ASPIA 41

24.9K 4.2K 252
                                    



*********

"Jadi nyebar undangan karena Pia nya udah hamil? Ih padahal kayaknya alim gitu tahunya.."

"Berkedok pakai hijab segala, kalau tahunya mau dihamilin ama si bos?"

"Siapa juga yang nggak mau, aku juga mau ah dihamilin.."

Aku benar-benar shock saat mendengar beberapa orang yang berbicara di toilet. Sekarang ini aku sedang berada di toilet karena sejak kemarin itu maghku kambuh terus, jadi sepagian tadi bolak balik toilet terus. Rasa mual menderaku dan terus memuntahkan isi makanan di dalam perutku. Tadi pun di kantin aku langsung menutup mulutku dan berlari ke toilet terdekat, dan aku tidak tahu kalau hal itu langsung menjadikan bahan gosip. Astaghfirullah.

Aku terduduk di atas toilet duduk, menunggu orang-orang di luar untuk pergi. Aku benar-benar tidak menyangka mereka akan mengatakan hal itu. Sejahat itu kepadaku, padahal aku tidak pernah jahat kepada mereka. Saat suasana sudah sepi, aku membuka perlahan pintu kamar mandi. Melangkah dengan lemas ke arah wastafel, lalu segera mencuci tangan. Kalau seperti ini aku tidak tahan berada di sini.

*****

"Piaaaaaa kamu darimana? Wah beneran kamu habis muntah-muntah?"

Mbak Asih sudah masuk ke kubikelku setelah aku kembali ke dalam ruangan. Kepalaku pening, dan aku merasa ingin muntah lagi kalau seperti ini. 

"Magh aku kambuh Mbak."

Mbak Asih kini mengerjapkan matanya, dan bulu mata palsu yang dipakaianya lepas salah satu. Membuat satu matanya terlihat aneh. Gundul dan lebat, nah itu. Aku sendiri bingung mau bilang apa.

"Ih gosip sudah menyebar, katanya kamu hamil lah, murahan lah. Ih pingin kruwes itu lambe-lambe turah. Duh."

Aku tersenyum tipis dan mengusap pelipisku. Mana Aslan sekarang sedang ke Solo dengan Nino. Survey market baru. Sehingga aku tidak bisa berkeluh kesah kepadanya.

"Mbak, oi.,. aduh ternyata di sini. Ih aku barusan dari bagian gudang. Woalah gosip Mbak Sofia yang hamil udah menyebar."

Tiba-tiba Melly datang dan bersungut-sungut mengatakan hal itu. Membuat aku langsung menghela nafas.

"Tapi kamu beneran masih perawan to Pi?"

Pertanyaan Mbak Asih itu membuat aku menganggukkan kepala. "Beneran Mbak, Mas, eh Pak Bos nggak mau nyentuh aku sebelum kita resmi dimata Negara."

Mata Mbak Asih membulat, yang membuat bulu matanya akhirnya copot semua. Aku hampir ngakak karena itu bulu mata kini malah nyangkut dihidung. 

"Saluuuut buat Pak bos. Udah ganteng, bisa menahan nafsu pula. Waaahh keren. "

Melly malah mengatakan hal itu membuat aku tersipu. Tapi Mbak Asih kini malah mendekat ke arahku sambil membenarkan bulu matanya lagi itu.

"Ehmmm kalian nek bobok bareng itu opo gak kelonan? Mosok si bos betah [kalian kalau tidur bersama itu apa gak pelukan? masa si bos tahan?"
Aku kembali menundukkan kepala. ini terlalu vulgar untukku.

"Husst mbak Asih ki piye to, yo kelonan wong udah sah kok."

Melly terkekeh saat mengatakan hal itu, pasti dia juga ikut membayangkan. Haish.

Mbak Asih kini memicingkan mata, karena tidak berhasil memasang bulu mata palsunya itu.

"Ehmmm padahal kalau kelonan kan nempel ya itu pisang eh pisang..."

Melly tergelak mendengar celetukan Mbak Asih, dan aku benar-benar merasakan pipiku memerah. 

"Iya itu pisang nempel kan?"

"Pisang apa yang nempel?"

 Baru aku akan menjawab, tiba-tiba suara itu mengagetkan kami bertiga. Saat menoleh Aslan sudah ada di depan kubikelku dan membuat Mbak Asih dan Melly langsung berlari dan masuk ke dalam kubikelnya masing-masing.

"Mas..."

Aku kemudian menatap Aslan, tapi sepertinya dia tahu apa yang aku akan katakan. 

"Ikut aku."

Aslan langsung menarikku untuk berdiri lalu menggandeng tanganku. Dia bahkan merangkulkan tangannya di pinggangku.

"Mas, malu, ini mau kemana?"

Aku menoleh panik kepadanya saat dia membawaku keluar dari ruangan tapi dia hanya diam. Sampai kami di ruangan meeting yang ternyata sudah berkumpul semua orang. Aku tentu membelalak terkejut.

"Mas ini apa?"

Aku berbisik takut-takut saat melihat semuanya menatap kami yang masuk ke dalam ruangan ini dengan setengah berpelukan. Tapi Aslan makin mengetatkan pelukannya. 

"Sore semua."

"Soreeee..."

Aslan mulai berbicara dan aku hanya bisa menunduk. Sumpah ini memalukan.

"Saya mendengar beberapa selentingan yang sepertinya menyudutkan Sofia. Katanya Sofia sudah hamil maka saya akan menikahinya. Kalau memang itu terjadi saya malah bersyukur."

Aku langsung menatap Aslan yang masih tetap tenang. Ruangan menjadi sangat hening. Bahkan tadi wanita-wanita yang berbisik tampak diam.

"Saya telah menikah secara agama dengan Sofia saat kami mengambil cuti. Menikah di Jakarta tempat keluarga kami berada. Ada bukti video nya kalau kalian tidak percaya. Maka sambil menunggu proses surat-surat untuk menikah resmi, saya memang sudah menghalalkan Sofia. Dan Demi Allah, saya menjaga kehormatan Sofia sampai detik ini."

Aku langsung menatap Aslan tak percaya, dia benar-benar mengatakan hal itu. Jantungku berdegup kencang saat ini.

"Dan sebelum kalian bertanya lagi kapan kami jatuh cinta, saya akan menjawab.."

Aslan menoleh ke arahku sebentar lalu menatap depan lagi.

"Saya jatuh cinta dengan Sofia saat kami masih sama-sama SMA. Saya sudah jatuh hati kepadanya sampai hari ini dan selamanya."

Meleleh aku. Aku beneran tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dia memang Kak Atmaku kan?

BERSAMBUNG

SIAP MAS BOS! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang