ASPIA 28

27.6K 4.2K 203
                                    

SERKAN POV

"Apa itu keputusan kalian berdua?"

Ayah Kafka menatapku dan Sofia bergantian. Semalam memang kami sudah memutuskan, akhirnya aku bsrpamitan dan mengantar mama pulang. Dan karena cutiku dan Sofia akan berakhir besok, aku harus segera membicarakan hal ini kepada ayah Kafka. Maka siang ini, di sinilah aku berada. Setelah shalat jumat di masjid kompleks perumahan ini aku segera duduk di teras depan rumah Sofia. Bicara serius dengan ayah Kafka.

"Pia pingin kayak Mbak Nisa."
Sofia kini merengek lagi. Aku tahu ini akan sulit. Semalam saja karena Kenan sudah mengantuk jadi dia hanya mengiyakan. Ayah Kafka kini mengernyitkan kening.

"Ayah sebenarnya juga akan membicarakan hal ini kepada kalian berdua. Mengingat kalian berdua saling mencintai, dan akan jauh dari rumah maka ayah juga khawatir."

Ayah Kafka kini menatapku lekat "Ayah tidak meragukanmu, Aslan. Hanya saja ini yang terbaik buat kalian berdua. Kalian memang harus menikah secepatnya."

Aku tersenyum mendengar ucapan ayah. Lagipula memang ini yang aku inginkan.

"Tapi yah, kan ayah baru saja nikahin Mbak Nisa.."

Aku menatap Sofia yang duduk menggelendot manja di samping ayah Kafka. Siang ini dia tampak cantik dengan hijab warna merah mudanya.

"Soal itu kamu gak usah mikirin. Lagian pernikahan kalian kan bisa diadain di Yogya? Teman-teman kamu kan ada di sana, Pia. Jadi soal resepsi itu gampang Pia. Yang penting hari ini kalian nikah secara agama dulu, biar ayah tenang. Lalu ayah akan mengurus pernikahan ke KUA. Setelah siap kalian bisa menikah resmi. Mungkin satu bulan dari sekarang. Setelah itu baru kita merundingkan tentang resepsi. Bagaimana?"

Aku benar-benar kagum dengan ayah Kafka. Beliau selalu bijaksana dalam memberikan solusi.

"Tapi ayah.. kalau kita ketahuan menikah Pia atau Mas Aslan gak boleh satu divisi lagi."

Aku menatap Pia yang kali ini menundukkan kepala. Tapi ayah Kafka sudah menepuk kepala Pia dengan lembut.

"Itu kita pikirkan nanti Pia. Yang penting kamu ridho kan kalau nikah sama Aslan sekarang juga?"

Jantungku berdegup kencang saat ini. Memang ini terlalu mendadak. Tapi semuanya memang harus disegerakan.

Wajah Sofia terangkat, lalu dia menatapku.

"Insyaallah ridho, ayah."

"Alhamdulilah."

******
Secepat itulah keputusan yang diberikan ayah Kafka. Kami semua sibuk akhirnya. Ayah Kafka sendiri mengatakan aku harus mempersiapkan diri untuk ijab qobul yang akan terlaksana setelah shalat isya hari ini. Gugup itulah hal yang aku rasakan saat ini. Tanganku benar-benar terasa dingin.

"Nak, bismilah ya."

Mama sudah berada di sampingku dan merangkul bahuku. Aku sudah duduk di jok belakang mobilku ini. Di depan ada Om Reno, adik mama yang mengendarai mobil ini. Di sampingnya ada Om Miko, adik mama yang bungsu juga mendampingiku. Alhamdulilah saudara mama juga menyetujui ide ini.

"Iya ma."

"Serkan, udah hafal kan?"

Om Miko langsung menoleh ke arahku.

"Insyaallah, om."

"Kaku amat jawabnya. Udah tenang aja. Nanti juga kalau lihat wajah calon istri langsung ilang semua. Maksudnya ilang semua hafalannya."

"Hust, Miko kamu ini.."

Om Miko tertawa, dan mendapat teguran dari mama. Dia ini memang suka jahil.

SIAP MAS BOS! [END]Where stories live. Discover now