TIGA

7.7K 432 5
                                    

Ketiga gadis itu tengah merenung dalam ruangan yang sama. Tak ada satu pun dari mereka yang mengeluarkan suara. Hanya hembusan napas pelan yang sesekali terdengar.

Di luar sana, rombongan prajurit Istana tengah menunggu dengan sabar, memberikan pada sang calon junjungan untuk mengucapkan salam perpisahan pada keluarganya.

" Aeera sampai kapan kau diam? Katakanlah sesuatu, bukankah rombongan kerajaan sudah menunggumu di luar?"

Kepala Aeera yang sejak tadi tertunduk dengan kesepuluh jemarinya yang saling meremas, kini memfokuskan tatapannya pada Angela, sang kakak sulung yang baru saja mengingatkan bahwa dia tidak memiliki banyak waktu di dalam rumah yang sudah dia tinggali sejak lahir. Inilah takdir hidupnya, takdir yang tak pernah diduganya sedikit pun. Tak pernah dia sangka, dia akan meninggalkan rumahnya serta keluarga yang amat disayanginya dengan cara seperti ini.

" Sudah lah kakak, biarkan adik tercinta kita ini menikmati detik-detik terakhirnya di rumah gubuk ini, toh sebentar lagi dia akan menjadi bagian keluarga Kerajaan. Dia akan menjadi putri mahkota, luar biasa. Selamat ya Aeera. Akhh ... haruskah aku memanggilmu putri Aeera sekarang?"

Aeera menghela napas panjang, sindiran telak dari Amera cukup menyakiti perasaannya. Padahal tak pernah sedikit pun Aeera mengharapkan takdirnya akan berakhir seperti ini. Dipilih Raja agung untuk dijadikan istri sang putra mahkota, dalam mimpi pun Aeera tak pernah membayangkannya.

" Jika aku bisa memilih, aku tidak ingin pergi dari rumah ini. Aku ingin tetap tinggal bersama kalian."

Baik Angela maupun Amera saling berpandangan, lantas ditatapnya adik mereka yang tengah meneteskan air matanya. Tak ada kebohongan dalam sorot mata Aeera, gadis itu tulus mengutarakan isi hatinya.

Merasa bersalah karena kata-kata mereka telah menyakiti perasaan sang adik, Angela dan Amera pun bangkit berdiri dari duduknya. Menghampiri Aeera yang duduk lesu di kursinya.

" Jangan menangis Aeera, seharusnya kau bahagia. Kau lebih dulu mendapatkan pasangan dibandingkan kami berdua." Ujar Angela tulus, dia elus lembut puncak kepala Aeera.

" Benar, kau beruntung Aeera. Pasanganmu seorang pangeran. Terlebih dia calon Raja. Berbahagialah Aeera." Amera menimpali.

" Aku tidak ingin berpisah dengan kalian. Aku ingin tetap tinggal disini."

Air mata Aeera semakin mengalir deras, tak ayal membuat kedua kakaknya spontan memeluknya. Mencoba memberikan semangat serta menenangkan perasaan sang adik.

Tak dipungkiri, sebenarnya baik di dalam hati Angela maupun Amera timbul perasaan iri dan cemburu pada Aeera. Menganggap betapa adiknya jauh lebih beruntung dibandingkan mereka.

Menjadi istri seorang pangeran yang kelak akan memimpin bangsa mereka. Menjadi seorang Ratu yang akan mendampingi Raja memerintah di kerajaan besar ini, mustahil tak ada yang menginginkannya. Tentu semua wanita menginginkan posisi yang akan Aeera tempati sebentar lagi.

Jika suara hati bisa terdengar oleh telinga, mungkin saat ini Aeera sudah mendengar berbagai cacian dan umpatan kasar dari kedua kakaknya yang merasa iri dengan keberuntungannya ini.

" Sudah jangan menangis Aeera, walau pun kau sudah menjadi bagian keluarga Kerajaan, seharusnya kau masih diizinkan untuk mengunjungi kami bukan?"

Angela hanya mengatakan lelucon sebenarnya, semua orang termasuk mereka bertiga tahu pasti bahwa orang yang telah resmi berstatus sebagai keluarga kerajaan tentunya tak akan diizinkan untuk mengunjungi keluarganya. Seolah mereka dipaksa untuk melupakan keluarga mereka yang sebenarnya dan sepenuhnya harus menganggap anggota kerajaan sebagai keluarga baru mereka. Sangat kejam memang, tapi memang seperti itulah peraturan di kerajaan para siluman rubah tersebut.

THE WHITE FOX LOVE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang