EMPAT | GOSIP YANG TELAH BEREDAR

446 62 9
                                    

Ruang kelas itu masih sepi. Bahkan aroma ruangan sedikit pengap karena tertutup semalaman. Namun, sepertinya Reskal tidak memedulikan itu. Dia justru berjalan mengitari kelas 11 Bahasa 3, mencari tempat duduk Vheya.

"Kayaknya dia duduk sini. Iya." Reskal menepuk meja di deretan kedua pojok sebelah kiri. "Ah, tapi masa iya?"

Reskal mengedarkan pandang, menebak sendiri di mana tempat duduk Vheya. Hingga akhirnya, dia memutuskan duduk di kursi yang dia tebak ditempati Vheya. Dia menunduk memeriksa laci berharap mendapatkan petunjuk. Saat melihat beberapa lembar kertas, dia menarik salah satu dan mengangkatnya.

Zivheya.

Senyum Reskal seketika mengembang, tebakannya tepat. Dia kemudian mengembalikan kertas itu lalu duduk sambil melipat kedua tangan di depan dada.

"Lo siapa?"

Pertanyaan itu membuat Reskal menoleh. Dia melihat cewek berkaca mata dengan rambut diikat dua. "Reskal. Lo pasti tahu gue, kan?"

"Tahu. Tapi, ngapain di sini?"

"Ini tempat duduk Vheya, kan?" Bukannya menjawab, Reskal malah mengajukan pertanyaan lain.

"Iya, itu tempat Vheya."

"Thanks. Dia pacar gue sekarang." Reskal melihat cewek itu melongo. Dia tersenyum, yakin pasti semuanya kaget mengetahui dia pacar Vheya.

Beberapa menit kemudian siswa lain mulai berdatangan dan mempertanyakan kehadiran Reskal. Sayangnya, Reskal tidak peduli dan terus menunggu si pemilik bangku.

"Itu.. Itu.. Vheya!" Terdengar suara grasah-grusuh.

Seketika Reskal menoleh. Dia melihat Vheya berjalan masuk dengan wajah datar. Namun, saat menatap ke arah Reskal, wajah gadis itu langsung berubah kaget. Reskal melambaikan tangan sambil tersenyum manis.

"Ciee. Diam-diam Vheya pacaran sama Reskal!"

Ejekan itu membuat Vheya langsung tersadar. Dia mengedarkan pandang dan melihat teman sekelasnya menatap menggoda. Vheya seketika berbalik, malu ditatap seperti itu. "Ini semua gara-gara Reskal!" geramnya sambil menuruni tangga.

Reskal yang melihat Vheya menjauh segera beranjak dan mengejar. "Vhe!! Tunggu dong!"

"Jangan ikutin gue!!" Vheya berjalan dengan langkah lebar. Dia tidak mau melihat wajah badak Reskal. Apa cowok itu tidak punya malu? Kemarin dia telah minta putus, tapi cowok itu masih berani muncul di hadapannya.

"Vhe! Jangan ngambek dong, Sayang!" Reskal berlari kemudian mencekal siku Vheya.

Langkah Vheya seketika terhenti. Dia menarik napas panjang kemudian melirik Reskal dengan sinis. "Maksud lo apa?"

Tangan Reskal bergerak turun dari siku Vheya. Hingga dia menggenggam tangan gadis itu. "Gue nungguin lo. Emang salah?"

"Ya salah!" Sungguh, pagi hari mood Vheya langsung drop gara-gara Reskal. Dia yakin sepanjang hari teman-temannya akan menggodanya. Dia akan mendengar beribu pertanyaan soal hubungannya dengan Reskal. Menurut Vheya hal semacam itu begitu horor. "Gue nggak bisa bayangin!"

"Ngapain bayangin? Kan, gue udah jadi pacar lo."

Vheya mendongak, menatap Reskal yang terlihat biasa saja itu. "Muka badak!"

"Enggak dong. Muka ganteng ini!"

"Ihh!" Vheya mengangkat tangan dan barulah dia sadar tangannya ada yang membebani. Dia menoleh dan melihat tangan Reskal melingkupi tangannya. Vheya berusaha menarik tangannya, tapi Reskal menahan.

REAL-TIONSHIPWhere stories live. Discover now