Part 19: Break

21.9K 3.3K 1K
                                    

Beberapa hari berlalu sejak acara 'jalan-jalan' kecil antara Namjoon dan Seokjin. Sejak hari itu tidak ada yang berubah dari rutinitas di antara Namjoon dan Seokjin.

Seokjin sedang tidak terlalu sibuk, jadwalnya hanya berpusat di persiapan untuk runway karena Seokjin akan mengikuti fashion week di pertengahan Desember nanti.

Namjoon tahu Seokjin tidak sibuk karena sudah dua hari ini tiap kali Namjoon akan berangkat ke kantor, Seokjin masih ada di rumah dengan piyamanya. Namjoon menyadari bahwa Seokjin sangat sering memakai piyama-piyama dengan gambar yang lucu serta warna pastel.

Jika itu orang lain, mungkin Namjoon akan menaikkan alisnya karena itu terlihat aneh, tapi karena ini Seokjin, Namjoon hanya meliriknya dan tidak berkomentar apapun.

Ketukan pelan di pintu ruangannya membuyarkan lamunan Namjoon soal piyama Seokjin pagi tadi yang berwarna merah muda dengan gambar sesuatu seperti domba yang mengenakan scarf berwarna merah. Namjoon mengangkat pandangannya dan melihat Jimin membuka pintu kemudian berjalan masuk.

Jimin menghampiri meja Namjoon dan mengulurkan sebuah map. "Dua minggu lagi pesta ulang tahun Seokjin dan kau belum memberikan final guest list padaku." Jimin menghela napas pelan, "Pihak pengurus pesta ini sudah mulai merengek padaku karena mereka tidak bisa menyelesaikan layout tanpa jumlah tamu yang pasti."

Namjoon membuka map yang disodorkan Jimin dan melihat list untuk bunga dan menu di pesta ulang tahun Seokjin. Namjoon membacanya dengan cepat dan setelah memastikan semuanya sesuai, dia mendongak untuk menatap Jimin. "Aku akan meminta Seokjin memberikan guest listnya."

Sebelah alis Jimin terangkat, "Kau belum mengatakan soal pesta ini padanya?"

Namjoon menggeleng tenang, "Aku lupa, beberapa hari ini aku agak sibuk."

Jimin menyeringai, "Ya, itu karena acara jalan-jalan mendadakmu hari itu, kau benar-benar lupa terkait seluruh rapat di hari itu, bukan?"

Namjoon menghela napas pelan, "Sudahlah, aku hanya agak ceroboh." Namjoon benar-benar tidak ingin Jimin mengungkit soal kelalaiannya mengurus pekerjaannya saat dia pergi jalan-jalan dengan Seokjin. Namjoon tidak sadar jika Jimin menghubunginya berkali-kali untuk membahas terkait pekerjaannya dan akhirnya saat Namjoon masuk kantor di hari berikutnya, kepalanya langsung sakit melihat tumpukan pekerjaannya.

Seringai Jimin semakin lebar, "Aku tidak masalah kalau kau ingin pergi kencan, Boss. Tapi setidaknya jangan mendadak seperti itu agar aku bisa mengatur ulang jadwalmu dengan baik."

Namjoon menghela napas pelan, "Ya, aku tahu, aku.." Namjoon tertegun, kepalanya terangkat tiba-tiba untuk menatap Jimin. "Aku tidak pergi kencan." koreksinya.

Jimin mengangguk tidak peduli, "Okay~" ujarnya mengalun.

Namjoon mendesah pelan dan kembali meneliti berkas di hadapannya, "Ada kabar terkait tuntutan pada penyerang Seokjin?"

"Ah, ya, soal itu." Jimin terdiam sebentar, "Agensi Seokjin menghubungiku dan mengatakan mereka akan mencabut tuntutan itu." Dahi Jimin berkerut, "Aneh, bukan? Aku mencoba meyakinkan mereka bahwa ini perlu tapi mereka bersikeras menarik tuntutan itu."

"Bagaimana dengan perkembangannya sejauh ini?" tanya Namjoon.

"Website itu tidak lagi aktif sejak kau sangat gencar mengurus kasus ini. Aku sudah membicarakan ini dengan Hoseok dan Yoongi, mereka tidak bisa berbuat banyak jika agensi Seokjin bersikeras mencabut tuntutan. Lagipula sejak awal kita agak kekurangan bukti, orang-orang yang tertangkap waktu itu juga akhirnya hanya ditetapkan sebagai saksi karena mereka sendiri diminta untuk melakukan itu oleh orang lain." Jimin menghela napas pelan, "Sepertinya ada yang aneh di sini."

Legally BoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang