Aspia 03

42.8K 4.8K 184
                                    

Gimana aku gak guling-guling di atas kasur gak jelas. Kalau semalam si bos alias Kak Atma-ku. Kakak kelas yang dulu aku sukai mengingat dengan jelas janji masa putih abu-abu. Dulu, aku memang naif banget. Namanya juga masih hormon remaja kalau ngomong itu pasti tanpa filter terlebih dahulu. Tapi memang aku dulu sangat menyukainya. Sampai akhirnya saat itu tiba, dia pergi dan tanpa kabar lagi. Sosial media pun tidak menemukan jejaknya. Kak Atmaku seakan hilang ditelan bumi dan itu membuatku sedih awalnya.

Hanya saja aku ingat pesannya. Aku harus meraih mimpiku dan jangan hanya fokus ke dia saja. Tentu saja aku move on. Melangkah maju, meski hatiku masih menyimpan cinta untuknya. Yang tentu saja sudah kadaluarsa.

"Bakpia combro buruan ih. Ken udah mau telat ini."

Teriakan Kenan menyadarkanku dari lamunan. Aku segera memakai kacamata minusku yang hari ini aku sesuaikam dengan hijab warna biruku. Jadi frame kacamatanya aku pakai yang biru.

Iya aku udah minus 1,5 gara-gara sering baca sambil tiduran. Makanya harus pakai kacamata, tapi bukan Pia namanya kalau tidak bisa fashionable. Makanya kacamata minusku banyak banget warna warni framenya. Lensanya juga warna warni tapi yang paling nyaman itu warna pink. Warna itu tuh nyaman banget buat nangkap warna.

"Iyaaaa.."

Aku membalas dengan berteriak. Mematut diriku di depan cermin sekali lagi. Perfect.

*****
Lari lagi. Telat lagi. Sial.
Gara-gara nganterin Kenan sampai sekolahnya aku telat lagi. Kami memang pakai taksi online tapi memang ke sekolahnya Kenan dulu.

"Aih pagi mbak Sofia. Cantik banget pagi ini."

Aku terengah saat masuk pintu gerbang. Jadi kantorku ini memang ada pintu gerbang gitu kalau telat ya ditutup. kayak sekolahan aja kan?

Mas Tono sudah menyapaku.

"Heeh. Bentar mas mau absen."

Aku mengambil kartu absenku dan melirik mas Tono yang tampak bersalah.

"Maaf ya mbak gak sempet absenin. Tadi ada bosnya mbak gitu."

Aku hanya menganggukkan kepala dan langsung memasukkan kartu absen ke mesin. Dan yah telat 10 menit. Bisa kena potong lagi gajiku.

"Ojo cemberut gitu mbak. Ayune ilang loh."

Mas Tono merayuku. Tapi pagi ini aku gak niat nanggepin. Habisnya sebel. Semalam aja si bos abis nagih janji langsung pergi gitu aja. Melangkah masuk ke lobi dan langsung menuju tangga. Udah keringetan lagi ditambah naik tangga. Sempurna pagiku ini. Begitu sampai di ruanganku wajah Melly, mbak Asih dan Nino tampak ditekuk.

"Hei ada apa?"

"Bos mengaum. Beneran deh namanya aja Aslan. Kayak singanya si Lusi."

Itu celetukan Melly yang kini berbisik di sebelahku. Kubikel kami untung bersebelahan.

"Lusi siapa?"

"Itu loh mbak ceritanya Narnia."

Aku langsung ber ooo ria dan terkekeh geli.

"Husst Pia. Jangam bangunin singa yang lagi tidur. Nih gara-gara aumannya bulu mataku rontok lagi." Mbak Asih yang ada di seberang kami menunjuk matanya.

Aku terkikik dengan Melly.

"Sofia udah datang?"

Tentu saja teriakan itu membuat aku membelalak. Aku langsung beranjak berdiri dan melihat si bos sudah ada di ambang pinti ruangannya.

"Masuk! Bawa laporan kemarin."

"Iya pak."

Aku langsung menganggukkan kepala. Si bos menatapku galak dan langsung menutup pintunya.

SIAP MAS BOS! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang