.
Shani mengantar pulang Gracia, seperti pada kesepakatan awal, Shani meminta Gracia untuk tidak menggunakan mobilnya dan pulangnya akan diantar oleh Shani.
Mereka sedang dalam perjalanan menyusuri area parkir, mencari mobil Shani.
Gracia membuka botol air mineral pada Shani. "Ini minum dulu Ci, kebanyakan teriak pasti aus."
Shani menerima dengan senang hati, menenggaknya hingga tandas setengah botol air mineral itu.
"Thanks." Ucap Shani.
Mereka telah menemukan mobil Shani. Mereka kemudian masuk ke dalam mobil.
Mereka telah sampai pada rumah Gracia. Gracia melepas sabuk pengaman.
"Ci nginep aja ya?" Tanya Gracia.
"Ga deh aku mau pulang aja." Tidak dapat Shani bayangkan jika ia menginap.
"Ini udah jam 12 lewat Ci, gimana kalau ada apa apa?" tentu saja Gracia tidak ingin Shani ada apa-apa.
"Aku belum bilang ke Mama."
"Aku izinin, sekarang kan udah canggih ada handphone. Nginep aja ya?" Gracia kembali memohon.
"Ya udah Gre, aku nginep." Shani tidak mau memperpanjang perdebatan. Mereka keluar bersama dan masuk ke rumah Gracia.
"Ci mandi duluan gih, aku siapin baju buat Cici."
Belum dijawab Gracia sudah ngacir masuk ke kamar. Tak berselang lama Gracia kembali, Gracia membawa handuk juga baju untuk Shani.
"Nih anduk,bajunya. Sikat gigi yang baru ada kok dikamar mandi."
Shani hanya mengangguk. Gracia juga mandi setelah itu, memakai kamar mandi yang terletak dikamarnya dan Shani mandi dikamar mandi yang berada didekat dapur.
Lima belas menit berselang, Gracia telah selesai sedangkan Shani masih didalam kamar mandi. Lima menit kemudian Shani baru keluar.
"Lama banget sih mandinya, ntar masuk angin."
"Iya bawel."
"Ya udah yuk tidur. Pasti cici cape banget, aku udah nyiapin kamar tamu buat Cici."
Gracia beranjak dari sofa ruang tamu dan melangkahkan kakinya ke kamar tamu. Saat melewati Shani, Shani menggenggam tangan Gracia. "Kalau kamu temenin aku tidur, boleh?"
TBC
Wadaw cici nekad amat 😱
Ga lagi lagi deh bikin tantangan kalian memang luar biasa bahkan kurang dari 24 jam
Padahal gue besok uts wey kirain masih lama 70 vote doain gue besok bisa jawab uts nya ya :v
Ga janji ya update secepatnya smpai bertemu di kesempatan selanjutnyaaaa
Tpi apakah vote nya akan menurun? 😶Bawel bet lu

ESTÁS LEYENDO
WAKTU [GreShan]
Fanfic"Maaf membuat kamu menunggu aku jujur, aku suka sama kamu." Greshan