6. Dia Orang Baik

5K 452 9
                                    

Hari ini kembali digelar rapat persiapan event, Rani bergegas membawa materi yang ingin dipaparkan. Di sana sudah terlihat beberapa staf yang terkait dengan program. Semua sudah nampak lengkap, namun Pak Andi sebagai penanggung jawab acara belum memulai rapat karena masih menunggu satu orang.

"Sebelumnya mohon maaf rapat kita tunggu sebentar karena msih menunggu--" Belum selesai bicara, ada seseorang yang masuk ke ruang rapat.

"Nah itu dia, silahkan Pak Dimas!!" imbuh Pak Andi.

Ternyata yang ditunggu adalah Dimas. semua anggota rapat kaget dengan kehadirannya, karena selama sakit dia tidak pernah ikut rapat, hal ini seolah angin segar bagi mereka.

Pak Andi memimpin jalannya rapat. Terlihat anggota rapat saling mengajukan opini mereka. Namun yang membuat mereka semangat adalah Dimas. Dimas yang dulu sudah perlahan kembali. Walaupun masih belum banyak bicara, tapi dia merespon jalannya rapat bahkan ikut memberi masukkan.

Rania daritadi hanya diam, takjub dengan apa yang terjadi. Ternyata benar apa kata orang-orang, Dimas pintar dan sangat berdedikasi dalam pekerjaannya, namun sayang masih belum banyak tanggapan darinya. Tapi hal ini sangat disyukuri oleh anggota rapat.

Rapat berjalan cukup lama, semakin lama rapat berjalan, Dimas semakin banyak merespon. Tentu saja hal ini menambah semangat seluruh staff yang terkait dengan acara itu. Rapat akhirnya selesai melebihi waktu jam kerja. Sebelum rapat ditutup Dimas sudah pergi duluan. Setelah tidak ada orangnya, semua anggota rapat sibuk membicarakan perubahan Dimas. Mereka kebanyakan menyambut baik perubahan itu, karena bagi karyawan lama yang sudah mengenal Dimas, tentu saja merindukan kerjasama dengan sosok Dimas yang dulu. Rania tidak banyak ikut berkomentar, dia masih sangat takjub dengan respon-respon Dimas sewaktu rapat. kemudian dia pamit untuk pulang. Di halaman kantor dia bertemu dengan Aryn.

"RANIAAAAA!!"

"Ya ampun Ryn, pelan bisa nggak sih, telingaku masih normal." omel Rania

"Hehe maaf Ran, aku lagi seneng aja!"

"Kenapa? dapet undian?"

"Kamu tu ya, masa tiap orang seneng harus dapet undian? Tadi Pak Andi cerita ke aku gimana Kak Dimas sewaktu rapat."

"Oh iya, semoga awal yang bagus buat kesembuhannya."

"Amiiin. eh iya Ryn kamu libur kapan lagi, temenin aku ya!!"

"Memang mau kemana?"

Aryn menggandeng tangan Rania sambil berjalan keluar kantor, dia mengajak rania untuk pergi ke rumah saudaranya yang ada di sini untuk mengantar  barang titipan sang mama. Awalnya Rania terlihat enggan mengiyakan tapi dengan kehebatan Aryn dalam merayu, akhirnya Rania menyetujui ajakan sahabatnya itu.

"Siap.. Kakak iparku!" pekik Aryn penuh rasa girang.

Rania menggerutu, dia kesel selalu dijahilin sama Aryn. bukan apa-apa dia cuma gak enak kalau selalu terlibat dengan keluarga Aryn. Tapi mau bagaimana lagi Aryn adalah sahabatnya di Malaysia, dia sudah banyak membantu Rania di sana, rasanya tidak pantas jika menolak permintaanya yang tidak berat.

*****

Tiba hari sabtu, sesuai rencana Aryn, mereka berkunjung ke rumah saudara, Di jalan mereka bergantian menyetir karena rumahnya cukup jauh. Sekitar 1 jam perjalanan mereka sampai di Rumah saudara, setelah beramahtamah dan menyampaikan maksud kedatangan, Aryn pamit pulang karena takut kemalaman. Mereka sampai kerumah Aryn sekitar pukul 8 malam. Aryn minta maaf, karena merasa gak enak badan dan pusing, dia mau mengambil obat dulu dan istirahat sebentar sebelum mengantar Rania ke asrama. Aryn terlihat pucat dan lemas. Rania tidak tega melihatnya

Jangan Bilang CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang