Apa ini?

843 44 4
                                    

Author POV

"Ada taxi gak ya?" ucap Gea sambil menoleh kanan kiri. Jalanan mulai sepi. Gea memutuskan untuk berjalan kaki saja. Tapi saat hendak melangkahkan kakinya, seseorang menarik lengannya.

"Eh...Eh..."

"Biar ku antar," ucapnya ramah.

"Tidak perlu, Tuan. Saya akan menunggu taksi saja." ucapku berusaha menolak.

"Ge, aku hanya ingin berbuat baik. Sepertinya bosmu itu mempekerjakanmu terlalu keras."

"Tidak, Tuan Ace. Ini memang pekerjaan saya, saya tidak bisa bermalas-malasan,"

"Kau cukup rajin, Gea. Jika saja kau memilih bekerja di perusahaanku, aku akan memberimu mobil, agar kau tidak pulang dengan keadaan seperti ini,"

"Apa maksudmu?!" ucap seseorang di belakang kami. Aku dan Ace menoleh ke arah suara. Ku dapati Gerald dengan wajahnya yang sedikit mengeras.

"Hey, Bro. Aku hanya ingin mengantar Gea, ayo Ge,"

"Gea pulang bersamaku!"

"Tak apa, aku saja yang mengantarnya, kau pulanglah," ucap Ace dengan santainya. Kemudian ia langsung menggandengku. Aku melotot kaget saat sebuah tangan lain juga menarikku.

"Gea pulang bersamaku!!" tegas Gerald lagi dengan nada yang lebih tinggi dari sebelumnya.

"Eits,  santai bro,  aku hanya ingin mengantarnya, karena aku melihat dia cukup lelah hari ini, " ucap Ace dengan nada yang masih sangat santai membuat Gerald benar-benar marah.

"Sebaiknya kau pulang,  urusi saja perusahaanmu itu!" ucap Gerald yang langsung menarik lengan Gea paksa.  Gea melotot melihatnya tapi dia hanya mengikuti tarikan Gerald padanya.

*****

Gerald POV

Sepanjang perjalanan kami hanya diam. Bahkan Gea tak sedikitpun melirik ke arahku. Aku benar-benar geram dengannya. Bagaimana mungkin dia mau saja diantar oleh Ace?  Sial!

CITTT CITTT...

"Aww..." ringis Gea karena aku berhenti tiba-tiba. Kepala sedikit terbentur jok depan mobil. Aku yakin itu cukup sakit. Tapi kekesalanku lebih dari itu.

"Kenapa Bapak ngerem tiba-tiba?  Ada kucing lewat?" bagaimana dia bisa mengatakan ada kucing lewat?  Tak tahukah dia bagaimana perasaanku?

"Tidak ada kucing,"

"Lalu?"

"Aku tidak suka kau dekat dengannya,"

"Dengannya?  Siapa Pak? " apa dia tidak mengerti dengan orang yang aku maksud? Perempuan ini tidak peka.

"Kau pura-pura tidak tahu atau bagaimana? Tentu saja Ace! "

"Oh, "  ucap Gea santai. Dia ini perempuan apa sebenarnya?  Dengan santainya dia hanya menjawab 'Oh'. Rasanya aku ingin mencakar wajah perempuan ini.

"Tapi,  kenapa saya harus menjauhi Tuan Ace, dia laki-laki yang baik, sopan, lucu dan juga.....  Tampan. " ucap gea tanpa melihat ke arahku dan justru tersenyum sendiri dengan pandangan lurus ke luar.

"Kau bilang dia tampan?! Cih! "

"Bapak kenapa? Tuan Ace memang seperti itu,  dia lembut,  hangat,  idaman sekali... " tambahnya lagi yang kini membuatku benar-benar ingin menerkamnya saat ini juga.

"Sekali lagi kau mengatakannya,  aku tidak akan segan-segan menciummu!"

"Maaf ya Pak,  tapi memangnya Bapak siapa saya? Saya bukan istri Bapak,"

"Aku bisa menikahimu saat ini juga,  Gea!"

*****

Gea Pov

"Aku bisa menikahimu saat ini juga,  Gea!" ucap Pak Gerald dengan wajahnya yang benar-benar sudah memerah. Aku yakin sekali,  kali ini dia benar-benar marah padaku.  Tapi mengapa harus semarah itu?  Memangnya dia siapa?  Hanya boskan?  Lalu untuk apa sampai seperti itu?  Aku benar-benar bisa gila olehnya.

"Pak,  Bapak ini ngomong apa sih?  Bercanda anda tidak lucu, Pak. " ucapku yang tidak ingin terkecoh dengan ucapannya.

"Aku serius,  Gea." ucapannya kali ini dengan mata yang sudah menatapku tajam.  Ku tatap matanya itu,  terlihat kesungguhan di matanya. Tapi bagaimana mungkin?

"Kenapa Bapak mengatakan itu? " ucapku ragu.

"Karena aku laki-laki dan kau wanita.  Kenapa tidak untuk menikah? "

"Alasan macam apa itu Pak. "

"Kenapa?  Salah?  Benar bukan? " sungguh bosku ini membuatku meledak. Mana ada orang melamar dengan alasan bodoh seperti itu? Akupun memilih untuk keluar dari mobil dan meninggalkannya.

"Gea..  Ge,  tunggu Ge. " teriaknya.  Aku berlari menjauh, mencark taxi dan langsung memasukinya. Gerald tak sampai menangkapku. Aku langsung bergegas pulang. Fisikku lelah dan hatiku juga lelah. Pikiran berkecamuk memikirkan hal bodoh itu.  Mana mungkin seorang CEO sepertinya melamarku?  Pasti aku berhalusinasi lagi. Pasti.

Bersambung.....
Maaf atas keterlambatannya. Karena tugas suci yang mulia masih menungguku juga.

Terimakasih untuk kunjungannya.  Jangan lupa bintang ya 😊

Yes Bos!  (Proses Revisi+Cerita Masih Lengkap)Where stories live. Discover now