27. Ujian Nasional

445 30 0
                                    

"Biar kukejar segala mimpi. Memperjuangkan Tiga tahun dalam waktu Tiga hari. Semoga bintang dapat kugenggam. Lali kusimpan untuk permohonan selanjutnya."
-Romeo Arya Wardhana-

Jazzi sudah boleh pulang, diantarkan langsung oleh Romeo ke rumahnya. Setelah itu, ketika Romeo pamit ingin pulang, Jazzila menahannya.

"Ada yang mau aku omongin sama kamu." Sahut Jazzi tiba-tiba.

"Besok aja, ya. Kamu harus istirahat." Romeo khawatir, kantung mata gadisnya sudah terlihat seperti mata panda. Meski begitu, aura cantik Jazzi tak luntur karenanya.

"Kalo aku gak ngomong sekarang, mungkin aku gak akan bisa tidur." Jawab Jazzi menggigit bibirnya gusar.

"Yaudah, kamu mau ngomong apa?" Romeo menyerah akhirnya. Sesungguhnya dalam hatinya, ia juga masih ingin berlama-lama dengan Jazzila.

"Sebenernya alasan aku masuk rumah sakit itu bukan karena kelelahan." Ujar Jazzi mulai menjelaskan.

"Maksud kamu?" Kening Romeo mengernyit tak mengerti.

"Aku punya semacam phobia. Hematophobia lebih tepatnya." Jazzi memejamkan matanya. Seolah-olah memori kelam masa lalu kembali ia putar dengan sengaja.

"Aku gak ngerti. Coba jelasin lebih detailnya." Romeo membenarkan posisi duduknya menghadap pada Jazzi.

"Dulu waktu aku masih kecil, aku diajak jalan-jalan sama Papa dan Mama, juga saudara kembarku; Jeremy. Di tengah perjalanan, kita mengalami insiden kecelakaan. Papa koma dan Mama luka berat. Untungnya aku hanya mengalami luka ringan. Darah berceceran dimana-mana dan itu bikin aku takut banget ngeliat cairan warna merah itu." Mata Jazzila mulai berkaca-kaca.

"Tapi sejak saat itu, Jeremy gak tau dimana keberadaannya. Aku pernah tanya sama Mama dimana keberadaan Jeremy. Setiap kali aku nanya kayak gitu, Mama cuma diam dan mengabaikan aku. Mama bilang 'Jeremy sudah bahagia di surga. Kamu doain aja untuk ketenangan jiwa kakak kamu disana, ya.' setelah itu Mama pergi gitu aja. Seolah-olah gak mau lagi bahas soal Jeremy. Mama bilang Jeremy udah meninggal, tapi kenapa perasaan aku bilang kalo sampai hari ini Jere masih hidup? Berkali-kali aku bermimpi hal yang sama bahwa Jeremy masih hidup. Dia ada, Romi. Jere masih hidup tapi aku gak tau dia ada dimana." Akhirnya, Jazzi menangis. Itu kali pertama bagi Romeo melihat luka yang dalam pada mata Jazzi.

Romeo memeluk Jazzila, gadisnya yang sedang rapuh. Isak tangis gadis jenius itu memecah heningnya malam. Sekaligus menyisakan tanda tanya dalam hati Romeo.

Romeo paham, kontak batin antara saudara kandung itu sangat kuat, apalagi saudara kembar. Dalam hatinya, Romeo meminta pada Tuhan agar Jazzila dapat bertemu dengan saudara kembarnya. Tak terlepas juga untuk dirinya, agar segera dipertemukan dengan kedua orang tua kandungnya.

Dalam pelukan Romeo, Jazzila tertidur dengan Isak tangisnya. Besok, mungkin saja gadis itu akan terbangun dengan mata yang sembab. Setelah memindahkan Jazzila ke kamar dibantu oleh Bibi pembantu di rumahnya, Romeo pamit pulang. Dadanya gusar, berat beban perasaan yang ditanggung oleh Jazzila. Dalam hatinya, Romeo berjanji akan membuat gadis itu bahagia.

***

Sejak hari itu, Jazzila tidak baik-baik saja. Kesehatannya menurun, ia sering merasa pusing, pandangannya juga berkunang-kunang.

TMS [5] - ROMEO ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang