30. Akhir Cerita Cinta - END

800 48 4
                                    

"Kini harus aku lewati sepi hariku, tanpa dirimu lagi. Biarkan kini kuberdiri melawan waktu untuk melupakanmu. Walau pedih hati, namun aku bertahan."

***

Patah hati, akhirnya Jazzila dan Romeo merasakannya. Cinta dalam hati mereka sudah kuat terikat, namun takdir membuat segalanya menjadi tidak mungkin untuk lagi dijalani bersama.

Romeo sudah mendengarnya langsung dari orang tua Jazzila, yang sekarang adalah orang tua kandungnya. Jawaban dari segala doa-doanya terjawab sudah. Romeo ingin bertemu dengan kedua orang tua kandungnya, dan mereka adalah orang tua Jazzila, saudara kembarnya yang pernah menjadi kekasihnya, belahan jiwanya.

Untuk meyakinkan dirinya, Romeo sudah mengonfirmasi hal ini pada dokter yang merawat Jazzi, dan jawaban dokter tersebut persis seperti apa yang dijelaskan Tante Gladys, Mama kandungnya saat ini.

"Mama sangat senang akhirnya kamu kembali kedalam pelukan Mama." Tangis haru itu tidak terbendung. Ada yang lain dalam hati Romeo. Bila benar wanita yang memeluknya saat ini adalah Mama kandungnya, berarti kisah cintanya dengan Jazzila harus berakhir sampai disini. Romeo harus merubah rasa sayangnya yang dulu kepada Jazzila menjadi rasa sayang antar kakak dengan adik, dan itu tidaklah mudah.

"Terima kasih untuk tetap hidup sampai detik ini, sayang. Ahh, Mama gak bisa ngomong apa-apa. Mama sangat bahagia kamu kembali." Kembali, Romeo dipeluk oleh sang Mama.

Entah Romeo harus bahagia atau sedih. Bahagia karena harapan yang ia gantung pada Bintang kini telah terkabul. Tapi satu harapan yang lain harus menjadi korbannya.

Romeo kemudian memeluk Om Halim, sang Papa. Aliran air mata jatuh membasahi pipi rapuh milik laki-laki patuh baya itu. Jagoan kecilnya kembali dapat ia rengkuh dalam pelukannya. Namun di satu sisi, laki-laki itu paham bahwa tidaklah mudah bagi Romeo untuk dapat menerima semua kenyataan yang serba mendadak ini. Terlebih, pemuda tampan itu telah mencintai putrinya yang tak lain adalah saudara kembarnya sendiri.

Ada isak yang coba Romeo tahan. Sekuat mungkin, ia tak ingin lemah di depan orang tuanya, tapi bila melihat mata Jazzila, semuanya tak lagi dapat ia bendung.

Maka di sinilah mereka berdua sekarang. Duduk di halaman belakang rumah Jazzila, tempat dimana pernah ada kisah antara mereka berdua. Di tempat ini, mereka pernah membuat harapan yang sama, meski harapan itu kini musnah seperti setitik bintang mati.

"Aku gak nyangka," untuk memulai sebuah percakapan, mereka memulainya dengan kalimat yang sama.

"Aku pikir Tuhan telah berbaik hati padaku, dengan ngirimin kamu sebagai hujan dalam tandusnya duniaku." Romeo memimpin percakapan itu.

Sesuatu menggeliat dalam hati Jazzi, ada yang pedih dari dalam sana. Lalu tetes air mata tak lagi mampu ia tahan.

"Aku pikir, Tuhan telah berbaik hati padaku, dengan ngirimin kamu sebagai angin dalam gersangnya duniaku." Jazzi membalas kata-kata itu dengan Isak tangis yang coba ia lepaskan.

"Tapi ternyata," tangis Jazzila pecah, ia tak mampu melanjutkan kalimatnya.

"Ternyata kita adalah badai yang menghancurkan segalanya. Harapan, impian, angan, cita-cita dan semuanya. Angin dan hujan tidak akan pernah bisa bersatu, karena kita akan menciptakan badai yang tak mampu dikendalikan oleh siapapun." Romeo melengkapi kalimat itu. Ya, semuanya. Semua hal yang meski sekuat tenaga coba mereka tahan, nyatanya sudah jelas semuanya.

"Aku cinta kamu, Romeo. Perasaanku gak pernah main-main. Tapi kenapa harus kayak gini? Kenapa harus kamu? Kenapa harus kamu yang jadi Jere? Kenapa?" Entahlah bagaimana menjelaskannya, Jazzi benar-benar terpukul, ia kecewa, ia marah dan tidak tau bagaimana caranya untuk melupakan cintanya pada Romeo untuk selanjutnya.

TMS [5] - ROMEO ✔️Where stories live. Discover now