-21-

13.7K 1K 22
                                    

Gracia terganggu saat ada beban tubuh yang menimpanya. Ia membuka matanya, ia tersenyum melihat adiknya yang sengaja memeluk dan membebankan tubuhnya kepada dirinya.

"Brielle. Kakak masih ngantuk. Jangan ganggu."

"Ish, Kakak beneran bentar lagi mau balik?" ucap Brielle mimik wajahnya sedih, ia akan menunggu hingga libur semester depan untuk bertemu Kakaknya.

"Iyaaa." Jawab Gracia singkat.

"Biyel mau tinggal sama Kakak ajaaaa." Ucap Brielle.

"Apasih Biyel, Mama mana mau nitipin kamu ke Kakak tau sendiri Mama bawelnya gimana."

"Graciaaaa!! Bangun sarapan!" Teriak Mama Gracia membuat mata Gracia melek seratus persen.

"Brielle turun duluan gih sana, Kaka mau ke kamar mandi dulu."

Brielle mengangguk dan segera meninggalkan Gracia.

Gracia menatap layar handphonenya, potret dirinya dengan Shani di festival dulu.

Tak mau menambah kadar kangennya dengan Shani ia segera bangkit dan berjalan ke kamar mandi, sebelum Mamanya kembali meneriakan namanya.

*

"Aw!" Gracia mengusap lututnya yang terantup kaki meja makan.

"Liat liat dong kalo jalan, ilangin kebiasaan teledornya kalo gitu terus mana ada yang mau sama kamu." Celetuk Tari mengingatkan putri sulungnya.

Gracia mendengus, dengan dirinya seperti ini saja Shani suka. Gracia mendengus, kenapa semua hal selalu mengingatkannya pada Shani sih?

Jika saja bisa, Gracia ingin sekali menghubungi Shani, tapi ia sungkan. Gracia merasa bersalah karena memang ia tidak bisa hadir ke pesta itu. Gracia yakin pasti Shani telah menyimpulkan secara sepihak apa yang terjadi sebenarnya. Pasti Shani berpikir Gracia tidak akan membalas perasaannya.

"Ga boleh makan sambil ngelamun." Celetuk Bian Papa Gracia.

"Ya maaf Pa, Gracia ke atas duluan ya, mau packing." Bian menyerngit, menatap Tari penuh tanya. Tari hanya mengangkat kedua lengannya. Tidak tau.

'Shani aku kangen kamu...'

***

Dilain tempat, Shani sedang menghabiskan waktunya bersama Nadia. Setelah nonton bioskop mereka sepakat untuk singgah ke restoran untuk mengisi perut mereka.

"Bangke banget emang cowonya! Pen gue bejek palanya!" Shani hanya menggeleng mendengar ocehan Nadia yang masih misuh-misuh tentang alur cerita film yang mereka tonton.

"Apa sih Nad, film doang. Segitunya."

"Halah bacot, lo juga baper kan liatnya?"

"Iya baper tapi gue tau mereka kan cuma akting."

"Au ah, abis ini kita mau kemana lagi?"

"Pulang aja. Udah jam segini." Lirik Shani pada jam handphonenya di meja.

Nadia tidak sengaja melihat lockscreen handphone Shani. Rupanya Shani belum bisa melupakan Gracia begitu saja.

"Shan, lo ga niat buat nuntut kejelasan kalian?"

"Apa yang perlu dituntut lagi Nad, udah jelas Gracia ga mau sama gue."

"Ya udahlah, gue cuma nyaranin. Gue pengen yang terbaik aja buat lo."

Shani tersenyum saja.

***

Masa liburan telah berakhir itu artinya masa masa perkuliahan kembali dimulai. Shani menelusuri lorong gedung C, seorang diri. Tak terduga Shani bertemu dengan seseorang yang tidak diharapkan bertemu dengannya. Mata mereka bertemu seperkian detik. Junior yang berhasil meremukan hatinya disemester lalu.

Hanya sekejap saja mengingat Gracia masih dapat membuat matanya berair. Ia mendongakan kepalanya untuk menahan air matanya. Ia menutup matanya berharap ia tidak benar benar menatap Gracia yang berjalan ke arahnya. Namun saat ia membuka mata, Gracia semakin mendekat kepadanya.

Gracia menggandeng lengan Shani membawanya ke suatu ruang yang belum ada orang, mereka butuh privasi dan meluruskan permasalahan mereka.

"A-ada apa?" tanya Shani tergagap, terlebih ia canggung hanya berdua saja dengan Gracia.

"Aku kangen sama kamu Shani." Shani tidak yakin juga tidak tau harus bereaksi seperti apa? Apakah ia harus senang? Atas dasar apa?

Gracia menciptakan jarak diantara mereka mengedepankan tas nya lalu mengeluarkan kotak kecil.

"Yang pertama, selamat ulang tahun walau aku sangat terlambat untuk ngasih ini." Gracia menyodorkan kotak kecil itu.

"Kedua, aku mau mengakui sebuah pengakuan yang mungkin sangat bertolak belakang dengan apa yang ku bilang dulu. Tapi kamu harus percaya dengan apa yang aku akui ini adalah perasaan yang sebenarnya."

Gracia sama sekali tidak memberi kesempatan untuk Shani membalas perkataannya. Gracia mendekatkan wajahnya dan memegang kedua bahu Shani.

Gracia menatap Shani lekat. "Maaf membuat kamu menunggu aku jujur, aku suka sama kamu." Waktu seakan berhenti berjalan saat pernyataan Gracia masuk ke pendengaran Shani. Tak mungkin ia salah dengar. Kalimat itu Gracia ucapkan dengan sangat dekat, tepat didepan matanya.

Jantung Shani kembali bergemuruh, matanya berair juga lututnya yang lemas.

"Maaf, selama ini aku udah berusaha bohongi diri aku sendiri. Aku ragu sama perasaanku sendiri, juga nanti status yang kita sandang. Kamu tau ga mudah buat jalani ini, aku ragu apakah kita sanggup menghadapinya. Maaf atas keegoisan aku yang membuat kamu juga terluka. Tapi sekarang aku sadar, aku bahagia kalau kamu ada disamping aku."

Tangan Shani bergetar ia memeluk kado dari Gracia. Dadanya terasa sesak dengan perasaannya yang campur aduk.

"Kenapa baru sekarang?" ucap Shani bergetar. Gracia melepas tangannya yang berada di bahu Shani.

"Kenapa baru sekarang kamu bilang gitu? Selama ini kemana aja? Kenapa kamu ga dateng waktu pesta itu?"

Rentetan pertanyaan yang dilontarkan Shani membuat Gracia terdiam. Shani menatap Gracia nanar.

"Aku udah bilang, aku balik ke rumah. Tapi kamu ga mau dengar."

Gracia menghela napas. "Sebenarnya sejak awal liburan aku mau menghubungi kamu tapi sepertinya akan lebih baik kalau aku ngomong langsung."

"Terus kenapa baru ketemu aku?? Kan kamu bisa ketemu aku dari kemarin-kemarin!"

"Shaniii, aku baru tiba beberapa hari yang lalu, terus aku ngurus untuk semester baru dan keperluan kuliah. Belum lagi aku harus nyiapin mental aku buat ngomong gini."

Shani menangis, Gracia menyeka air mata yang jatuh dari pelupuk mata Shani.

"Rese banget. Kamu, orang, paling,rese,yang,pernah,aku temui." Setiap kata Shani sengaja memberi penekanan. Shani dapat melihat Gracia menunduk juga memejamkan mata.

"Kamu bikin aku nunggu lama Gracia." Shani langsung memeluk tubuh Gracia, mencengkram baju bagian belakang Gracia. Gracia terkekeh lemah. Ia balas memeluk Shani mengelus rambut Shani.

Pelukan mereka begitu erat memberi mereka kekuatan. Membuat sepasang rasa itu utuh. Kali ini Shani yakin, Gracialah orang yang tepat yang selama ini ia cari. Shani bisa memercayakan hatinya pada Gracia. Shani bersyukur waktu masih mau berpihak padanya.




















End
Yey,  udh yah sekarang greshan udh jadian dan bahagia.
Selamat malming di penghujung tahun.
Oh iya udh pada tau kan rapsodi dan menanti? Dimohon ya disebar dan didukung single nya. Udh 8 tahun lho menanti weitseh menanti ga tuh wkwk. Ada pro kontra juga soal selera atau warna musiknya,  ayo jangan ngeributin itu.  Kan target pasarnya beda,  tapi dua duanya enak kok didengerin. Pengumuman member K3 yang baru juga, jangan ditubirin dong, gue liatnya miris kasian juga mereka cewe kadang bisa juga sensi dan pasti perasa. Hargai mereka yang berusaha bikin kalian bahagia kan ga tau juga mereka berusaha kelihat bahagia tpi bisa jadi dibelakang mereka ada masalah juga jangan ditambahin dengan kalian ribut ribut. Dah ah takoottt
Dukung terus jeketi dan greshan yaaaa

Jangan lupa vote comment juga babay,  see you di...

WAKTU [GreShan]Where stories live. Discover now