DUA

9.4K 504 10
                                    

Tiga gadis berparas jelita tengah duduk bersantai di dalam ruangan yang sama. Sebuah ruangan teramat sederhana, tak ada apa pun disana selain lima buah kursi kayu dan sebuah meja berbahan kayu yang telah lapuk. Rayap memakan sebagian kecil dari meja tersebut, semakin memperjelas kondisi sang meja yang menyedihkan.

Angela ... anak sulung di dalam keluarga itu tengah asyik menatap lembar demi lembar gulungan yang dibacanya. Sebuah gulungan dimana di dalamnya terukir huruf-huruf kuno yang hanya bangsa siluman yang bisa membacanya. Siluman rubah putih berekor lima itu tampak tak terganggu dengan fokusnya membaca tulisan dalam gulungan meskipun saudara perempuan di sampingnya tengah membuat suara gaduh.

Amera ... sang putri kedua tampak nikmat menyantap daging kelinci mentah favoritnya. Suara kunyahannya menjadi satu-satunya suara yang terdengar di dalam ruangan. Katakan pada siluman rubah putih berekot empat itu betapa beruntungnya dia karena memiliki dua saudari yang tak mempedulikan sekelilingnya. Kedua saudarinya tampak fokus dengan kegiatan mereka, tak terganggu sedikit pun dengan suara kunyahan terlampau keras yang berasal dari mulut Amera.

" Kau mau mencicipi ini? Ini enak sekali, aku sendiri yang memburunya pagi tadi."

Amera berbaik hati menawarkan jatah makanannya pada sang adik yang tengah asyik merajut tak jauh darinya. Aeera ... putri ketiga dalam keluarga itu menggelengkan kepalanya dengan senyuman tipis terbit di bibirnya. Berterima kasih atas tawaran kakaknya namun juga memasang raut menyesal karena pagi ini dia sungguh tak berselera makan. Siluman rubah putih ekor tiga itu hanya ingin sesegera mungkin menyelesaikan rajutannya.

" Pakaian siapa yang kau rajut itu Aeera?"

Giliran Angela sang sulung yang bersuara. Aeera memutar lehernya menghadap kakak tertuanya kali ini.

" Alica, aku sedang membuatkan pakaian baru untuknya."

Angela memutar bola matanya bosan, begitu pun dengan Amera yang mendengus kasar mendengar jawaban jujur Aeera.

" Untuk apa anak nakal itu kau buatkan baju baru? Baru dipakai sekali saja pasti baju itu langsung robek lagi. Anak nakal itu memang sudah tak tertolong lagi. Ayah saja sampai kepayahan mengurus dia." Aeera lagi-lagi tersenyum kecil, tak ada yang salah dengan ucapan Amera barusan.

Memang sosok adik kecil mereka yang bernama Alica ini sangat lah nakal. Dia tak pernah menuruti nasehat ayahnya maupun ketiga kakaknya. Sosok siluman rubah putih ekor dua yang mengesalkan. Terkadang mereka heran darimana sifat pembangkang adiknya itu berasal mengingat di dalam keluarga mereka tak ada yang memiliki sifat liar sepertinya.

" Ibu sudah meninggal, jadi kita harus membantu ayah menasehati Alica." Angela membanting gulungan yang dipegangnya ke atas meja. Lantas mendengus tak suka mendengar ucapan Aeera. Adiknya yang terlalu baik hati menurutnya.

" Silakan kalau kau ingin mengurus anak nakal itu, Aeera. Tapi aku angkat tangan ya, tak ingin ikut campur."

" Aku juga ikut angkat tangan. Menyerah kalau disuruh mengajari anak ingusan itu." Amera menimpali.

Obrolan ketiga saudara itu pun terhenti di saat seseorang menerjang masuk. Seorang pria dewasa yang mereka ketahui merupakan sang kepala keluarga tengah menarik tali yang mengikat seorang gadis yang tengah berteriak histeris. Gadis itu meronta berusaha melepaskan ikatan tali yang mengekang tubuhnya.

" Ayah lepaskan! Maafkan aku, aku janji tidak akan melawan lagi!"

Angela dan Amera memutar bola mata mereka bersamaan. Ucapan yang sudah sering mereka dengar dari mulut si bungsu. Kata-kata itu sudah tak mereka percayai lagi, tentu saja sang ayah pun demikian.

" Diam dan renungkan kesalahanmu di dalam ruangan ini. Kau tidak boleh keluar sampai aku mengizinkan." Sahut sang ayah setelah dia mendorong paksa putri bungsunya ke dalam ruangan yang gelap. Menutup pintu dan menguncinya serapat mungkin.

THE WHITE FOX LOVE [COMPLETED]Where stories live. Discover now