DUA PULUH DUA | MEMBELA

72 18 2
                                    

"Vhe... Gue nggak nyangka lo kayak gitu."

Vheya menoleh mendengar kalimat salah satu teman sekelasnya. Dia melihat beberapa siswa menatapnya sambil berbisik-bisik. "Emang gue kenapa?"

"Gue pikir lo polos banget, Vhe. Nggak nyangka gue."

Satu alis Vheya tertarik ke atas. Dia memperhatikan teman-temannya yang duduk menggerombol sambil menatapnya. Mereka juga terlihat saling bisik-bisik kemudian geleng-geleng. Vheya menggaruk tengkuk, sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi. Tadi pagi, temannya itu masih baik-baik saja.

Vheya mengalihkan pandang kemudian melanjutkan membaca buku. Sayangnya, tatapan tajam dari arah belakang mengusiknya. Vheya menoleh, melihat temannya yang tertawa sambil sesekali menatapnya itu. "Kalian kenapa, sih?"

"Nggak kenapa-napa!" jawab Hasna-sekretaris kelas.

"Aneh!" Vheya geleng-geleng dan melanjutkan membaca buku. Dia mencoba tidak menghiraukan temannya itu. Sayangnya pikirannya terus terusik.

"Emang yang biasanya polos diem-diem berbahaya, Guys. Hati-hati gebetan kalian."

Vheya terdiam, mencerna ucapan teman-temannya. Selama dua tahun sekolah, dia tidak pernah terlibat masalah dengan siswa lain. Teman-temannya juga tidak ada yang mengusiknya. Yah, meski dia tidak begitu dekat bukan berarti mereka bermusuhan.

"Jangan. Dia nggak ada yang bela. Tisa, kan, lagi sakit!"

Nama Tisa ikut disebut-sebut. Vheya menoleh, melihat temannya yang tersenyum sambil menatapnya itu. "Gue ada salah, ya?"

"Enggak kok. Cuma bikin syok aja."

Vheya menatap temannya dengan wajah memerah. Sungguh, dia terusik sekarang. Ditambah, Tisa hari ini tidak masuk. Biasanya dia sering bertanya ke Tisa yang lebih tahu. Vheya menunduk, pura-pura tidak peduli.

"Kalau lo nggak mau Reskal kasih ke gue aja, Vhe."

Mata Vheya terpejam. Reskal? Dia membuka mata, mencoba memikirkan kemungkinan yang terjadi. Namun, dia tidak tahu apa. Selama ini dia berpacaran tidak aneh-aneh. Vheya menarik napas panjang kemudian menatap ke teman-temannya.

"Kasih ke gue, ya, Vhe!"

Vheya tidak bisa bertahan. Dia seperti orang bodoh yang tidak tahu apa-apa. Vheya seketika bangkit dan memutuskan keluar. Dia butuh bersembunyi di satu tempat.

"Eh... Itu, tuh, Vheya!"

Keadaan di luar kelas ternyata tidak jauh beda. Vheya melihat beberapa siswa menatapnya sambil berbisik. Ada pula yang terang-terangan menatapnya. Padahal sebelumnya, Vheya bukannya sosok yang menarik perhatian.

Kenyataan itu semakin membuat Vheya terusik. Dia berjalan cepat sambil menunduk, untuk menghindari tatapan. Hingga dia memutuskan masuk ke toilet.

Brak.... Vheya menutup pintu toilet dengan kencang. Dia berdiri bersandar di pintu sambil menunduk. "Sebenarnya ada apa, sih?"

Ini pertama kalinya Vheya begitu diperhatikan. Namun, dia merasa ada sesuatu yang telah terjadi. Sayangnya tidak ada yang mau memberi tahu.

"Reskal tahu nggak, ya?"

Tubuh Vheya menegang mendengar suara itu. Dia memejamkan mata sambil berkonsentrasi mendengar pembicaraan siswa di luar.

"Gue rasa Reskal baru tahu," jawab salah seorang siswa.

"Padahal, Reskal bisa dapetin cewek yang lebih baik dari Vheya."

"Awalnya gue rasa Vheya cewek polos. Tapi, nggak nyangka dia juga ngegebet cowok lain. Gila, sih!"

REAL-TIONSHIPWhere stories live. Discover now