🥕Repot Sendiri

34 7 0
                                    

"Anak ayam!" Pikir Garda saat pertama kali melihat Varsha 5 tahun lalu. Ia berpikir demikian hanya karena warna rambut dan mata Varsha mengingatkannya pada anak ayamnya di rumah yang baru saja menetas. Mereka bertemu sebab masuk SMP yang sama. Garda mengira Varsha itu pindahan dari luar negeri, karena mukanya yang bule banget. Tapi saat mendengar cara ngomongnya yang medog ia langsung ketawa ngakak karena salah kira.

Cewek itu memberi Garda berjuta alasan untuk senyam-senyum sendiri. Mukanya yang kelihatan males hidup bikin Garda yang dasarnya punya sifat jahil bawaan pengen ngisengin terus. Alasannya, lucu aja lihat perubahan ekspresi Varsha yang bikin penasaran. Garda mencoba berbagai cara buat bisa deket sama Varsha. Tapi bukannya bisa deket, mereka malah selalu ribut tiap kali ketemu. Padahal Garda sadar kalau dirinya itu ganteng dan banyak yang naksir. Tapi Varsha kelihatan ogah banget buat deket-deket sama dia. Anehnya, bukannya menyerah cowok itu malah makin menjadi-jadi buat ngusilin Varsha.

Suatu hari, Garda sadar kalau ia dan Varsha ternyata tinggal satu komplek. Karena ibunya mengajak ibu cewek itu ngerumpi cukup lama di depan tukang sayur. Ibunya jarang ketemu orang yang sefrekuensi di komplek, jadi ketemu orang baru yang sefrekuensi memberinya angin segar buat baik-baikin tuh orang. Karena ibu Garda sering masak-masak kalau gabut, dan hasilnya kelebihan, Garda selalu diminta membagikan masakannya ke rumah Varsha.

Garda sampai minta ibunya masak banyak-banyak tiap hari, biar dia ada alasan pergi ke rumah Varsha dan caper. Bahkan waktu tahu Varsha suka banget sama perkedel kentang, Garda bela-belain belajar cara bikinnya dan bawain itu buat Varsha. Lucu, Garda kira perasaannya ke Varsha tuh cuma sekedar penasaran. Tapi ternyata udah 5 tahun gak berubah-ubah. Ya, kali orang penasaran awet banget sampe jalan 5 tahun. Karena bukan lagi balita, Garda sadar kalau dia menaruh perasaan khusus pada cewek itu.

Kakinya yang ditendang Varsha kemarin malam sebenarnya gak sakit-sakit banget. Tapi baginya seru aja melihat ekspresi pias di wajah Varsha yang udah niat banget bertanggung jawab. Pengennya sih langsung damai aja. Tapi kan sayang kalau kesempatan ini nggak dipake supaya mereka bisa makin deket. Alhasil Garda sok-sokan menaruh gips pada kakinya dan keluar dari rumah memakai tongkat skrup di ketiaknya. Ibunya yang melihat fenomena tersebut menjatuhkan centong nasi yang dipegangnya dengan amat dramatis.

"Ya Tuhan, Garda kamu kapan kecelakaannya, nak? Kok ibu gak tau, astaga semalam kamu pulang jam berapa?" Anak lelaki satu-satunya kecelakaan, dan ia gak tahu. Ibu mana yang gak bakalan heboh kalau begini?

Garda tertawa kecil. "Santai aja, bu. Ini cuma properti buat praktek main drama nanti. Tuh Garda bisa berdiri normal." Terangnya, seraya menunjukkan kalau ia baik-baik saja berdiri tanpa tongkat.

Ibu Garda mengusap dadanya lega. "Yaudah sini makan dulu."

"Ah, nggak usah, bu. Di sekolah aja ntar." Tolak Garda.

"Yakin, gak mau? Ibu masak perkedel kentang loh. Kamu gak mau bungkusin buat Varsha?" Tawar sang ibu yang sudah hafal mati kelakuan Garda saat ia masak perkedel kentang.

Garda tak memiliki alasan untuk menolak. Jadi ia mau-mau saja duduk untuk sarapan meskipun males makan karena masih terlalu pagi baginya.

......

Sementara itu di luar rumah Garda, Varsha sudah mendengus selama lebih dari 15 menit. Cowok itu minta berangkat sekolah bareng. Tapi sudah mepet jam masuk, ia belum keluar juga dari rumahnya. Kalau seperti ini ceritanya mereka bakal telat bersama.

AWAN KELABUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang