16. EPISODE KEENAM BELAS : PRICELESS

38 9 2
                                    

Pertemuan Berharga

Sejak peristiwa di danau yang membuatku kembali menjadi perempuan paling kejam dalam hidup Sam, lagi-lagi aku merasa canggung terhadapnya. Selalu kikuk jika Darius atau keluargaku menyebutkan namanya. Walau sebenarnya, sikap Sam masih baik dan perhatian padaku bila kami tak sengaja berjumpa. Hanya saja, aku masih bisa melihat tatapan matanya yang terluka dan sedih, di balik senyumnya padaku. Terbuat dari apa hati pemuda itu? Begitu baik dan tetap tulus. Mungkin aku akan menceburkan diri saja, bila aku kembali menyakiti hatinya.

Kulihat, Sam keluar dari rumahnya sambil memainkan kunci menuju Jeep putih yang terparkir di halaman. Dia melambai dan tersenyum padaku sebelum masuk mobil.

Aku membalas senyumnya dan juga melambaikan tangan di sela menyiram bunga. Tak lama, karena aku kembali memperhatikan tanaman di hadapanku. Berusaha bersikap normal.

Kudengar mobil Sam menyala lalu berhenti sebentar di jalan depan rumah.

"Aku akan menjemput ayah dan ibu di stasiun. Kuharap, kau tak lagi menghindari pertemuan dengan mereka, seperti yang telah lalu." Dia bicara dari jendela mobil. "See you!" dan kembali melambaikan tangan.

Aku hanya menatap lurus pada bayangan mobilnya yang menjauh. Aku tak tahu harus bereaksi bagaimana nanti.

# # #

Ting tong! Bel rumah berbunyi.

"Biar aku saja." Kataku pada mom yang sibuk memotong sayuran, memasak makan malam bersama Bibi Hilda.

Aku yang sudah selesai merapikan alat makan di meja, bergegas ke ruang depan.

Ting tong! Bel berbunyi lagi.

"I'm coming!" aku bersuara dari ruang tamu lalu memutar kunci untuk membuka pintu.

"Hai, Zee!" Sapa Sam.

"H-Hai..." aku membalas sapaannya yang begitu ringan. Kuberikan senyum terbaikku sebelum pandanganku beralih pada dua orang yang dirangkulnya.

"Hai, Elizabeth. Bagaimana kabarmu, Nak?" Mr. Knight yang gagah dan setinggi telinga Sam, merangkulku erat.

"Sangat baik, Sir. Senang melihat Anda tetap terlihat sehat dan hebat." Sahutku lancar dan nada suaraku terdengar tenang sekali. Aku bangga pada kemajuan sikapku yang kini bisa mengendalikan diri lebih cepat dari biasanya.

Aku beralih pada Mrs. Knight. Beliau juga langsung memeluk dan mencium kedua pipiku.

"Begitu lama aku tak jumpa denganmu." Mrs. Knight menatap penuh haru padaku. Mata hijaunya mengingatkanku pada kedua putranya yang menawan. "Kau tumbuh menjadi gadis dewasa dan cantik, Elizabeth." Mrs. Knight mengelus pipiku.

"Terima kasih, Mam." Aku tersenyum. Aku tak tahu harus bersikap bagaimana atas pujiannya barusan. Pipiku pasti berwarna merah jambu.

"Mungkin kalau malam ini kami tak jumpa denganmu lagi, pasti kami tidak akan mengenalimu, Nak." Mr. Knight menyahut.

Aku melirik Sam yang tak melepas  tatapannya sedikit pun padaku.

Kudengar suara langkah mendekat dari ruang dalam. "Siapa, Zee?" Dad muncul di belakangku.

"Ini..." belum selesai kulanjutkan kalimatku, Dad langsung terlonjak.

"Alfred?!" Dad menerobos dan memeluk Mr. Knight girang. "Bagaimana kabarmu?" Dad tidak berhenti menepuk-nepuk punggung Mr. Knight.

"Kau bisa lihat sendiri. Semakin keren tentunya." Mr. Knight balas menepuk punggung Dad.

"Hahahaha!" Dad terbahak kemudian melepas rangkulannya, beralih memeluk Mrs. Knight. "Laura!"

LOVE AT THE NEIGHBORHOODWhere stories live. Discover now