ENAM | KARENA LO PACAR GUE

373 49 4
                                    

Brak....

"Ih!" Vheya masuk kamar sambil bersungut-sungut. Tisa yang sedang berbaring di ranjang sampai terduduk, heran mendapati raut sahabatnya itu.

"Lo kenapa? Habis ketemu kecoak?" tanya Tisa berusaha bercanda.

"Nih, minuman lo!" Setelah Vheya mengulurkan sprite ke Tisa, dia langsung duduk di depan meja belajar. Kedua tangannya menyangga kepala, seperti orang yang sedang terkena masalah besar. "Reskal itu emang nyebelin, ya!"

Tisa yang menegak minuman bersoda itu sampai tersedak. "Uhuk...." Dia mulai terbatuk. "Gue.. gue nggak salah denger, kan?"

Vheya memutar kursi hingga menghadap Tisa. "Enggak. Bener nggak, sih, dia itu nyebelin?"

Bukannya menjawab, Tisa malah tersenyum menggoda. "Kata anak-anaknya nyebelin yang gemes-gemes gitu."

"Gimana ceritanya nyebelin bisa jadi gemes?" Vheya tidak habis pikir, ada yang merasa Reskal itu gemesin. Cowok bermuka badak dan berkulit bunglon itu tidak ada gemes-gemesnya sama sekali.

"Emang lo habis diapain sama dia? Kok lo marah-marah gini?" telisik Tisa.

Vheya menghela napas panjang. Sayangnya dia tidak bisa menjawab itu sekarang. "Ya, gitu deh intinya. Dia nyebelin."

"Intinya apa? Lo dari tadi cuma ngomong dia itu nyebelin."

"Udahlah jangan bahas dia." Vheya seketika berdiri lalu mengedarkan pandang melihat lantai kamarnya yang bersih. Perhatiannya kemudian tertuju ke tumpukan kertas di atas ranjang. "Udah semuanya?"

"Udah dong," jawab Tisa sambil bergerak mendekat. "Habisnya lo lama banget. Untung gue nggak dehidrasi."

"Sebenarnya nggak lama."

"Terus?" Tisa tersenyum menggoda saat melihat Vheya yang membuang muka itu. "Atau jangan-jangan barusan Reskal ke sini?" Tisa seketika meloncat dari ranjang dan menuju balkon. Dia menunduk, mencari keberadaan Reskal. Namun, tidak ada tanda-tanda orang di lantai bawah.

"Nggak ada dia. Gue larang dia ke sini," jawab Vheya.

"Kenapa lo larang? Kan, dia pacar lo."

Pacar boongan! Vheya menjawab dalam hati. "Udah malem, Tis. Lo nggak pulang?"

"Lo ngusir gue, nih?" Tisa mendekat sambil memperhatikan Vheya. "Bener juga, sih, udah malem. Nanti gue dicari emak."

"Nggak ngusir. Gue tahu lo masih ada jam malam."

"Sial! Nggak usah lo ingetin!" Tisa mencangklong tas punggungnya kemudian memeluk Vheya sekilas. "Semoga lo mimpi Reskal."

"Eh doa lo!" geram Vheya.

"Haha. Udah pacaran masih aja malu-malu. Bye!" Tisa keluar dari kamar sambil setengah berlari.

Setelah kepergian Tisa, Vheya memindahkan tumpukan kertas ke meja belajar. Dia lalu merangkak ke ranjang, mengistirahatkan tubuhnya yang mulai lelah. Di saat dia hampir terlelap, ponsel di sakunya bergetar.

Drttt....

Terpaksa Vheya membuka mata dan merogoh saku. Saat melihat pesan masuk dari Reskal, Vheya menyesal. Dia membuka pesan itu dan melihat sebuah foto lelaki itu.

08577xxxxxxx: Gimana? Gue ganteng nggak?

"Dasar badak! Bunglon!" Vheya memaki ponsel lalu mematikan benda itu.

***

Di sebuah kamar yang didominasi warna merah, seorang cowok sedang senyum-senyum sendiri menatap ponsel. Reskal terkekeh geli karena telah mengirimkan fotonya ke Vheya. Katakan dia terlalu agresif, tapi Reskal selalu suka menggoda Vheya. Pipi gadis itu selalu memerah, seperti apel kesukaanya. "Gue nggak bohong kalau gue suka apel, Vhe," gumamnya lalu menggigit apel berwarna merah di tangan kirinya. "Tapi, paling suka ngapelin lo."

REAL-TIONSHIPWhere stories live. Discover now