2020
Jakarta kali ini sedang bersedih, bahkan disaat sepagi ini ia sudah menumpahkan airmatanya yang begitu deras disaat kami semua harus datang ke sekolah. Beruntung bagiku karna aku sudah sampai terlebih dulu lima menit sebelum air-air itu turun dari langit. Walaupun awalnya sedikit basah karena gerimis air yang terus turun membuat baju osis berwarna putih ini sedikit tembus pandang. Untung saja hanya dibagian pundak saja yang terkena basahan air.
Terlalu bertele-tele untuk menceritakan seragam basahku tadi yang terkena gerimis hujan, kualihkan pandanganku keseluruh penjuru ruang kelas dimana hanya ada beberapa murid yang datang lebih awal dibandingku, bahkan Callista belum menunjukkan batang hidungnya.
Aku berdiri dari tempat dudukku yang terletak nomor dua dari belakang, menurutku itu tempat paling nyaman, paling strategis untuk mendengarkan musik, menggosip, tidur, makan, bahkan bermain handphone disaat jam pelajaran berlangsung. Kakiku tergerak berjalan keluar untuk melihat kondisi diluar sana apakah semakin deras atau tak sedikitpun menampakkan perubahan. Beberapa murid berdatangan satu persatu, membawa payung, jas hujan, dan bahkan nekat berlari tanpa membawa sehelaipun sesuatu untuk menutupi badannya sehingga seluruh badannya basah kuyup. Siapa lagi kalau bukan Javin Jenandra atau aku lebih suka memanggilnya Jendra.
Dia berlari secepat kilat menuju ruang kelasnya bahkan ia sama sekali tak menyadari bahwa aku telah memperhatikannya sejak ia melewati gerbang sekolah. Bajunya yang selalu berantakan, rambutnya yang tak pernah rapi, dasi yang tak pernah ia kenakan, dan jaket jeans kesukaannya yang selalu ia pakai tanpa mau mencucinya jika bukan aku yang memaksanya.
Aku ingat dulu disaat dia mengantarku pulang bersama, dan tiba tiba saja saat kami sedang dalam perjalanan menuju rumahku menggunakan motor vespa nya, gerimis mulai mengguyur membuat ia segera menepi dan mencari tempat sedikit teduh
"loh kenapa berenti?" tanyaku kepadanya yang mematikan mesin motornya dan segera turun dari motor
"mau lanjut apa mau berenti dulu?"
"lanjut aja, kan bentar lagi nyampe. Kamu nanti neduh dirumah aku aja"
"tapi coklat anget ya?" dia selalu aja nawar, minuman favoritnya coklat anget.
"iya" jawabku tertawa melihat mimik diwajahnya yang sangat lucu
"siap" dia lantas melepas jaket jeans kesayangannya "nih pake"
"kok gitu? Kalo aku yang pake nanti kamu kedinginan"
"gapapa aku kedinginan kan nanti yang meluk kamu hehe"
"dasar!" aku selalu saja tersenyum dengan ucapannya yang begitu manis. Sederhana, tapi mampu membuat hatiku terbuai "ih udah berapa lama ini ga dicuci sih?"
"kenapa? Bau ya?"
"iya, bau kamu banget"
"suka kan?"
"suka banget! Hehehe" kupeluk pingganggnya sembari mencium bau badannya, tak peduli dia panas-panasan, main bola, baunya khas baunya Jendra. Entah parfum apa yang dia kenakan sehingga membuat candu bagiku "ini nanti sampe rumah aku cuci ah"
"jangan"
"kenapa?"
"pokoknya jangan"
"kenapa? Masa ga pernah dicuci sih?"
"itu kata mbahnya gaboleh dicuci nanti gantengku ilang"
"kamu pake pelet?"
"iya, biar kamu akhirnya suka sama aku" candanya yang membuatku memukul pelan punggungnya
ВЫ ЧИТАЕТЕ
bad liar | na jaemin
Фанфик"Kapan lo bakal berenti berantem?" "Kalo gue udah bisa dapetin lo" -jendra
