Sekolah Massal

33.7K 4.5K 1K
                                    


"Yakin ini tempatnya? Ini bukannya gereja?" Taeyong nanya ke Doyoung

"Yakin... Ini tuh gereja kecil, tapi juga TK buat anak-anak sekitar sini. Kak Taeil udah mastiin kok" Doyoung ngeyakinin

Jadi, biarpun hari masuk sekolah makin deket dan bocil bocil udah pada didaftarin masuk ke TK tempat Yerin kerja, Doyoung ngajak Taeyong buat datengin TK yang dia sama suaminya temuin.

Mereka berdua masuk ke halaman bangunan itu. Ga ada satpam yang jaga disana. Bangunannya cuma kayak bangunan gereja kecil ala belanda. Atap tinggi dan banyak kaca warna warni bermotif.

Pas mereka jalan di halaman, ada satu suster yang nyamperin mereka, "syalom, ada yang bisa saya bantu?"

Taeyong sama Doyoung senyum balik kearah suster separuh baya itu, "syalom. Apa ini benar TK Maranatha?"

"Benar.. Saya kepala sekolahnya. Mari ikut saya."

Taeyong sama Doyoung ngekorin suster itu ke ruangan kepsek yang ada di belakang bangunan gereja. Ruangannya kecil. Mungkin cuma 3x3. Bahkan lebih gede kamar mandi di rumah Taeyong.

"Silahkan duduk. Kenalkan nama saya Theresia" suster itu ngulurin tangannya

"Saya Taeyong"

"Saya Doyoung.. Rencananya saya ingin mendaftarkan anak kami ke sekolah ini."

"Ah!" Suster itu ngeliatin perawakannya Taeyong dan Doyoung, "Sekolah kami... Belum terakreditasi.. Mungkin untuk bapak-bapak sekalian akan lebih baik menyekolahkan anaknya di tempat yang lebih baik"

"Memangnya kenapa? Bukannya sama sama sekolah? Sama saja kan?"

"Sekolah ini... Sebenarnya hanya di khususkan untuk anak-anak dari keluarga di lingkungan dekat sini. Karena ini daerah rural, sekolah pun jarang dibangun. Sekolah kami hanya fasilitas bagi keluarga yang kurang mampu menyekolahkan anaknya di tempat lain" suster Theresia ngejelasin

"Oke.. Saya mau daftarin anak saya ke sekolah ini. Boleh saya minta rincian biayanya?" Doyoung ngomong dengan yakin

Taeyong ngeliatin ruangan itu, "saya boleh liat-liat ruangan kelas dan tempat lainnya?"

Suster Theresia senyum, "tentu boleh! Mari saya antar"

Mereka pertama masuk ke dalam gereja. Jadi bangunan besar itu, ga ada penyekatnya sama sekali.

Bangku bangku panjang dan altar untuk kebaktian ada di depan. Nah di bagian belakang, baru ada rak-rak buku kayu yang seakan 'menyekat' ruangan gede itu.

"Ini tempat siswa belajar" suster Theresia nunjukin kursi kursi dan meja kecil dibalik rak buku kayu.

"Berarti kalau mereka istirahat, dimana?"

"Di sebelah sana" suster Theresia ngajak mereka kearah lapangan di samping bangunan.

Taeyong sama Doyoung nahan ngenes ngeliat tamannya. Di sana ada jungkat jungkit tapi hampir rusak. Ada perosotan, tapi tangganya udah bengkok. Yang masih bisa di pakai cuma ayunan.

"Dana untuk operasional sekolah ini.. hanya dari yayasan?" Taeyong nanya lagi

"Dan uang pembayaran.." suster Theresia nambahin

"Ga ada sumber lain?"

Suster Theresia ngegeleng, "karena tujuan kami memang untuk menampung anak-anak dari keluarga yang kurang mampu, kecil kemungkinan mendapat dana selain yayasan"

"Tapi apa cukup hanya mengandalkan yayasan?"

"Sejauh ini kami selalu berusaha mencukupi dana yang kami terima. Puji Tuhan, kami sanggup" mereka jalan balik ke ruang kepsek.

UPW - Urusan Pasca Wedding (NCT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang