19 ; Senja Untuk Semesta

547 41 0
                                    

Semilir angin membuat Senja semakin terhenyak dalam lamunannya. Pikiran Senja tertuju pada keruntuhan seorang Semesta tadi malam. Laki-laki itu bergetar punggungnya. Kemungkinan dia menahan tangis sampai punggungnya yang biasanya tegap semalam bergetar di iringi kepalan di tangan cowok itu.

Semalam Senja jadi teman seorang Semesta lagi. Dimana Senja kembali ada untuk Semesta yang membutuhkannya. Semesta yang lemah dan Semesta yang rapuh.

Entah mengapa kehadiran perempuan bernama Senja itu pas sekali saat Semesta membutuhkan sandaran ketika kedua orang tuanya sibuk bekerja. Perempuan yang mengelus punggungnya sambil berkata, "Jangan sedih, Ta. Kan ada gue buat lo. Lo bisa cerita ke gue kalo lo udah siap."

Disitulah Semesta menjelaskan bagaimana Laras memutuskannya secara sepihak. Dimana Laras menampar seorang Semesta yang berusaha menjadi orang yang terbaik bagi Laras. Laras salah, sangat salah karena membuat kecewa seorang Semesta yang pengertian.

Terbesit rasa kecewa juga di benak Senja saat mendengar cerita Semesta. Senja jadi teringat bagaimana wajah polos dan lugu milik Laras. Senja jadi makin kesal mengetahui bahwa Laras tidak mau menjelaskan apa-apa kepada Semesta dan memilih menampar Semesta lalu meninggalkan Semesta begitu saja.

"AING MAUNG!"

Senja tersentak begitu mendengar teriakan Mega tepat di telinganya.

"Teriak lagi gue kempesin ya ban motor lo!" ancam Senja sambil menatap sengit Mega.

"Lagian lo ngelamun mulu, sok-sokan mikirin sesuatu kayak punya pikiran aja."

"HEH!"

"HOH!"

"MEGA!"

"EMANG LEBIH CANTIK DARIPADA SENJA!"

Senja menggebrak meja kelasnya dengan keras, "Gue santet lo, Ga!"

Mega mengelus dadanya yang berdebar karena gebrakan meja yang dilakukan oleh Senja begitu keras. Untung saja ini istirahat. Bila tidak, sudah dijamin Senja bakal masuk ruang keramat alias ruang BK.

"Sabar bu nyai," Mega mengelus lengan Senja mendramatisir keadaan. "Duduk dulu nyai. Mega cantik punya gosip baru."

Senja berdecak, "Lambe turah."

"Dih, orang mulut gue cuma satu nggak turah."

"Iya deh iya," Senja kini menatap Mega, "Apaan emang?"

"Muka gebetan lo masa merah-merah. Kayak abis kena tampar gitu." jelas Mega.

Alis Senja bertautan, "Gebetan gue? Siapa?"

"Bintang."

Senja terdiam sejenak. Rasanya aneh bila cowok seteladan Bintang dapat tamparan sampai membekas. Setau Senja, Bintang itu tidak punya musuh dan juga hubungan Bintang dengan keluarganya seperti harmonis-harmonis saja.

"Sekarang Bintang mana?"

Mega mengangkat kedua bahunya, "Nggak tau. Tapi tadi kata Sekar si Bintang ada di UKS lagi ngompresin bekas tamparan."

Senja langsung bangkit dari duduknya. Tentunya dengan tujuan utama ke UKS. Tanpa diberitahu 'pun Mega sudah paham. Maka dari itu Mega memilih tidur sebentar sebelum bel masuk berbunyi.

—Senja Untuk Semesta—

Didorong pelan oleh Senja pintu UKS berwarna biru muda tersebut. Aroma khas UKS yaitu bau obat-obatan yang cukup menyengat menyambut kedatangan Senja yang tanpa diundang oleh Bintang.

Tampak dari tempat Senja berdiri di dekat pintu, Bintang sedang duduk di brangkar dengan es batu yang terbungkus oleh plastik tengah ia tempelkan ke pipi kirinya.

Sesekali Bintang meringis membuat Senja ngilu melihatnya. Sontak dengan langkah cepat Senja langsung duduk disamping Bintang dan mengambil alih es batu.

Ditempelkan es batu tersebut dengan pelan oleh Senja. Kedatangan Senja yang tiba-tiba lalu merebut es batu membuat Bintang terperangah melihat perempuan yang sedang telaten mengompres bekas tamparan di pipinya.

"Kok lo tau gue disini?" tanya Bintang.

Senja tersenyum tipis lalu menatap Bintang sebentar, "Tau aja. Kan gue paranormal."

Bintang mendengus, "Mana ada paranormal sengklek kayak Senja. Paranormal itu orangnya normal. Orang namanya aja terdiri atas dua suku kata 'Para' dan 'Normal'. Kalo nggak normal kayak lo ya, Paraabrnormal."

Tega, Senja menekan memar di wajah Bintang hingga membuat cowok itu mengaduh kesakitan.

"Pelan-pelan ngapa sih?!"

"Nggak apa-apa, orang abnormal 'kan bebas."

Bintang tersenyum tipis mendengar jawaban Senja yang nyeleneh. Senja itu bisa dikatakan tidak ada unsur anggun dalam dirinya. Nyeleneh dalam perkataan itu sudah biasa di dengar dari bibir Senja. Suatu yang menarik beda dari yang lain itu Senja.















ada yang nungguin nggak sih?:(

Senja Untuk SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang