9. EPISODE KESEMBILAN : TRAVELOGUE

52 11 4
                                    

Menuju Sweety Muff

"Hai Zee..." Sam tersenyum manis sekali saat kubuka pintu rumah. Semalam dia mengirim pesan padaku bahwa akan mengajakku jalan-jalan dengan bersepeda pagi ini.

Aku suka melihat lesung di pipi kirinya itu. Mirip dengan Ben, walau sebenarnya dia lebih baik dari segi manapun dibandingkan kakaknya.

"Hai..." aku juga tersenyum lalu melihat berkeliling. "Mana Josh? Dia tidak ikut."

Sam menggeleng.

"Kenapa?" aku agak sedih mendengarnya.

"Pergi dengan Ben dan Bibi Paulina. Dia tidak mau lepas dari ayahnya." terang Sam. "Dia pasti sangat rindu pada Ben."

Aku mengangguk-angguk. Aku senang mendengar itu. Kemudian memperhatikan Sam dengan seksama. Penampilan casual andalannya. T-shirt v-neck warna putih yang membuat otot bisep di lengannya terlihat jelas. Celana cargo coklat, sneakers all stars hitam, dan topi hitam. Keren. Sangat keren. Penampilannya yang seperti ini selalu membuat gadis-gadis tetangga histeris bila melihatnya.

"Ada yang aneh denganku, Zee?" sepertinya dia tahu kalau sedang diperhatikan.

Aku menggeleng dan tersenyum. "Tidak Sam. Hanya tampan seperti biasa." dan menutup pintu di belakangku.

”Oh, aku tersanjung." dia mengibaskan tangan. "Kau juga. Selalu cantik dan menawan." dia ganti memperhatikanku sambil mengulum senyum.

Tube dress oranye cerah mengembang sepanjang betis dengan tali spagetti di kedua bahu. Aku tidak tahan kalau dia sudah memujiku seperti itu. "Jangan mulai lagi Sam... benar-benar gombal."

"Aku tidak merayumu, Zee. Itu kenyataan." tangannya merapikan letak bandana putih di kepalaku, tak berhenti tersenyum.

"Terima kasih Sam... dan kita berangkat sekarang?" aku tidak ingin mendengar dia memujiku lebih lama lagi. Bisa pingsan di tempat nanti.

"Oke. Aku ambil sepedaku." dia berlari menyeberangi halaman rumahku dan menaiki sepedanya yang sudah terparkir di depan gerbang rumahnya.

Aku berjalan menuju sepedaku yang juga terparkir di halaman dan menaikinya. Aku menikmati pertemananku dengannya, bahkan sangat menikmati. Sam yang umurnya delapan tahun di atasku sudah kuanggap sebagai kakak, pengganti Darius yang tidak bisa serius bila kuajak berbagi. Kalau aku bersamanya, aku seperti bisa mengenal Ben lebih dalam. Dia adik yang sangat baik. Jarang aku mendengar dia bercerita tentang keburukan kakaknya karena kuyakin Ben juga adalah kakak yang baik untuk Sam. Aku jadi semakin tahu siapa Ben yang sebenarnya dari cerita Sam. Yah, teman sekaligus agen rahasia bagiku. Itu bukan berarti aku akan mengungkapkan semua isi perasaanku tentang Ben padanya. Tidak. Itu tidak perlu.

"Zee! Cepatlah!" aku mendengar Sam berteriak.

"Iya, i'm coming!" Aku tambah kecepatan dan berhenti di samping Sam yang sudah siap.

"Well... kita akan kemana?" tanya Sam.

Aku berpikir sejenak. "Kau sudah sarapan?"

Dia mengangguk.

"Kalau begitu... aku ajak saja kau ke Sweety Muff. Kita makan kudapan di sana. Cupcake-nya enak sekali."

"Boleh juga." Sam mengangguk-angguk. Dia menyuruhku untuk berangkat terlebih dahulu.

"Oke." aku mengayuh sepeda. Sam mengikuti.

Sudah lama aku tidak bersepeda seperti ini. Maksudku, bersepeda di akhir pekan untuk jalan-jalan dan ada yang menemani. Terakhir kali aku bersepeda berdua seperti ini sekitar tiga tahun lalu, tepatnya dua hari menjelang kelulusan saat junior high school bersama Nick dan keesokan harinya, dia pergi ke sekolah naik mobil bersama Darius.

LOVE AT THE NEIGHBORHOODWhere stories live. Discover now