Cemburu?

892 46 0
                                    

Selamat Malam semuanya...
Setelah sekian lama gak Up sampai lupa alur,  tapi kali ini akan diusahakan kembali,  karena masih UAS juga kemarin,  insyaallah liburan ini diusahakan. Terimakasih untuk kalian semua,  love you all!!!

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~•~~~~~

Gerald POV

Aku tak sampai mengejarnya, dia sudah masuk ke dalam taxi. Akupun memilih pulang ke rumah,  karena gerimis mulai turun. Sesampainya di rumah,  aku bergegas membersihkan diri sembari menetralkan pikiranku.

'Aku ini kenapa? Bagaimana bisa aku melamar Gea begitu saja. Apa benar aku menyukainya?  Akh! Tidak mungkin. Mana mungkin aku menyukai wanita sepertinya. Tidak-tidak, aku hanya terbawa emosi tadi. Besok aku harus menjelaskan semuanya,' batin dan pikiranku terlalu pusing memikirkannya. Aku memilih tidur setelah cukup lama berendam. Karena besok masih ada beberapa meeting penting dengan beberapa klien.

Keesokan harinya....

"Selamat Pagi,  Pak," sapa para pegawaiku.  Aku hanya menatap mereka sekilas dan bergegas pergi ke ruanganku. Sesampainya di ruanganku, aku melihat Gea sedang memasukkan beberapa data yang kupastikan adalah data-data untuk meeting hari ini.  Aku langsung memanggil Gea dan menuju ruang meeting. Setelah 3 jam meeting di kantor aku dan Gea pergi ke tempat lain untuk menemui klien yang lain.

"Ge,  mana semua data untuk proyek pembangunan hotel di Bali? " tanyaku pada Gea yang sedari tadi juga irit bicara. Sedangkan aku sibuk menjelaskan proposal-proposalku pada klienku.

"Saya terpukau dengan semua ide yang anda sampaikan Pak Gerald,  saya sudah lama bekerjasama dengan anda dan anda selalu membuat saya bangga dengan hasilnya, Anda masih muda,  tampan dan cerdas,  pasti anda sudah memiliki kekasih atau calon istri,  iyakan?? " tanya Pak Willson yang memang sudah bekerjasama denganku setelah sekian lama. Beliau juga salah satu teman Ayahku.  Aku yang mendengarnya hanya tersenyum.

"Papi.... " Teriak seseorang di belakangku. Terlihat seorang gadis dengan rambut tergerai menggunakan mini dress berwarna merah darah. Gadis itu langsung merengkuh lengan Pak Willson. Sudah kupastikan jika dia adalah putrinya.

"Ah ya, Dia putriku, Stela. Sayang, perkenalkan dia klien ayah, namanya Gerald, muda, sukses, dan tampan bukan?"  Ucap Pak Willson sembari menatap putrinya dan diriku bergantian.

"Aku Stela.."

"Gerald.. dan ini Gea, sekretaris saya,"

"Gea.." Kami bersalaman.

"Gerald, saya sangat suka sekali dengan segala hal tentangmu, saya akan sangat senang jika kamu bisa mengambil hati anak saya, karena saya lihat kalian berdua sangat cocok, itupun jika kamu memang sedang tidak memiliki kekasih," Pak Wilsson seakan-akan memberi kode agar aku mendekati putrinya. Aku memandangi  putri Pak Willson, dia memang cantik bak model. Tapi aku tidak memiliki ketertarikan lebih terhadapnya.

"Saat ini saya masih belum memikirkan hal itu, saya masih harus fokus menjalani perusahaan ini," Ucapku memberikan penolakan halus.

"Kau ini benar-benar pekerja keras, saya bangga sekali padamu, pasti keluargamu sangat beruntung memiliki putra sepertimu." Pujinya padaku, aku hanya tersenyum mendengarnya.

"Kalau begitu, saya permisi dulu Pak Willson, senang berbisnis dengan Anda." Lalu kami berjabat tangan dan berlalu pergi.

******

Gea Pov

Hari ini seperti biasa,  aku bekerja. Bahkan, hari ini akan ada meeting di kantor dan di luar bersama klien. Akupun menyiapkan segala hal yang diperlukan. Sedangkan bosku belum juga datang. Jangan lupakan kejadian semalam, tidurku terganggu karenanya. Tak lama Gerald datang dan langsung menyuruhku ke ruangannya dan bergegas meeting. Tidal ada basa-basi kali ini tentang kejadian semalam. Akupun berusaha fokus untuk bekerja.

Sesampainya di tempat meeting selanjutnya, klien kamipun cukup terpukau dengan hasil yang meeting. Sampai suara teriakan terdengar.

"Papi.... " Teriak seseorang. Terlihat seorang gadis dengan rambut tergerai menggunakan mini dress berwarna merah darah. Gadis itu langsung merengkuh lengan Pak Willson. Aku menatap gadis yang kini sudah berada di depanku. Gadis itu bergelayut manja pada Pak Willson dan tidak jarang matanya melirik ke arah Pak Gerald. Gadis itu hanya senyum saja sembari menatap Gerald. Matanya suda seperti mata kucing yang menemukan ikan saja.a

"Ah ya, Dia putriku, Stela. Sayang, perkenalkan dia klien ayah, namanya Gerald, muda, sukses, dan tampan bukan?"  Ucap Pak Willson sembari menatap putrinya dan Pak Gerald.

"Aku Stela.."

"Gerald.. dan ini Gea, sekretaris saya," Jelas Pak Gerald memperkenalkanku.  Gadis itu terlihat sinis kepadaku. Aku hanya tersenyum membalasnya.

"Gea.." Kami bersalaman.

"Gerald, saya sangat suka sekali dengan segala hal tentangmu, saya akan sangat senang jika kamu bisa mengambil hati anak saya, karena saya lihat kalian berdua sangat cocok, itupun jika kamu memang sedang tidak memiliki kekasih," Ucap Pak Willson kepada Gerald dengan nada yang sedikit berlebihan. Sepertinya Pak Willson ingin anaknya bisa berhubungan dengan Gerald. Entah mengapa aku yang jijik mendengarnya. Aku malas mendengar pujian itu, aku hanya menatap ke arah lain malas.

"Saat ini saya masih belum memikirkan hal itu, saya masih harus fokus menjalani perusahaan ini," Balas Gerald dengan santainya.

"Kau ini benar-benar pekerja keras, saya bangga sekali padamu, pasti keluargamu sangat beruntung memiliki putra sepertimu." Pujinya pada Gerald. Aku hanya diam membisu dan sambil berdoa agar lekas pulang.

"Kalau begitu, saya permisi dulu Pak Willson, senang berbisnis dengan Anda." Lalu kami berjabat tangan dan berlalu pergi. Akhirnya, meeting menyebalkan ini berakhir. Lelah sekali, jam sudah menunjukkan pukul 2 siang.

"Pak, bisakah kita berhenti di masjid terlebih dulu, saya belum sholat dhuhur juga," Ucapku halus dan dengan nada datar.

"Baiklah," Ucapnya sembari melirik ke arahku.

"Ada apa dengan wajahmu?" Lanjutnya lagi.

"Kenapa? Tidak ada."

"Wajahmu itu layu, layaknya tanaman yang tidak disiram."

"Hanya lelah,"

"Kau yakin, kau tidak sakit?" Tanyanya lagi.

"Tidak ada... Uhm.. Soal semalam...-"

"Ah ya, aku minta maaf, aku hanya terbawa emosi, saya harap kamu tidak memasukkannya dalam hati. Saya hanya bercanda." Jawabnya memotong pembicaraanku dengan santai tanpa dosa.

"Ah iya, ha ha ha... Mana mungkin Bapak mau dengan saya, ha ha ha..." Ucapku dengan berusaha santai namun nadaku terdengar bodoh sekali. Malu sekali, seharusnya aku juga sudah menduga,  mana mungkin dia menyukaiku. Aku ini apa? Gak ada apa-apanya. Setelah itu aku memilih diam. Tak lama pula, kami sampai di masjid dan memutuskan sholat. Dengan hati yang entah mengapa, rasanya sakit sekali.

Bersambung ....

Thanks guys, have fun. Jangan lupa like and comment beri saya saran...

Yes Bos!  (Proses Revisi+Cerita Masih Lengkap)Where stories live. Discover now