Ribut

773 40 1
                                    

Update lagi ...
Karena ide sedang berjalan lancar...





~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


Gerald POV

Gea datang dengan membawa dua piring yang berisikan mi beserta tapping di atasnya. Aku langsung mengambilnya dan memakannya. Aku terdiam saat makanan itu berada di dalam mulutku. Gea yang melihatku terlihat khawatir. Ia mencerca banyak pertanayaan padaku. Akupun membuatnya lebih khawatir lagi,  karena wajahnya itu sanga menggemaskan.

"Pak... Bapak okay? Masakannya enak atau gak enak? Saya gak kasih racun kok, Pak." Ucapnya padaku, hampir saja aku memuntahkan makananku. Lalu perlahan aku mengunyahnya kembali.

"Pak, aduh, jangan mati dulu dong, saya juga baru beberapa bulan kerja Pak,  masak udah ditinggal aja, Pak, ngomong dong..." Cercanya sambil menggoyang-goyangkan lenganku.

"Kamu mau bunuh saya?!" Jawabku setelah mengunyah makanan itu.

"Engga kok Pak, saya masih mau kerja sama Bapak,"

"Uhm... Masakanmu lumayan,"

"Bapak bilang lumayan? Ini saya buatnya spesial loh Pak, ini bukan lumayan, tapi enak banget.."

"Bahkan saya hampir munta memakannya..."

"Yaudah, Bapak,  gak usah makan, gak repot kok," Ucapnya kesal dan langsung mengambil piring di tanganku dan membawanya ke meja dapur.

"Kan belum saya abisin..." Cegahku menghampirinya.

"Katanya Bapak mau muntah, yaudah gak usah dimakan, Bapak tuh kalo ngomong emang suka pedes banget, ucapan Anda selalu saja menyakitkan, manusia juga punya perasaan Pak," Kesalnya kepadaku. Aku memperhatikan wajahnya, dan memahami kata demi kata yang dilontarkan. Mungkin benar, aku terlalu kejam kepadanya.

"Masakanmu enak kok," puji, karena memang kenyataannya seperti itu.

"Tadi bilang mau muntah gara-gara makan makanan saya, terus kemarin bilang mau ngelamar saya, saya cukup tahu diri kok Pak, dan saya sadar akan hal itu." Ucapnya meletakkan makanannya dan bergegas pergi ke sofa.

"Ge, aku minta maaf.. aku-"

"Tidak apa Pak, saya sadar diri kok saya siapa, mungkin bagi Bapak makanan itu tidak enak, tapi bagi saya itu lebih dari cukup dan saya juga perempuan Pak, yang suatu saat pasti ingin dilamar oleh seseorang, tapi saya juga sadar kok, bahwa saya ini tidak ada apa-apanya, jadi saya mohon, Bapak bisa meninggalkan rumah saya?" Ucapnya dan masuk ke dalam kamarnya. Kulihat sekilas, matanya berkaca-kaca. Apa aku keterlaluan? Aku sendiri tidak tahu, mengapa aku berbuat seperti ini kepadanya. Biasanya aku cuek kepada lainnya, apalagi sekretarisku sebelumnya.

"Ge, aku minta maaf...." Ucapku di balik pintu.

"Sebaiknya Bapak pulang saja.. saya mau istirahat,"

"Baiklah,  aku pulang, terimakasih sajiannya, makananmu sangat enak, lain kali bisakah kau buatkan aku lagi? Sampai bertemu di kantor." Akupun bergegas pulang dengan menghubungi supirku.

                                             *****

Author POV

Senin telah tiba, semuanya mulai beraktivitas seperti semula. Ada yang bekerja, sekolah, dan sebagainya. Gerald sudah berada di kantornya dan mengerjakan pekerjaannya. Sedangkan Gea juga sibuk mengetik data-data.

Pikiran Gerald tertuju pada Gea. Pasalnya sedari tadi Gea hanya bicara secukupnya. Gerald ingin menebus kesalahannya. Entah mengapa rasanya tidak nyaman jika Gea bicara pekerjaan saja.

"Pak, hari ini ada kunjungan ke salah satu rumah yang sudah siap ditempati klien kita. Kita diharapkan datang untung mengeceknya." Ucap Gea menatap Gerald sekilas dan kembali menunduk.

"Kita berangkat sekarang,"

"Baik Pak," begitulah perbincangan antara Gea dan Gerald. Setelah itu mereka berdua bergegas pergi. Sebelum menuju tempat yang dituju, Gerald justru berhenti di sebuah restaurant, yang tak lain juga termasuk salah satu restauran miliknya.

"Kita makan dulu," Ucap gerald tanpa jawaban dari Gea.

    

                                   

Bersambung...
Terimakasih untuk para pembaca...
Mohon maaf apabila masih banyak salah kata...

Yes Bos!  (Proses Revisi+Cerita Masih Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang