23. De Javu

461 43 0
                                    

"Ada dua jenis masa lalu yang seumur hidup tak akan pernah bisa kau lupakan. Pertama, masa lalu yang sangat indah. Dan yang kedua, masa lalu yang sangat kelam dan menjadi mimpi buruk yang tak bisa kau tinggalkan."

***

Sepulang dari sekolah, Romeo langsung pulang ke rumah untuk kemudian bersiap-siap belajar bersama di rumah Jazzila. Tak akan hanya ada mereka berdua, melainkan teman-teman yang lain juga akan datang untuk belajar bersama. Kampret memang, niatnya mau belajar private berdua sama Jazzi, malah monyet-monyet liar ikutan belajar bareng juga. Gara-gara habis dapat wejangan dari Bu Guru di sekolah tadi kali ya.

"Assalamu'alaikum, Bunda! Romi pulang!" teriak Romeo sambil membuka sepatunya kemudian melemparnya kesembarangan arah. Dasar cowok.

"Berisik! Bunda pergi belanja!" Sergah Bara turun dari tangga, kemudian memasang headphone yang menggantung di lehernya, seraya menatap sinis ke arah Romeo.

"Sorry, Kak." Romeo langsung terdiam, mulai melangkah ke lantai atas melewati Bara yang masih saja berdiri di sana.

"Lo," ujar Bara menggantung. Spontan, Romeo menghentikan langkahnya. Tanpa menoleh, ia menunggu Bara bicara. "Bunda gak sempet masak. Gue juga baru pulang. Makan aja apa yang ada di kulkas." ujar Bara. Mendengar hal itu, Romeo membalikkan badannya. Menatap ke arah Bara yang sedang menatapnya salah tingkah.

"Thanks, Kak." ujar Romeo sopan.

"Ya udah sana lo mandi." sergah Bara kembali kemudian melangkahkan kakinya menuju halaman belakang.

Sepeninggal Bara, Romeo masih berdiri di tangga tengah, menggaruk pelipisnya yang tak gatal. "Itu kesambet, insyaf, apa gimana? Tumben kayak malaikat? Biasanya nyeremin kayak Jelangkung." gumam Romeo pelan. Mengendikan bahunya kemudian berlari ke arah kamar.

Romeo sudah rapi. Ia mengenakan kaos hitam lengan pendek, dipadukan dengan denim jaket dan celana jeans panjang berwarna hitam.

Dengan memutar kunci motor di tangannya, mulutnya bersenandung menyanyikan lagu Rewrite The Stars yang tak sengaja ia dengar dari status WhatsApp temannya semalam. Setengah berlari menuruni anak tangga menuju ke dapur. Membuka kulkas dan meraih brownies buatan Bundanya yang sangat lezat.
"Hmm, Bunda emang juara. Browniesnya enak banget." gumamnya dengan mulut yang masih mengunyah, kemudian meraih botol minerah dan menenggak setengah dari isi botol itu.

Ketika hendak menutup pintu kulkas, Romeo dikejutkan dengan wajah hitam legam milik Cindy. "Omegat Anjir! Cindy! Ngapain sih?" Romeo menepuk dadanya, menormalkan kembali detak jantungnya.

"Laper kak. Ada makanan gak?" tanya Cindy membuka kulkas.

"Itu muka lo kenapa item kek gitu?"

"Masker ini. Elah lu gitu aja kaget." ujar Cindy mengunyah Brownies yang tersisa di kulkas.

"Untung gue gak jantungan. Dah ah, gue mau pergi dulu." Romeo melangkah pergi.

"Mau kemana lo kak?"

"Belajar bareng!"

"Hahahaha orang kayak lo belajar? Keajaiban dunia ke delapan!"

"Bodo! Gue pergi dulu. Bhay!"

***

Sesampainya di rumah Jazzi. Sudah banyak manusia yang terduduk di ruangan tamu rumah kekasih Romeo tersebut. Bukan hanya dirinya yang mau belajar bersama, tapi para komplotan The Monster juga sudah ada disana, lengkap dengan sahabat-sahabat Jazzi. Mereka bahkan tidak pulang terlebih dahulu dan memilih membeli makanan untuk dimakan bersama di rumah Jazzi. Gagal sudah belajar romantis mereka.

TMS [5] - ROMEO ✔️Where stories live. Discover now